Analisis kesalahan ejaan dan kalimat pada artikel jurnal terakreditasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra.

(1)

ABSTRAK

Liah, Sisilia Song. 2016. Analisis Kesalahan Ejaan dan Kalimat pada Artikel Jurnal Terakreditasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kesalahan kebahasaan, khususnya dalam bidang ejaan dan kalimat pada artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra. Kesalahan ejaan dianalisis berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, sedangkan kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan struktur dan isi kalimatnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan dan kesalahan kalimat dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang berisi kesalahan penggunaan kebahasaan berupa kesalahan penggunaan ejaan dan kalimat dalam artikel jurnal terakreditasi. Sumber data penelitian ini yaitu Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra yang terdiri atas dua edisi yaitu edisi bulan Mei dan November.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam jurnal akuntansi dan keuangan 2014 Universitas Kristen Petra terdapat kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat. Kesalahan ejaan itu meliputi, (a) kesalahan pemakaian huruf yaitu huruf kapital dan huruf miring, (b) kesalahan penulisan kata yaitu penulisan kata depan di-, (c) kesalahan pemakaian tanda baca yaitu tanda baca koma dan tanda pisah, dan (d) kesalahan penggunaan unsur serapan. Adapun kesalahan kalimat yang terkumpul meliputi kesalahan struktur kalimat dan kesalahan penggunaan konjungsi. Kesalahan struktur kalimat yaitu, (a) tidak adanya unsur subjek, dan (b) tidak adanya unsur subjek dan unsur predikat. Kesalahan dalam penggunaan konjungsi yaitu (a) kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif, (b) kesalahan konjungsi suboordinatif, dan (c) kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesalahan ejaan dan kalimat masih sering ditemukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada (a) kaum akademisi, (b) perguruan tinggi, dan (c) peneliti lain. Pertama, kaum akademisi harus memahami pentingnya penggunaan kebahasaan yang tepat dalam penulisan artikel. Kedua, perguruan tinggi harus memperhatikan kualitas jurnal yang diterbitkan terlebih jurnal yang statusnya terakreditasi. Ketiga, peneliti lain dapat melakukan penelitian terhadap kesalahan kebahasaan pada objek penelitian yang berbeda.


(2)

ABSTRACT

Liah, Sisilia Song. 2016. The Analysis of Spelling and Syntax Errors in Accredited Journal Article of Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literary Education Study Program, Department of Language Education and Arts, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The problems which are raised in this research are on the linguistic errors, particularly in the areas of spelling and syntax in the article of Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University. The spelling errors are analyzed based on the General Guidelines for Spelling of Indonesian Language, meanwhile the syntax errors are analyzed based on the structure and content of the sentence. The aim of this study is to describe the spelling and syntax errors in the Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University.

The research employed descriptive-qualitative research. The data of this research were the sentences that contain the linguistic errors such as spelling and syntax errors in accredited journal articles. The data source of this research were Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University which consisted of two editions in May and November.

The results of the analyzed data in Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University showed that there were spelling and syntax errors. The spelling mistakes include, (a) usage error letters are capital and italic letters, (b) word errors are usage di- preposition, (c) usage errors coma and dash, and (d) misapplication of elements uptake. The syintax errors had collected are sentence structure and usage of conjunctions errors. The sentence structure errors are (a) the absence of the subject elements, (b) the absence of the subject and predicate elements. The conjunction usage errors are (a) coordinating conjunction errors, (b) subordinating conjunction errors, and (c) inter sentence conjunction errors. Thus, it can be concluded that the spelling and syntax errors still often found.

Based on these results, researchers imparting some suggestions are aim to (a) academics, (b) universities, and (c) other researchers. First, academics must understand the importance of usage linguistics in writing articles. Second, universities should pay attention to the quality of published journals, especially journal had acredited status. Third, other researchers can make research on linguistic errors in different research objects.


(3)

PADA ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI

JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN 2014

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Sisilia Song Liah NIM: 121224071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

ANALISIS KESALAHAN EJAAN DAN KALIMAT

PADA ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI JURNAL

AKUNTANSI DAN KEUANGAN 2014 UNIVERSITAS

KRISTEN PETRA

Oleh:

Sisilia Song Liah

121224071

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,


(5)

ANALISIS KESALAHAN EJAAN DAN KALIMAT

PADA ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI JURNAL

AklJNTANSI DAN KEUANGAN 2014 UNIVERSITAS

KRISTEN PETRA

Dipersiapkan dan disusun oleh: Sisilia Song Liah

121224071

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal, 28 Juli 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat •

SUSUNANPANITIA PENGUJI

Anggota III : Dr. Y. Karmin, M.Pd.

Ketua Sekretaris AnggotaI AnggotaII

Nama Lengkap

Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. Dr.R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd.

Dr.R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Yogyakarta, 28 Juli 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan &,:,:,::9'~versitas Sanata Dharma

.c~ ~r.I"","" ':-~

j~

L~D~~'

\~~ ~'-r

~ 1;~Jt.~~~~j;

/r

\\ nt. f .'

~"l.~~l'·';'frJ~;·:?"'~.~ ~\,,~ •.<;....t> I} A"\"«"~'I)

~'-'.~


(6)

Karya ini kupersembahkan kepada :  

(1) Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, Santa Sesilia yang senantisa memberikan kekuatan, mendampingi, dan menjaga dalam setiap nafas kehidupan yang telah dijalani.

(2) Keluarga

Kedua orang tuaku tercinta, Lorensius Liah Ding, Lidia Levung Ingan, dan ketiga adikku, Petronela Pidang Liah, Roybertus Anget Liah, Teresa Aren Liah dan semua keluarga besar baik yang di Yogyakarta maupun di Kalimantan Timur yang selalu memberikan doa, perhatian, kasih sayang, semangat untuk menyelesaikan pendidikan dan mereka menjadi alasan untuk bersemangat dalam menyelesaikan pendidikan.

(3) Yang terkasih

Jalung Okta Helgrefest yang selalu memotivasi dan menjadi penyemangat dalam keadaan apapun.

(4) Sahabat karib

Claria Francisca Meylani, Marta Susanti S.Pd., Melyda Agustini Rahman S.Pd., dan Fauzi Lestari yang selalu membantu dan mengisi hari-hari saya sehingga lebih bersemangat dalam menyelesaikan pendidikan.

(5) Keluarga Besar PBSI Angkatan 2012 Kelas B

Marta Susanti S.Pd., Melyda Agustini Rahman S.Pd., Claria Francisca Meylani, Muhammad Fauzi Lestari, Vivi Damayanti, Martha Novita Sari


(7)

Pangesti, Siti Khotijah, Irene Kayep, Paulina Novi Dianing Sari, Sisilia Yosi Nour Indrasari, Maria Ratih Pramitasari, Sarlyn Esti Andini Haning, Emanuel Adrianus Moat, Karmelia Galih Runti, Yohacim Tito Setyo B S.Pd., Edi Tri Haryanto, Septian Purnomo Aji, Nety Putri Perdani, Markus Jalu Vianugrah, Yupinus Tsunme, Alfonsus Novendi, Emmanda Sekar Yumita, Ryan Pamula Sari, Skolastika Cynthia Maharani, dan Sisilia Pripita Tyas.


(8)

Tuhan tidak membenci orang malas, tapi Dia mengizinkan orang rajin mendapat rezeki lebih banyak. Ketika kita diam dan tidak melakukan apapun, seseorang

akan mengambil jatah kita’’ Bong Chandra

“Aku tahu segala perkerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa,

namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.” (Wahyu 3: 8)

Bila kamu tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka persiapkan dirimu untuk menanggungperihnya kebodohan.

Penulis

Jika tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang berbeda. Jalung Okta. H


(9)

Saya menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2016


(10)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna : Nama : Sisilia Song Liah

Nomor mahasiswa : 121224071

Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, saya memberian karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna yang berjudul:

ANALISIS KESALAHAN EJAAN DAN KALIMAT

PADA

ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI JURNAL

AKUNTANSI DAN KEUANGAN 2014 UNIVERSITAS

KRISTEN PETRA

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dan saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal 28 Juli 2016

Ytjtakan,


(11)

Liah, Sisilia Song. 2016. Analisis Kesalahan Ejaan dan Kalimat pada Artikel Jurnal Terakreditasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kesalahan kebahasaan, khususnya dalam bidang ejaan dan kalimat pada artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra. Kesalahan ejaan dianalisis berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, sedangkan kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan struktur dan isi kalimatnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan dan kesalahan kalimat dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang berisi kesalahan penggunaan kebahasaan berupa kesalahan penggunaan ejaan dan kalimat dalam artikel jurnal terakreditasi. Sumber data penelitian ini yaitu Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra yang terdiri atas dua edisi yaitu edisi bulan Mei dan November.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam jurnal akuntansi dan keuangan 2014 Universitas Kristen Petra terdapat kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat. Kesalahan ejaan itu meliputi, (a) kesalahan pemakaian huruf yaitu huruf kapital dan huruf miring, (b) kesalahan penulisan kata yaitu penulisan kata depan di-, (c) kesalahan pemakaian tanda baca yaitu tanda baca koma dan tanda pisah, dan (d) kesalahan penggunaan unsur serapan. Adapun kesalahan kalimat yang terkumpul meliputi kesalahan struktur kalimat dan kesalahan penggunaan konjungsi. Kesalahan struktur kalimat yaitu, (a) tidak adanya unsur subjek, dan (b) tidak adanya unsur subjek dan unsur predikat. Kesalahan dalam penggunaan konjungsi yaitu (a) kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif, (b) kesalahan konjungsi suboordinatif, dan (c) kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesalahan ejaan dan kalimat masih sering ditemukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada (a) kaum akademisi, (b) perguruan tinggi, dan (c) peneliti lain. Pertama, kaum akademisi harus memahami pentingnya penggunaan kebahasaan yang tepat dalam penulisan artikel. Kedua, perguruan tinggi harus memperhatikan kualitas jurnal yang diterbitkan terlebih jurnal yang statusnya terakreditasi. Ketiga, peneliti lain dapat melakukan penelitian terhadap kesalahan kebahasaan pada objek penelitian yang berbeda.


(12)

Liah, Sisilia Song. 2016. The Analysis of Spelling and Syntax Errors in Accredited Journal Article of Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literary Education Study Program, Department of Language Education and Arts, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The problems which are raised in this research are on the linguistic errors, particularly in the areas of spelling and syntax in the article of Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University. The spelling errors are analyzed based on the General Guidelines for Spelling of Indonesian Language, meanwhile the syntax errors are analyzed based on the structure and content of the sentence. The aim of this study is to describe the spelling and syntax errors in the Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University.

The research employed descriptive-qualitative research. The data of this research were the sentences that contain the linguistic errors such as spelling and syntax errors in accredited journal articles. The data source of this research were Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University which consisted of two editions in May and November.

The results of the analyzed data in Accounting and Finance Journals 2014 of Petra Christian University showed that there were spelling and syntax errors. The spelling mistakes include, (a) usage error letters are capital and italic letters, (b) word errors are usage di- preposition, (c) usage errors coma and dash, and (d) misapplication of elements uptake. The syintax errors had collected are sentence structure and usage of conjunctions errors. The sentence structure errors are (a) the absence of the subject elements, (b) the absence of the subject and predicate elements. The conjunction usage errors are (a) coordinating conjunction errors, (b) subordinating conjunction errors, and (c) inter sentence conjunction errors. Thus, it can be concluded that the spelling and syntax errors still often found.

Based on these results, researchers imparting some suggestions are aim to (a) academics, (b) universities, and (c) other researchers. First, academics must understand the importance of usage linguistics in writing articles. Second, universities should pay attention to the quality of published journals, especially journal had acredited status. Third, other researchers can make research on linguistic errors in different research objects.


(13)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Kesalahan Ejaan dan Kalimat pada Artikel Jurnal Terakreditasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra

.

Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang selalu membimbing penulis dengan penuh pengertian dan kesabaran, memotivasi, dan memberikan masukan bagi penulis dari awal penulisan skripsi hingga akhir.

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., dan Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku triangulator yang memvalidasi hasil analisis dan memberikan masukan bagi penulis.

4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dangan mengajarkan segala macam kompetensi yang kelak berguna untuk penulis, khususnya dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia serta ilmu kependidikan.


(14)

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai layanan administrasi.

6. Kedua orang tua saya, Bapak Lorensius Liah Ding dan Ibu Lidia Levung Ingan, ketiga adik saya: Petronela Pidang Liah, Roybertus Anget Liah, dan Tresa Aren Liah, serta semua keluarga besar yang di Yogyakarta maupun di Kalimantan Timur.

7. Yang terkasih, Jalung Okta Helgrefest yang selalu memotivasi dan menjadi penyemangat dalam keadaan apapun.

8. Sahabat-sahabat karib: Marta Susanti S.Pd., Melyda Agustini. R S.Pd., Claria Francisca Meylani, dan Muhammad Fauzi Lestari.

9. Keluarga besar PBSI angkatan 2012 kelas B: Marta Susanti S.Pd., Melyda Agustini R S.Pd., Claria Francisca Meylani, Muhammad Fauzi Lestari, Vivi Damayanti, Martha Novita Sari Lagur, Reni Damayanti S.Pd., Elisabet Ani Ayu Senjaya S.Pd., Maria Ani Marini, Novinda Wahyuningsih, Maria Rezti Dafrida, Viviyanti Dyah Pangesti, Siti Khotijah, Irene Kayep, Paulina Novi Dianing Sari, Sisilia Yosi Nour Indrasari, Maria Ratih Pramitasari, Sarlyn Esti Andini Haning, Emanuel Adrianus Moat, Karmelia Galih Runti, Yohacim Tito Setyo B S.Pd., Edi Tri Haryanto, Septian Purnomo Aji, Nety Putri Perdani, Markus Jalu Vianugrah, Yupinus Tsunme, Alfonsus Novendi, Emmanda Sekar Yumita, Ryan Pamula Sari, Skolastika Cynthia Maharani, dan Sisilia Pripita Tyas, yang telah menjadi keluarga selama hampir empat tahun.


(15)

banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.


(16)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat penelitian ... 5

1.5 Batasan Istilah ... 6

1.6 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

2.2 Kajian Teori ... 10

2.2.1 Pengertian Ejaan ... 11

2.2.2 Jenis-jenis Kesalahan Ejaan ... 11

2.2.3 Pengertian Kalimat ... 19

2.2.4 Unsur-unsur Fungsional Kalimat ... 21


(17)

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Data dan Sumber Data ... 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4 Instrumen Penelitian... 36

3.5 Teknik Analisis Data ... 36

3.6 Triangulasi Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Deskripsi Data ... 40

4.2 Hasil Penelitian ... 41

4.2.1 Kesalahan Kebahasaan ... 41

4.3 Kesalahan Kebahasaan yang Dominan ... 54

4.4 Pembahasaan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 70


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini merupakan bab pendahuluan, di mana di dalamnya akan dikaji enam hal, yaitu (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian. Keenam hal di atas akan dijelaskan satu per satu dalam subbab di bawah ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya manusia memerlukan bahasa untuk dapat berinteraksi dengan sesama. Bahasa yang digunakan memiliki ragam yang berbeda-beda di negara yang terdapat di dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sistem lambang bunyi yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang dapat mewakilkan ide, perasaan, pikiraan, benda, dan tindakan secara arbiter.

Bahasa dibedakan menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dan biasanya lebih ekspresif dalam bahasa mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi. Bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya dan dalam sebuah tulisan


(19)

Paragraf merupakan bagian karangan/tulisan yang membentuk satu kesatuan pikiran, ide, dan gagasan. Setiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam sebuah kalimat, yang disebut juga kalimat utama. Dari kalimat utama paragraf itulah kalimat-kalimat penjelas, baik yang sifatnya mayor maupun minor, dituliskan secara tuntang, lengkap, dan terperinci (Rahardi, 2009: 158).

Dalam paragraf terdapat unsur lahiriah seperti kalimat dan kata. Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, (.), tanda tanya (?) , dan tanda seru (!). Kalimat yang baik yaitu kalimat yang setidaknya memiliki subjek, predikat, dan objek di dalamnya, sehingga menghasilkan kesatuan ujaran yang utuh dan dapat dipahami. Subjek atau pokok kalimat di sini merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat, sedangkan predikat berfungsi sebagai bagian memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan dan kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri.

Keberhasilan penulis sebuah karangan ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu di antaranya adalah ketepatan pilihan kata-kata yang menyusun karangan itu. Dalam sebuah karangan penyusunan kata memiliki peranan yang


(20)

sangat penting karena kata mengandung makna, bunyi, dan asosiasi, sehingga harus dipertimbangkan keserasianya oleh seorang penulis. Dalam pemilihan kata untuk menuliskan sebuah karya ilmiah, para penulis hendaknya memperhatikan aspek ketepatan, kesaksamaan, dan kelaziman kata-kata yang akan digunakan. Kata yang digunakan harus tepat makna yang akan disampaikan dan harus sesuai dengan situasi pemakaiannya.

Menurut KBBI ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara mengambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya saja kata, kelompok kata, atau kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada satuan-satuan huruf tersebut.

Dalam penjelasan tentang kalimat dan ejaan di atas menjadi syarat penting yang harus diperhatian oleh semua pihak yang akan menuliskan sebuah jurnal ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 594), jurnal adalah majalah yang khusus memuat artikel dalam bidang ilmu tertentu. Jurnal disebut juga terbitan berkala ilmiah dan diterbitkan oleh suatu perguruan tinggi. Jurnal ini juga terdiri atas beberapa artikel di dalamnya. Jurnal yang baik adalah jurnal yang telah terakreditasi oleh suatu lembaga pendidikan, jurnal akan melalui beberapa tahap agar bisa diterbitkan salah satunyaa harus memenuhi standar yang telah ditentukan.


(21)

Jurnal terakreditasi diharapkan sudah menggunakan kalimat yang sempurna, yaitu kalimat yang sudah sesuai dengan kaidah kebahasaan atau harus sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Kalimat yang terdapat di dalam jurnal terakreditasi kiranya sudah sangat baik dan seharusnya tidak terdapat kesalahan kebahasaan lagi karena seperti yang kita ketahui jurnal terakreditasi pada keseluruhan isi harus baik terutama dalam penyusunan kalimat dan pemilihan kata yang digunakan, sehingga tidak ada kesalahan dalam penulisan artikel misalnya dalam penggunaan ejaan, kata dan kalimatnya.

Peneliti di sini mencoba menganalisis jurnal yang statusnya telah terakreditasi khususnya jurnal dari Universitas Kristen Petra, seperti diketahui bahwa Universitas Kristen Petra adalah salah satu universitas swasta terbaik se-Indonesia menurut DIKTI dan telah diakui keberadaannya. Jurnal yang akan peneliti gunakan yaitu jurnal di bidang akuntansi, peneliti memilih jurnal ini karena berhubungan dengan era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Diharapkan pada era MEA ini, warga Indonesia dapat meningkatkan martabat bahasa Indonesia, termasuk pada penulisan artikel jurnal ilmiah. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti terhadap artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan tahun 2014 Universitas Kristen Petra, terdapat banyak kesalahan kebahasaan. Oleh karena itu, peneliti memilih jurnal Akuntansi dan Keuangan tahun 2014 Universitas Kristen Petra untuk dikaji.


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti sebagai berikut

(1) Kesalahan ejaan dan kalimat apa saja yang terdapat dalam artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra?

(2) Kesalahan kebahasaan apa yang paling dominan yang terdapat pada artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan ejaan dan kalimat yang terdapat dalam artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 Universitas Kristen Petra dan kesalahan kebahasaan yang paling dominan yang terdapat pada jurnal.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan dalam bidang linguistik khususnya dalam aspek kebahasaan yaitu menulis artikel jurnal dengan memperhatikan unsur-unsur fungsional kalimat yaitu dalam bidang kebahasaannya.


(23)

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik pembaca maupun penulis jurnal yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran bahasa. Bagi pembaca maupun penulis jurnal, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kebahasaan dalam aspek menulis khususnya tentang ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan kebahasaan dalam menuliskan sebuah artikel. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat menghindari kesalahan kalimat dalam menulis karangan.

1.5 Batasan Istilah

Agar mempunyai konsep yang sama dalam berbagai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan istilah. Adapun batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Kesalahan

Kesalahan adalah penyimpangan yang terjadi dalam pemakaian bahasa dan kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dalam kurun waktu yang lama (KBBI, 2008: 1206).

(2) Kesalahan kebahasaan

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan


(24)

sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu (Setyawati, 2010: 18).

(3) Jurnal terakreditasi

Jurnal terakreditasi adalah majalah yang khusus memuat artikel dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan oleh suatu perguruan tinggi atau instansi tertentu (KBBI, 2008: 594).

1.6 Sistematika Penyajian

Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan Bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori yang berisi penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Bab III merupakan bab metodologi penelitian. Pada bab ini berisi mengenai jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknis analisis data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini merupakan bab landasan teori, yang di dalamnya akan dikaji dua hal, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan dan (2) kajian teori.Kedua hal di atas akan dijelaskan satu per satu dalam subbab di bawah ini.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang kesalahan penggunaan konjungsi sudah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian ini pun sangat beragam sesuai dengan permasalahan yang diamati. Hal yang menjadi keberagaman penelitian mengenai kesalahan kebahasaan lainnya adalah sumber data yang dianalisis.

Penelitian mengenai kesalahan kalimat yang dilakukan oleh Anggit Kuntarti (2015) dalam skripsi yang berjudul ‘Analisis Kesalahan Kalimat pada Skripsi Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta’. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bentuk kesalahan kalimat yang meliputi: (1) kesalahan kalimat yang tidak bersubjek, (2) kesalahan kalimat yang tidak berpredikat, (3) kesalahan kalimat yang tidak bersubjek dan tidak berpredikat, (4) kesalahan kalimat yang tersisipi antara predikat dan objek, (5) kesalahan kalimat yang berupa konjungsi berlebihan, (6) kesalahan kalimat yang berupa urutan tidak paralel, (7) kesalahan kalimat berupa penggunaan istilah asing, (8) kesalahan kalimat berupa penggunaan kata tanya yang tidak perlu.


(26)

Deny Pradita Tri Nandaru (2015) dalam skripsinya yang berjudul ‘Jenis-jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Tahun 2013’. Penelitian tersebut menemukan bentuk-bentuk kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif, korelatif, subordinatif, dan antarkalimat. Jenis konjungsi subordinatif memiliki frekuensi kesalahan penggunaan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis konjungsi yang lain. Sebagian besar kesalahan-kesalahan konjungsi subordinatif itu ditandai dengan penggunaan konjungsi ganda yang menyalahi prinsip penyusunan kalimat majemuk bertingkat. Sementara itu, jenis konjungsi koordinatif adalah jenis yang paling dikuasai oleh mahasiswa pendidikan sejarah. Hal ini ditandai dengan frekuensi kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif yang paling sedikit.

Penelitian mengenai konjungsi juga dilakukan oleh Ade Supiyanto (2015) dengan judul ‘Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat Majemuk pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta’. Terdapat beberapa kesalahan dalam kalimat majemuk meliputi (1) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara, (2) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat, dan (3) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk campuran.

Penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti di atas sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dan sama-sama membahas tentang analisis kesalahan, tetapi pada objek yang berbeda. Anggit (2015) berkonsentrasi


(27)

pada kesalahan kalimat pada tugas akhir mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian Deny (2015) menelaah kesalahan penggunaan konjungsi pada tugas akhir mahasiswa program studi pendidikan sejarah. Penelitian Ade (2015) menelaah jenis kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk pada tugas akhir mahasiswa program studi teknik elektro. Ketiga penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian tentang analisis kesalahan kebahasaan sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian tersebut masih layak diteliti lebih lanjut. Bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam hal kebahasaan masih ditemukan dalam artikel jurnal yang terakreditasi seperti kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat. Padahal karya tulis ilmiah berupa artikel jurnal yang merupakan salah satu contoh situasi pemakaian bahasa yang mutlak harus memperhatikan kebahasaannya. Format bahasa yang digunakan harus memenuhi standar ilmiah serta harus sesuai dengan tata bahasa baku. Oleh karena itu, akan dihadirkan suatu penelitian yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu kesalahan kebahasaan pada artikel jurnal terakreditasi bagian akuntansi. Pemecahan masalah yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya sebatas jenis-jenis kesalahan kebahasaan yang digunakan, tetapi juga alternatif pembenarannya.

2.2 Kajian Teori

Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian mengenai pengertian ejaan dan pengertian kalimat, kesalahan dalam bidang kalimat.


(28)

2.2.1 Pengertian Ejaan

Menurut KKBI (2008: 353), ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara mengambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya saja kata, kelompok kata, atau kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada satuan-satuan huruf tersebut.

Menurut Arifin (1987: 29), yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu dan secara teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Dikemukakan juga oleh Kridalaksana (1982: 39), ejaan adalah sistem atau perlambang bunyi bahasa dengan huruf, aturan menuliskan kata-kata dan cara-cara mempergunakan tanda baca. Dengan demikian, ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf manjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata, atau kalimat.

2.2.2 Jenis-jenis Kesalahan Ejaan

Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai beberapa kesalahan ejaan yang masih sering ditemui. Sebagai acuan peneliti menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Buku tersebut digunakan sebagai panduan dalam menganalisis kesalahan kebahasaan yang terdapat pada jurnal


(29)

terakreditasi. Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia terdiri dari empat bab yaitu, (1) Pemakaian Huruf, (2) Penulisan Kata, (3) Pemakaian Tanda Baca dan (4) Penulisan Unsur Serapan.

2.2.2.1 Pemakaian Huruf

Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai beberapa kesalahan ejaan yang masih sering ditemui. Peneliti menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagai acuan dalam menganalisis kesalahan kebahasaan pada jurnal terakreditasi bagian akuntansi. Berikut ini akan diuraikan beberapa kesalahan dalam pemakain huruf adalah sebagai berikut.

(a) Huruf Kapital

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia terdapat tiga belas katentuan penggunaan huruf kapital, ketiga belas ketentuan tersebut sebagai berikut. (1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. (2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. (3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. (4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. (5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. (6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan


(30)

yang dipakai sebagai sapaan. (7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. (8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. (9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. (10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah (11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. (12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. (13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. (14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan. (15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Pada penulisan-penulisan resmi, masih banyak penulisan yang menyimpang dari kaidah kebahasaan, contoh kalimat yang keliru dalam penggunaan huruf kapital adalah sebagai berikut.


(31)

Pada kalimat (1) kata bibi seharusnya menggunakan huruf kapital karena dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan. Kalimat di atas menjadi benar apabila ditulis sebagai berikut.

(1a) Besok Bibi akan ikut ke pasar untuk membeli tape.

(b) Huruf Miring

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat beberapa kententuan dalam penggunaan huruf miring yaitu; (1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka, (2) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat, dan (3) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Masih sering terjadi kesalahan pada media cetak dan jurnal-jurnal ilmiah dalam penulisan bahasa asing yang seharusnya ditulis miring. Adapun kesalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut.

(2) Metode survei mempunyai banyak manfaat misalnya merupakan metode pengumpulan data dalam jumlah besar untuk keperluan generalisasi daya dengan biaya yang relatif rendah (cost-effective) dan dapat menghindari bias interview (Roberts 1999).

Kata interview pada contoh kalimat (2) seharusnya ditulis dengan cetak miring karena dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Kalimat (2) yang benar ditulis dengan cara sebagai berikut.


(32)

(2a) Metode survei mempunyai banyak manfaat misalnya merupakan metode pengumpulan data dalam jumlah besar untuk keperluan generalisasi daya dengan biaya yang relatif rendah (cost-effective) dan dapat menghindari bias interview (Roberts 1999).

2.2.2.2Penulisan kata

Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai kesalahan ejaan yang masih sering ditemui dalam penulisan kata. Peneliti menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagai acuan dalam menganalisis kesalahan dalam penulisan kata yang terdapat pada jurnal terakreditasi bagian akuntansi. Dengan demikian, akan diuraikan kesalahan dalam penulisan kata adalah sebagai berikut.

(a) Kata Depan

Dalam buku Padoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat kententuan dalam penggunaan kata depan yaitu, Kata depan seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh kalimat yang kurang tepat dalam penggunaan kata depan adalah sebagai berikut.

(3) Dimana aspek sosial terdiri dari empat sub-dimensi yaitu.

Kata Dimana dalam contoh kalimat (3) tidak benar karena pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia kata depan dalam sebuah kalimat harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, bentuk contoh kalimat yang menggunkan kata depan yang benar adalah sebagai berikut.


(33)

2.2.2.3Pemakaian Tanda Baca

Hal-hal yang diuraikan dalam pemakaian tanda baca atau pungtuasi ini adalah petunjuk bagaimana penggunaan tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda elips, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof. Berikut ini akan diuraikan sedikit tentang kesalahan yang terdapat dalam jurnal terakreditasi bidang akuntansi, yaitu dalam pemakaian tanya koma (,) dan tanda pisah (—).

(a) Tanda Koma (,)

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat beberapa kententuan dalam penggunaan tanda koma yaitu; (1) diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan, (2) untuk memisahkan kalimat majemuk setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata seperti tetapi atau melaikan, (3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya, (4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi, (5) untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat, (6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat, (7) dipakai diantara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. (8) dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunanya dalam daftar pustaka,


(34)

(9) dipakai di antara bagian-bagian dalam cacatan kaki atau cacatan akhir, (10) dipakai di antara nama orang dan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (11) dipakai sebelum angka desimal atau diantara dolar dan sen, (12) dipakai untuk mengapit keterangan atau keterangan aposisi dan (13) dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/ salah pengertian.

Tanda koma masih sering sekali dihilangkan pada kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti, tetapi, melainkan, sedangkan dan kecuali. Tanda koma juga sering dihilangkan dalam ungkapan kata hubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat, seperti: oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Contoh kalimat yang menghilangkan tanda koma adalah sebagai berikut.

4) Dengan demikian kepemilikan atas sumber daya yang ada tidak dirupakan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan, melainkan diatur melalui kebijakan yang didasarkan pada konsensus dengan melibatkan para organ yayasan, diantaranya adalah pembina, pengurus, pengawasan dan lembaga pelaksanaanya. (JA/2014/H39/P2/K3).

Kalimat yang terdapat pada no (4) mengalami kesalahan karena di belakang kata dengan demikian tidak disertai tanda koma. Kalimat (4) akan benar apabila dituliskan dengan cara.

(4a) Dengan demikian, kepemilikan atas sumber daya yang ada tidak merupakan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan, melainkan diatur melalui kebijakan yang didasarkan pada konsensus dengan melibatkan para orang yayasan, diantaranya adalah pembina, pengurus, pengawasan dan lembaga pelaksanaanya.


(35)

(b) Tanda Pisah (— )

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat beberapa ketentuan dalam penggunaan tanda pisah yaitu; (1) Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, (2) Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain, (3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti “sampai dengan” atau “sampai ke”. Contoh kalimat yang masih sering ditemukan dalam media cetak yaitu sebagai berikut.

5) Data sekunder ini berupa laporan keuangan triwulanan dan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan pada pariode 2010-2012 dalam satuan rupiah untuk menggunakan revenue model. ( JA/2014/H46/P1/K2).

Kalimat (5) kurang tepat kerena menggunakan tanda sambung, kalimat akan benar jika ditulis sebagai berikut.

(5a) Data sekunder ini berupa laporan keuangan triwulanan dan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan pada pariode 2010—2012 dalam satuan rupiah untuk menggunakan revenue model. ( JA/2014/H46/P1/K2) .

2.2.2.4Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle clock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapan masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan


(36)

dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti cartoon (kartun), central (sentral), china (Cina), effeck (efek). Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia dengan mengubah ejaan seperlunya saja, sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.

2.2.3 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran yang lengkap. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Kalimat yang baik adalah kalimat yang setidaknya memiliki subjek, predikat dan objek di dalamnya, sehingga menghasilkan kesatuan ujaran yang utuh dan dapat dipahami. Subjek atau pokok kalimat di sini merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat, sedangkan predikat berfungsi sebagai bagian memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan dan kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri.

Menurut Ramlan (2008: 17), kalimat adalah satuan gramatis yang dibatasi oleh intonasi akhir selesai. Dalam bahasa tulis kalimat dibatasi oleh tanda (.), (?), (!), dan tanda (;). Secara fungsional kalimat terdiri dari S atau Subjek dan P atau Predikat. Di samping itu terdapat pula unsur yang lain, yaitu O atau Objek, Pel


(37)

atau Pelengkap, dan Ket atau Keterangan. Dari segi makna, S adalah unsur kalimat yang dibicarakan, sedangkan P ialah unsur kalimat yang membicarakan S. O ialah unsur kalimat yang dikenai perbuatan yang tersebut pada P yang berupa verbal transitif, dan apabila dipasifkan kata yang menduduki fungsi O itu akan menduduki fungsi S, sedangkan Pel adalah unsur kalimat yang ikut melengkapi P yang berupa varba transitif di samping O, atau melengkapi P yang berupa verba intransitif. Akhirnya, ket adalah unsur kalimat yang pada umumnya memiliki tempat yang bebas, mungkin terletak di muka S-P, mungkin terletak di belakang S-P, bahkan ada juga yang terletak di antara S dan P. Berdasarkan maknanya, Ket memberikan keterangan tempat, waktu, cara, sebab, akibat, dan lain-lainya.

Menurut Alwi (2003: 311), kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu, di dalamnya disertakan pula beberapa tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Hal serupa dikemukakan oleh Widjono (2005: 134), menurut Widjono kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa tulis, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Abdul Chaer (2011: 327) kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap. Rahardi (2009: 76) berpendapat bahwa kalimat dapat dipahami sebagai suatu bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Pendapat tersebut dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena


(38)

sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat suatu kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Arifin (1989: 92) juga mendefinisikan kalimat adalah suatu bagian pernyataan yang selesai dan menunjukan pikiran yang lengkap.

Dari pendapat beberapa ahli di atas peneliti mengacu pada definisi yang dikemukan oleh Alwi (2003: 311), kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu, di dalamnya disertakan pula beberapa tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-) dan spasi.

2.2.4 Unsur-unsur Fungsional Kalimat

Menurut Ramlan (2008: 17), kalimat secara fungsional terdiri dari subjek atau S, predikat atau P, objek atau O, pelengkap atau Pel, dan keterangan atau Ket. Menurut Alwi, dkk. ( 2003: 321) menyatakan bahwa dalam pembentukan kalimat terdapat lima fungsi sintaksis yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Kelima fungsi sintaksis tersebut tidak selalu dihadirkan secara lengkap pada suatu kalimat, tetapi subjek dan predikat diharuskan selalu terisi dalam sebuah kalimat, sedangkan O, Pel, dan Ket dihadirkan tergantung bentuk dan jenis predikat. Suguno (2009: 41), berpendapat bahwa terdapat lima unsur kalimat yaitu subjek, predikat, objek, dan yang terakhir adalah keterangan. Kelima unsur tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah kalimat yang dihasilkan sudah sesuai memenuhi syarat kaidah kebahasaan atau belum, karena kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan kalimat seperti SPOK tersebut.


(39)

Dari ketiga pendapat yang diterangkan di atas, peneliti hanya mengaju pada pendapat yang disampaikan oleh Alwi, dkk. (2003) yaitu setiap kata atau prasa yang menjadi konstituen kalimat mempunyai unsur-unsur kalimat. Berikut adalah uraian-uraian yang peneliti gunakkan dalam menganalisis data.

2.2.4.1Subjek

Menurut Alwi, dkk. (2003: 327) subjek merupakan fungsi sintaksis yang paling penting dalam sebuah kalimat setelah predikat. Subjek dapat berupa nomina, prasa nominal, frasa verba atau klausa. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sugono (2009) subjek merupakan unsur paling pokok di dalam kalimat dan letak subjek selalu berdampingan dengan predikat. Menurut Rahardi (2009: 77) unsur pembentuk kalimat yang harus disebut pertama adalah subjek. Dalam kalimat, subjek tidak selalu di depan. Adakalanya subjek terletak di belakang predikat, terutama sekali untuk kalimat yang berdiatesis pasif. Umumnya subjek terletak di sebelah kiri predikat, tetapi unsur subjek dapat juga diletakkan di sebelah kanan predikat, apabila unsur subjek lebih panjang daripada unsur predikat. Dengan demikian, dapat simpulkan bahwa subjek merupakan kunci utama dalam pembentuk suatu kalimat. Keberadaan subjek tidak diharuskan berada pada awal kalimat, melainkan juga bisa di akhirkalimat. Adapun ciri-ciri subjek menurut Sugono (2009: 42—56 ), yaitu (1) jawaban apa atau siapa, (2) disertai kata itu, (3) didahului kata bahwa, (4) mempunyai keterangan pewatas yang, (5) tidak didahului preposisi, dan (6) berupa nomina atau frasa nominal.


(40)

2.2.4.2Predikat

Rahardi ( 2009: 80) menyatakan bahwa predikat sama-sama sebagai unsur pokok di dalam kalimat, predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan subjek. Akan tetapi, kejatian sebuah subjek menjadi jelas juga karena ada subjek kalimatnya. Dengan demikian, dapat dikatakan subjek dan predikat kalimat itu merupakan unsur pokok dalam kalimat. Alwi, dkk. (2003: 326), predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen O, Pel / Ket wajib di sebelah kanan. Kedudukan P dapat ditukar tempatnya dengan S, dalam arti unsur S dapat terletak di muka P atau sebaliknya. Predikat kalimat biasanya berupa prasa nominal, prasa numerel, prasa preposisional, frasa verbal, dan frasa adjektiva. Hal serupa juga disampaikan oleh Sugono, menurut Sugono (2009: 55) predikat merupakan unsur utama suatu kalimat sebelum subjek. Dengan demikian, peneliti sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Rahardi (2009) yaitu predikat memiliki karakter yang berbeda dengan subjek, tetapi memiliki peran yang sama penting dalam pembentukan sebuah kalimat, sehingga menjadikan subjek dan predikat sebagai unsur pokok dalam membentukan sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri predikat menurut Sugono yaitu (1) jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana, (2) kata adalah atau ialah, (3) dapat diingkari, dan (4) dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas.

2.2.4.3Objek

Menurut Alwi, dkk. (2003: 328) objek adalah konstitun kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif.


(41)

Kedudukan unsur objek selalu di belakang predikat. Rahardi (2009: 82) juga berpendapat bahwa dalam banyak hal dapat dikatakan bahwa objek kalimat berlawanan dengan subjek kalimat. Tempatnya juga hampir pasti berlawanan di dalam kalimat. Objek kalimat hanya dimungkinkan hadir apabila predikat kalimat tersebut merupakan verba atau kata kerja yang bersifat aktif transitif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa objek dapat berperan sebagai subjek dalam bentuk pasif, tetapi tidak dapat didahului proposisi. Adapun ciri-ciri objek menurut Sugono (2009: 71—78), yaitu (1) langsung di belakang predikat, (2) dapat menjadi subjek kalimat pasif, (3) tidak didahului preposisi.

2.2.4.4Pelengkap

Menurut Rahardi (2009: 84), pelengkap sering dikacaukan pemahamannya dengan objek kalimat. Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak dapat menempati fungsi subjek. Sugono (2009: 79) menyatakan pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu adalah unsur kalimat (1) bersifat wajib, (2) menempati posisi belakang predikat, dan (3) tidak didahului preposisi. Perbedaanya terletak pada oposisi kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif bukan pelengkap. Dengan demikian, peneliti mengaju teori yang disampaikan oleh Sugono (2009) yaitu pelengkap tidak dapat didahului oleh preposisi dan pelengkap menempati posisi di belakang predikat.


(42)

2.2.4.5Keterangan

Rahardi (2009: 85) menyatakan keterangan adalah unsur kalimat yang sifatnya tidak wajib hadir. Berbeda dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap yang sifatnya wajib hadir. Adapun fungsi keterangan adalah untuk menambahkan informasi pada kalimat itu. Hal serupa juga disampaikan oleh Sugono (2009: 84), keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata “keterangan” tidak diharuskan hadir dalam sebuah kalimat karena fungsi keterangan hanya sebagai pelengkap dalam sebuah kalimat. Berikut dikemukakan beberapa ciri-ciri dari keterangan, menurut Sugono (2009: 84—95) yaitu (1) bukan unsur utama, dan (2) tidak terikat posisi. Dalam Sugono (2009: 86—95), katerangan terbagi ke dalam beberapa bentuk yaitu keterangan waktu, tempat, cara, sebab, tujuan aposisi, tambahan, dan pewatas.

2.2.5 Kesalahan dalam Bidang Kalimat

Kesalahan dalam bidang kalimat pada kajian ini merujuk pada kajian mengenai kalimat yang tidak memiliki unsur subjek, kalimat yang tidak memiliki unsur predikat, dan kalimat yang penggunaan konjungsinya tidak sesuai.

2.2.5.1Kalimat yang Tidak Memiliki Unsur Subjek

Menurut Arifin (1987: 17), sebuah kalimat sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, terkecuali kalimat perintah atau ujaran yang merupakan


(43)

jawaban atas sebuah pertanyaan. Biasanya kalimat yang subjeknya tidak jelas itu terdapat dalam kalimat rancu (kacau), yaitu kalimat yang berpredikat kata kerja aktif transitif di depan subjeknya terdapat kata depan. Adapun contoh kalimat yang tidak memiliki unsur subjek adalah sebagai berikut.

(6) Pada model 1 (gambar 4) keadilan distributif tidak berpengaruh pada komitmen terhadap tuhuan sehingga tidak mendukung H1b.

Arifin mengungkapkan bahwa, apabila subjek kalimat aktif didahului kata pada, di, dan dari seperti contoh kalimat di atas, subjek itu menjadi tidak jelas, kabur dan dapat menimbulkan berbagai taksiran. Kata-kata lain, yang tidak boleh didahului subjek yang sejenis dengan itu adalah bagi, dalam, dengan, sebagai, merupakan, kepada, dan untuk. Bila disunting kalimat di atas menjadi tepat apabila;

(6a) Model 1 (gambar 4) keadilan distributif tidak berpengaruh pada komitmen terhadap tuhuan, sehingga tidak mendukung H1b.

2.2.5.2Kalimat yang Tidak Bersubjek dan Tidak Berpredikat/Kalimat Buntung

Menurut Arifin (1989: 20), biasanya susunan kalimat semacam ini adalah kalimat dipenggal-penggal seperti terdapat dalam bahasa lisan. Kalimat-kalimat yang dipenggal itu masih mempunyai hubungan gantung kalimat lainnya. Kalimat yang hubungan gantung itu disebut anak kalimat, sedangkan kalimat yang gantunginya disebut induk kalimat. Contoh kalimat yang tidak bersubjek dan berpredikat adalah sebagai berikut.


(44)

(7) Pada era globalisasi ini, di mana hambatan-hambatan perekonomian semakin pudar. Karena peralihan arus dana dari pihak yang surplus kepada yang defisit akan semakin cepat dan tanpa hambatan.

Kalimat yang diawali oleh kata-kata yang digarisbawahi jelas bukan kalimat baku karena kalimat itu tidak beruntun, tidak bersubjek, dan tidak berpredikat. Arifin (1987: 21) menurut kaidah yang berlaku, kalimat tunggal bahasa Indonesia tidak boleh diawali oleh kata-kata karena, sehingga, apabila, agar, seperti, kalau, walaupun, jika dan kata penghubung lainya. Kata penghubung seperti itu dapat mengawali kalimat jika yang diawali oleh kata-kata itu merupakan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Dengan demikian, kalimat di atas seharusnya ditulis dengan cara.

(7a) Pada era globalisasi, di mana hambatan-hambatan perekonomian semakin pudar. Peralihan arus dana dari pihak yang surplus kepada yang defisit akan semakin cepat dan tanpa hambatan.

2.2.5.3 Kalimat yang Penggunaan Konjungsinya Tidak Sesuai

Menurut Ramlan (2009: 172) konjungsi adalah kata atau kata-kata yang berfungsi menghubungkan fungsi gramatikal yang lebih besar. Berbeda dengan Kridalaksana (1986: 99) mengatakan bahwa konjungsi adalah katagori yang berfungsi untuk meluruskan satuan yang lain dalam kontruksi hipotaksis dan selalu menghubungkan dua satuan yang lain atau lebih dalam dari konstruksi. Adapun yang dimaksud dengan kontruksi hipotaksis adalah pengabungan kalimat klausa dengan klausa, frasa dengan frasa, atau kata dengan kata menggunakan kata penghubung. Menurut Rahardi (2009: 112) konjungsi atau kata hubung


(45)

adalah kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada kalimat yang lainnya.

Dari ketiga definisi konjungsi yang dipaparkan di atas, peneliti mengacu pada pendapat Rahardi, karena sudah mencangkup berbagai macam jenis konjungsi atau kata hubung. Rahardi (2009) mengatakan bahwa, konjungsi dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi empat bagian. Adapun keempat konjungsi tersebut adalah sebagai berikut.

a) Konjungsi koordinatif

Konjungsi koordinatif merupakan konjungsi yang bertugas menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang cendrung sama tataran atau tingkat kepentingannya. Konjungsi koordinatif juga bertugas menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang berstatus sama. Status yang dimaksud sama ialah antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dan klausa, dan seterusnya. (Rahardi, 14—15). Konjungsi koordinarif dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis konjungsi seperti; dan, serta, atau, tetapi, melainkan, sedangkan. Contoh kalimat yang kurang tepat dalam penggunaan konjungsi koordinatif adalah sebagai berikut.

(8) Dan peneliti tidak membahas komponan-komponen perubahan dalam konvergensi IFRS yang berdampak pada hasil penelitian.

Kalimat (8) kurang tepat karena kata hubung dan bertugas untuk menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang berstatus sama. Kalimat akan bener apabila disunting menjadi sebagai berikut.


(46)

(8a) ....dan peneliti tidak membahas komponan-komponen perubahan dalam konvergensi IFRS yang berdampak pada hasil penelitian.

b) Konjungsi subordinatif

Konjungsi subordinatif menurut Rahardi (2009: 20), konjungsi yang bertugas menghubungkan dua buah klausa atau lebih. Klausa-klausa yang dihubungkannya tidak memiliki status sintaksis atau status kalimat yang sama. Klausa tersebut dikatakan tidak sama karena klausa yang satu merupakan induk kalimat. Terdapat tiga belas jenis konjungsi subordinatif yang dikelompokkan, yaitu;

1) Konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, takkala, sementara, begitu, seraya, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sehabis, selesai, sesuai, hingga, sampai.

2) Konjungsi subordinatif yang menyatakan syarat: jika, jikalau, kalau, asal (kan), bila, manakala.

3) Konjungsi subordinatif yang menyatakan pengandaian: andaikan, seadainya, umpamanya, sekiranya.

4) Konjungsi subordinatif yang menyatakan tujuan: agar, supaya, biar.

5) Konjungsi subordinatif konsesif: biarpun, meskipun, walau (pun), kendati (pun), sekalipun.

6) Konjungsi subordinatif yang menyatakan perbandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti


(47)

8) Konjungsi subordinatif yang menyatakan hasil: sehingga, sampai(-sampai), makanya.

9) Konjungsi subordinatif yang menyatakan alat: dengan, tanpa 10) Konjungsi subordinatif yang menyatakan cara: dengan, tanpa 11) Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa

12) Konjungsi subordinatif adtributif: yang

13) Konjungsi subordinatif yang menyatakan perbandingan: sama...lebih, dari(pada).

Berikut salah satu contoh kalimat dalam penggunaan konjungsi subordinatif. (9) Jika survei dirancang dan dilakukan dengan benar, maka metode ini akan dapat menjadi metode untuk memperoleh sumber data dengan skala besar dan berkualitas tinggi.

Kalimat (9) kurang tepat karena menggunakan dua tanda hubung yang tidak sesuai dengan kalimat di atas yaitu pada kata jika dan maka , kalimat tersebut akan benar apabila ditulis sebagai berikut.

(9a) Jika survei dirancang dan dilakukan dengan benar, metode ini akan dapat menjadi metode untuk memperoleh sumber data dengan skala besar dan berkualitas tinggi.

c) Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat dapat dipahami sebagai konjungsi atau kata penghubung yang menghubungkan ide atau gagasan pada suatu kalimat yang satu dengan ide atau gagasan pada kalimat yang lainnya. Baik dalam konteks lisan maupun konteks tulis. Konjungsi antarkalimat selalu ditandai dengan keberadaanya di awal kalimat, karena tugas pokoknya adalah mengawali kalimat


(48)

yang baru. Adapun contoh-contoh konjungsi antarkalimat yang terdapat dalam bahasa Indonesia menurut Rahardi (2009) yaitu sebagai berikut: biarpun demikian, biarpun begitu, meskipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu. Contoh kalimat yang kurang tepat dalam penggunaan konjungsi antarkalimat adalah sebagai berikut.

(10) Sedangkan menurut Bakesbang, organisasi sektor publik di luar pemerintah adalah organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya meliputi organisasi keagamaan, kepemudaan, wanita, profesi, fungsionaris, penghayat kepercayaan dan lembaga swadaya masyarakat. (JA/2014/H36/P2/K2).

Kalimat (10) kurang tepat karena kata hubung sedangkan bertugas untuk menghubungkan ide atau gagasan pada suatu kalimat yang satu dengan ide atau gagasan pada kalimat yang lainnya. Kalimat (10a) akan tepat apabila.

(10a) Menurut Bakesbang, organisasi sektor publik di luar pemerintah adalah organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya meliputi organisasi keagamaan, kepemudaan, wanita, profesi, fungsionaris, penghayat kepercayaan dan lembaga swadaya masyarakat.

2.2.6 Jurnal Terakreditasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 594), jurnal adalah majalah yang khusus memuat artikel dalam bidang ilmu tertentu. Jurnal disebut juga terbitan berkala ilmiah. Jurnal diterbitkan oleh suatu perguruan tinggi dan Jurnal


(49)

ini juga terdiri atas beberapa artikel di dalamnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 28), terakreditasi adalah sudah diakrediatsi.

Jadi, jurnal terakreditasi adalah majalah yang khusus memuat artikel dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan oleh perguruan tinggi atau kelembagaan perguruan tinggi dan telah dinilai oleh dikti. Jurnal yang telah diakui adalah jurnal yang penulisanya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.


(50)

 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini merupakan bab metodologi penelitian, yang di dalamnya akan dikaji lima hal, yaitu (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, dan (5) teknik analisis data. Kelima hal di atas akan dijelaskan satu per satu dalam subbab di bawah ini.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan lebih cenderung menggunakan analisis. Menurut Arikunto (2010: 33) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan. Noor (2011: 35) mengungkapkan bahwa melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan definisi yang diberikan oleh dua ahli di atas. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa kesalahan penggunaan kebahasaan pada ejaan dan kalimat artikel jurnal terakreditasi pada suatu perguruan tinggi. Setelah mengumpulkan data berupa artikel jurnal, peneliti mulai menganalisis kesalahan kebahasaan dan mengkalkulasi jumlah kesalahan yang terdapat dalam artikel jurnal. Data-data 


(51)

tersebut akan dideskripsikan secara apa adanya atau sesuai dengan yang terlihat. Hal ini sesuai dengan apa yang ungkapkan oleh Arikunto (2011: 3) bahwa dalam penelitian deskriptifi, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek yang diteliti. Peneliti tidak sekalipun menambah, mengurangi atau bahkan memanipulasi objek penelitian.

Dalam penelitian ini, jumlah kesalahan berbahasa pada artikel jurnal terakreditasi sebagai fenomena yang terdapat pada subjek penelitian, dideskripsikan dengan kata-kata dan peneliti juga mendeskripsikan/memaparkan hasil analisis dengan apa adanya dengan menggunakan kata-kata.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Kemudian, hasil penelitian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

3.2 Data dan Sumber Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 297) data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Sejalan dengan definisi itu, Noor (2011: 137) menyatakan bahwa data adalah informasi yang diterima sebagai suatu kenyataan atau fenomena empiris, wujudnya dapat merupakan seperangkat ukuran (kuantitif, berupa angka-angka) atau berupa kata-kata (kualitatif). Dari dua pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa data adalah informasi yang berbentuk kata ataupun angka, lisan ataupun tertulis yang digunakan dapat dijadikan dasar kajian (analisis) penelitian.


(52)

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yaitu kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat yang terdapat pada jurnal terakreditasi bidang akuntansi dan keuangan 2014 dari Universitas Kristen Petra sebagai sumber tertulis.

Sumber data adalah subjek dari mana dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Sumber data yang akan peneliti gunakan di sini adalah artikel Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2014 dari Universitas Kristen Petra.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada suatu penelitian merupakan suatu yang sangat penting. Menurut Noor (2011: 138), teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Menurut Arikunto (2010: 274), teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya. Peneliti mengumpulkan data yang berupa artikel jurnal terakreditasi bidang akuntansi.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ialah sebagai berikut.

(1) Mengunduh artikel jurnal terakreditasi bidang akuntansi.

(2) Membaca dan menandai kesalahan kebahasaan pada data tersebut dengan memberi tanda pada kesalahan kebahasaan yang terdapat dalam data.


(53)

(4) Memberi kode pada setiap data yang salah tersebut dengan JA sebagai jurnal terakreditasi, 2014 sebagai tahun terbit, Hi sebagai halaman 1, P1 sebagai pragraf 1 dan K1 sebagai kalimat 1.

(5) Mengelompokkan kesalahan kebahasaan sesuai dengan jenisnya.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Hal mengenai instrumen penelitian juga dijelaskan oleh Meleong (2008:168), instrumen penelitian adalah alat pengumpul data. Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri. Moleong (2008:168) menegaskan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif, yaitu peneliti memaparkan secara rinci data dan hasil analisis data dalam bentuk kalimat. Siddel (1998) dalam kutipan Moleong (2006), proses dari analisis data kualitatif dilakukan dengan beberapa tahap yaitu,


(54)

1) Mencatat hasih penelitian lapangan dengan memberi kode agar sumber datanya tepat dapat ditelusuri.

2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat iktisar, dan membuat indeks.

3) Berpikir, dengan jalan membuat agar katagori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola, dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Peneliti juga menggunakan teknik analitik yaitu cara kerjanya seperti menyusun data dari sumber data yang telah dikumpulkan. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan oleh peneliti ialah sebagai berikut.

(1) Membaca dan mengidentifikasi kesalahan kebahasaan yang terdapat dalam data.

(2) Menghubungkan data dengan teori-teori yang digunakan. (3) Menganalisis kesalahan kebahasaan yang terdapat dalam data. (4) Membuat tabel dan memasukan data yang telah dianalisis.

(5) Menyerahkan data yang telah yang telah dianalisis kepada triangulator untuk diuji keabsahanya.

(6) Melakukan perbaikan data dan diberikan kepada triangulator jika masih mengalami kesalahan.

3.6 Triagulasi Data

Menurut Moleong (2008:330), triagulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaakan sesuatu yang lain di luar data itu untuk


(55)

keperluan pengecekkan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Penelitian ini membutuhkan triagulasi agar memiliki keabsahan data dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan triagulasi teori dan triagulasi logis. Dengan adanya triagulasi teori, peneliti dapat membandingkan teori-teori tentang kebahasaan menganalisis berbagai bentuk penggunaan kebahasaan pada artikel jurnal terakreditasi. Adapun triagulasi logis yaitu dengan cara peneliti melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing, yaitu Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd,. Selain itu, Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., dan Drs. P. Hariyanto, M.Pd., sebagai triangulator karena mereka memang berpengalaman dalam bidang pengajaran bahasa Indonesia.

Dalam proses triagulasi data, ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu : (1) Peneliti menyerahkan hasil yang telah dianalisis kepada triangulator.

(2) Triagulator menerima dan mengoreksi hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti. Jika terdapat kesalahan maka peneliti bertugas untuk memperbaiki dan kembali menyerahkan data tersebut kepada triagulator.

(3) Triangulator mengisi kolom yang bertuliskan ‘setuju/tidak setuju’ yang telah tertera pada tabel analisis data.

(4) Setelah menerima masukan dari kedua triangulator, peneliti bisa menggunakan hasilnya untuk menyusun bab IV.

Hasil triangulasi data di atas akan dicantumkan pada bagian lampiran. Lampiran tersebut merupakan hasil triangulasi data yang pertama dan triangulasi


(56)

data yang kedua. Hasil triangulasi data yang kedua merupakan data yang sudah diperbaiki oleh peneliti setelah mendapat masukan dari triangulator.


(1)

172. Penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) serta Iskandar dan Trisnawati (2010)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif antara klasifikasi industri dengan keterlambatan audit. Sedangkan hasil penelitian Joshi (2005) dan Kadir (2011), menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan positif antara umur perusahaan dengan keterlambatan audit.

(JA/2014/H80/P/27/K3).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) serta Iskandar dan Trisnawati (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif antara klasifikasi industri dengan keterlambatan audit, sedangkanhasil penelitian Joshi (2005) dan Kadir (2011), menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan positif antara umur perusahaan dengan keterlambatan audit.

172. Penelitian yang dilakukan oleh Aubert (2009) menunjukkan bahwa variabel rasio debt to equity mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap keterlambatan audit. Sedangkan penelitian Utami (2006) dan Shulthoni (2012) menunjukkan bahwa rasio debt to equity pengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit.

(JA/2014/H78/P28/K1).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Penelitian yang dilakukan oleh Aubert (2009) menunjukkan bahwa variabel rasio debt to equity mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap keterlambatan audit, sedangkanpenelitian Utami (2006) dan Shulthoni (2012) menunjukkan bahwa rasio debt to equity pengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit.

173. Meskipun jika dilihat dari total asset menyatakkan bahwa ukuran

perusahaan sampel yang diaudit tidak beragam. (JA/2014/H82/P3/K2).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi antarkalimat, yaitu pada konjungsi ...meskipun,...jika.

Konjungsi meskipun,...jika tidak dapat dihadirkan secara bersama-sama.

Jika dilihat dari total asset menyatakkan bahwa ukuran perusahaan sampel yang diaudit tidak beragam.


(2)

174. Dari sepuluh variabel yang

dimasukkan ke dalam model regrasi, sembilan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu ukuran perusahaan. Sedangkan satu variabel terbukti tidak memiliki hubungan signifikan dengan ukuran perusahaan. (JA/2014/H84/P3/K3).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Dari sepuluh variabel yang dimasukkan ke dalam model regrasi, sembilan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu ukuran perusahaan ,sedangkansatu variabel terbukti tidak memiliki hubungan signifikan dengan ukuran perusahaan.

175. Sembilan variabel yang memiliki hubungan signifikan tersebut adalah rasio debt to equity, profitabilitas, subsidari dari perusahaan

multinasional, ukuran kantor, audit, audit fees, klasifikasi industri , umur perusahaan dan opini audit.

Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit adalah variabel tahun tutup buku perusahaan. (JA/2014/H84/P3/K5).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Sembilan variabel yang memiliki

hubungan signifikan tersebut adalah rasio debt to equity, profitabilitas, subsidari dari perusahaan multinasional, ukuran kantor, audit, audit fees, klasifikasi industri , umur perusahaan dan opini audit, sedangkanvariabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap

keterlambatan audit adalah variabel tahun tutup buku perusahaan.

176. Ukuran perusahaan memilii nilai signifikansi sebesar 0,000, nilai tersebut kurang dari 0,05 menunjukkan bawa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap

keterlambatan audit. Sedangkan nilai koefisien sebesar 3,390 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai arah pengaruh negatif terhadap keterlambatan audit.

(JA/2014/H84/P4/K2).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Ukuran perusahaan memilii nilai signifikansi sebesar 0,000, nilai tersebut kurang dari 0,05 menunjukkan bawa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit , sedangkannilai koefisien sebesar 3,390 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai arah pengaruh negatif terhadap keterlambatan audit.


(3)

177. Dilihat dari nilai signifikansi variabel audit fees mempunyai pengaruh signifikan terhadap terlambatan audit. Sedangkan nilai koefisien regresinya menunjukkan bahwa audit fees mempunyai arah pengaruh negatif terhadap keterlambatan audit, yang artinya semakin besar audit fees maka semakin pendek keterlambatan audit. (JA/2014/H84/P8/K2).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Dilihat dari nilai signifikansi variabel audit fees mempunyai pengaruh signifikan terhadap terlambatan audit,

sedangkannilai koefisien regresinya menunjukkan bahwa audit fees mempunyai arah pengaruh negatif terhadap keterlambatan audit, yang artinya semakin besar audit fees maka semakin pendek keterlambatan audit.

178. Oleh karena itu, tidak akan

menyebabkan terjadinya penundaan pelaporan keuangan. Sedangkan variabel tahun tutup buku perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. (JA/2014/H85/P10/K3).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “sedangkan”. Konjungsi “sedangkan” merupakan penanda hubungan pertantangan pada suatu kalimat.

Oleh karena itu, tidak akan menyebabkan terjadinya penundaan pelaporan

keuangan, sedangkan variabel tahun tutup buku perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.

179. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan menggunakan revenue model maupun mengindikasikan 8 sektor industri dari jumlah keseluruhan 13 sektor industri pada perusahaan manufaktur yang terindikasi

manajeman laba aktual. Dan dengan menggunakan condtional revenue model mampu mengidikasikan 11 sektor industri dari jumlah keseluruhan 18 sektor industri yang terindikasi manajemen laba aktual.

(JA/2014/H43/P1/K7).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “dan”. Konjungsi “dan”

menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang cendrung sama tataran atau tingkat kepentingannya.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan menggunakan revenue model maupun mengindikasikan 8 sektor industri dari jumlah keseluruhan 13 sektor industri pada perusahaan manufaktur yang

terindikasi manajeman laba aktua dan dengan menggunakan condtional revenue model mampu mengidikasikan 11 sektor industri dari jumlah keseluruhan 18 sektor industri yang terindikasi manajemen laba aktual.


(4)

180. Tetapi, kisaran ukuran sampel tersebut memperlihatkan jarak yang sangat lebar dengan ukuran sampel terkecil 22 dan ukuran sampel terbesar 1178.(JA/2014/H11/P3/K4).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “tetapi”. Konjungsi “tetapi” berfungsi menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih dalam satu kalimat.

Akan tetapi,kisaran ukuran sampel tersebut memperlihatkan jarak yang sangat lebar dengan ukuran sampel terkecil 22 dan ukuran sampel terbesar 1178.

181. Namun, meskipun norma ini

merupakan hal yang prakteknya dapat diterima untuk penelitian surve, tetapi dalam survei biasanya jarang

diungkapkan dalam publikasi akademis, hal ini kemungkinan disebabkan karena batasan panjang artikel dalam suatu jurnal (Van der Stade et al. 2005).

(JA/2014/H14/P1/K3).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi antarkalimat, yaitu pada konjungsi

.namun,....meskipun,...konjungsi.namu n,...meskipun,... tidak dapat dihadirkan secara bersama-sama.

Namun,norma ini merupakan hal yang prakteknya dapat diterima untuk penelitian surve, tetapi dalam survei biasanya jarang diungkapkan dalam publikasi akademis, hal ini kemungkinan disebabkan karena batasan panjang artikel dalam suatu jurnal (Van der Stade et al. 2005).

182. Tetapi, partisipasi pada penganggaran tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja anggaran, sehingga tidak mendukung G1b.

(JA/2014/H30/P2/K3).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi koordinatif pada konjungsi “tetapi”. Konjungsi “tetapi” berfungsi menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih dalam satu kalimat.

Akan tetapi, partisipasi pada

penganggaran tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja anggaran, sehingga tidak mendukung G1b.

183. Metode survei mempunyai banyak manfaat misalnya merupakan metode pengumpulan data dalam jumlah besar untuk keperluan generalisasi data dengan biaya yang relatif rendah (cost-effective) dan dapat menghindari bias interview (Roberts 1999).

( JA/2014/H1/P1/K3).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi antarkalimat, yaitu pada konjungsi misalnya, merupakan, konjungsi .misalnya, merupakan, tidak dapat dihadirkan secara bersama-sama.

Metode survei mempunyai banyak manfaat misalnya metode pengumpulan data dalam jumlah besar untuk keperluan generalisasi data dengan biaya yang relatif rendah (cost-effective) dan dapat

menghindari bias interview (Roberts 1999).


(5)

184. Tetapi pertisipasi pada penganggaran tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja anggaran, sehingga tidak mendukung

H1b.(JA/2014/H30/P3/K2).

Kesalahan dalam penggunaan konjungsi antarkalimat, yaitu pada konjungsi

.tetapi,....sehingga,...konjungsi .tetapi,....sehingga,...tidak dapat dihadirkan secara bersama-sama.

Pertisipasi pada penganggaran tidak berpengaruh secara signifikan padakinerja anggaran, sehingga tidak mendukung H1b.


(6)

Sisilia Song Liah lahir di Ritan Baru pada tanggal 27

Maret 1995. Ia berasal dari Desa Long Tuyoq,

Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam

Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Pendidikan dasar

ditempuh di SDN 002 Long Tuyoq, Kecamatan

Long Pahangai. Setelah itu, ia melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 2 Tabang. Kemudian, ia

bersekolah di SMK Negeri 1 Sendawar. Pada tahun 2012, ia mendapatkan

beasiswa dari pemerintah Kutai Barat untuk melanjutkan studi di Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Pada tanggal 15 Juni 2016, ia dinyatakan

lulus strata-1 dengan membuat skripsi yang berjudul

Analisis Kesalahan Ejaan

dan Kalimat pada Artikel Jurnal Terakreditasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan

2014 Universitas Kristen Petra

.