Investment dan tinjauan yuridis ambiguitas pemahaman realisasi asas kemandirian dan kemanfaatan dari sudut hukum ekonomi pembangunan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut:
a. Bagaimana keterkaitan pemahaman antara perspektif hukum Indonesia dan
perspektif hukum internasional dalam pelaksanaan nasionalisasi modal asing? b.
Bagaimana konsep pemahaman nasionalisasi modal asing terkait asas kemandirian dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal dari sudut hukum ekonomi pembangunan? c.
Apa saja dampak positif dan negatif serta pertimbangan hukum ekonomi dalam aktualisasi tindakan nasionalisasi modal asing?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaturan konsep nasionalisasi modal asing dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 Tentang Penanaman Modal. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui keterkaitan pemahaman antara Perspektif Hukum Indonesia
dan Perspektif Hukum Internasional dalam pengertian nasionalisasi modal asing.
b. Untuk mengetahui konsep pemahaman nasionalisasi modal asing terkait asas
kemandirian dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dari sudut hukum ekonomi pembangunan.
d. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif serta pertimbangan hukum
ekonomi dalam aktualisasi tindakan nasionalisasi modal asing? 2.
Manfaat Penelitian a.
Manfaat Teoretis Secara teoretis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dibidang hukum penanaman modal asing khususnya berkaitan dengan konsep tindakan nasionalisasi modal asing dan pemahaman asas kemandirian dari
perspektif hukum ekonomi pembangunan. b.
Manfaat Praktis Secara praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam
mengambil kebijakan-kebijakan yang mendukung berjalannya tindakan nasionalisasi modal asing dalam hukum penanaman modal di Indonesia.
D. Kerangka Teoretis dan Konseptual
Penelitian penulisan ini berangkat dari konsep teoretis mengenai ukuran Negara sejahtera welfare state yang selama ini sering kita dengar, apalagi dalam
konteks Negara yang sedang berkembang. Setiap Negara di dunia ini berusaha untuk berlomba-lomba menkonsepkan bagaimana seyogyanya sebuah Negara yang
sejahtera secara idealnya. Kendatipun banyak Negara yang berbeda pemahaman mengenai konsep ini. Ada Negara yang berangkat dari pemikiran bercorak liberalis
individualistik, ada juga yang berangkat dari pemikirian sosialis komunalistik, serta ada juga yang berusaha berangkat dari pemikiran east far ideology, semua itu berhak
untuk mendapatkan peran di semesta ini dalam usaha menciptakan suatu Negara yang sejahtera.
Indonesia sebagai Negara yang berdikari, seharusnya dapat menentukan sendiri arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam menciptakan kesejahteraan yang
ideal. Founding Father kita telah menkonsepkan bagaimana sejatinya suatu Negara dapat menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya yang benar-benar hanya untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Dalam hal ini alinea kedua pembukaan UUD 1945 dengan jelas telah menentukan arah tujuan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sedangkan di antara kewajiban pemerintah, sebagaimana termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal
perekonomian nasional, pasal 33 ayat 2 sebagai pedoman hukum ekonomi pembangunan, menggariskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Sementara itu, menurut pasal 33 ayat 4 perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan kesatuan ekonomi nasional.
Memperhatikan hal-hal di atas, secara konseptual, tindakan nasionalisasi merupakan pengambilalihan aset dan modal asing yang dituntut untuk
mengembalikan segala aset Negara yang merupakan hajat orang banyak yang selama ini dikuasai oleh investor asing, namun disisi lain kita juga dituntut untuk mematuhi
prinsip hukum yang menjunjung tinggi asas kepastian hukum dan keadilan, karena dalam konstitusi kita dengan jelas tertera bahwa Indonesia adalah Negara Hukum.
Sangat sulit memang bagi Negara Indonesia yang saat ini masih memiliki ketergantungan oleh barang-barang impor, dan segala bentuk investasi yang dikuasi
asing, untuk berani meminimalisir masuknya modal asing ke negara kita. Dalam UUPM telah tertera asas kemandirian dimana dijelaskan bahwa asas penanaman
modal yang dilakukan tetap mengedepankan potensi bangsa dan Negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
Asas kemandirian tersebut harus kita selaraskan dengan prinsip berdikari dibidang ekonomi yang mempunyai makna tidak menggantungkan diri kepada
Negara asing dalam melipatgandakan produksi nasional demi mempertinggi tingkat hidup Rakyat Indonesia. Dengan demikian seharusnya konsep ketergantungan
terhadap penanaman modal asing ini mesti kita kikis sedikit demi sedikit dengan menasionalisasikan modal asing dengan tetap mengedepankan asas kepastian hukum
dan keadilan serta memberikan kompensasi yang layak dan pantas.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu