Makna Kemandirian Ekonomi Dari Perspektif Hukum Ekonomi Pembangunan
industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan persatuan dan
kesaman nasional. Tingkat kedua, perjuangan untuk ekonomi dan modernisasi politik. Akhimya dalam tingkat ketiga, tugas negara yang terutama adalah
melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan pada tahap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat. Tingkat-tingkat tersebut
dilalui secara berurutan consecutive dan memakan waktu yang relatif lama. Persatuan nasional adalah prasyarat untuk memasuki tahap industrialisasi.
Indusirialisasi merupakan jalan untuk mencapai negara kesejahteraan Walfare State.
13
Negara-negara berkembang Developing Countries memiliki tujuan yang sama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi kadang kala timbul
pebedaan pemahaman cara untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Pengaruh yang terbesar dirasakan oleh negara-negara berkembang yaitu ketika mereka dipaksa
mengikuti dan mengadopsi segala sistem politik dan ekonomi hingga budaya melalui penjajahan kolonialisme untuk mencapai ketiga tingkatan tersebut. Sehingga ketika
mereka ingin mencapai tingkatan industrialisasi pasca kesatuan nasionalisme kemerdekaan, hanya tersisa pilihan untuk tetap statis meneruskan sistem
13
Erman Rajagukguk “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi:
Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum Di Indonesia”. Pidato pengukuhan diucapkan pada upacara
penerimaan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 4 Januari 1997, h. 1
kolonialisme atau melaksanakan kedaulatan ekonomi nasional menuju kesejahteraan sosial sebagai negara yang berdaulat.
Sistem Industrialisasi negara-negara maju yang didominasi negara-negara bagian barat telah mengenalkan sistem liberalisme dan kapitalisme. Hingga saat ini
Pemikiran neoliberal dapat ditelusuri melalui Adam Smith, seorang filosof yang menerbitkan buku The Wealth of Nations 1776. Sebagai penganut faham
individualis dan pembela kaum industri, Smith mengharamkan campur tangan pemerintah dalam mekanisme pasar karena pasar akan mampu membenahi dirinya
sendiri. Tangan-tangan tak terlihat akan menciptakan keseimbangan penawaran dan permintaan dalam pasar komoditas maupun pasar surat-surat berharga pasar uang
dan pasar modal. Intinya adalah akumulasi modal dengan keniscayaan memperoleh keuntungan semaksimal-maksimalnya karena pasar mengatur dirinya sendiri.
14
Puncak dari pergumulan ini adalah perebutan pasar serta sumberdaya enerji dan produksi. Maka lahirlah Perang Dunia I dan II. Amerika Serikat AS tidak lagi
menghendaki Eropa mendominasi perekonomian. Sekaligus diperlukan strategi baru bagaimana mengatur perekonomian dalam pergaulan internasional. Pemikiran inilah
yang melahirkan apa yang disebut Breton Woods, yakni tiga lembaga ekonomi Bank Dunia, IMF, dan GATT yang kemudian menjadi WTO dan satu lembaga
politik PBB. Tetapi liberalnya pasar ini menemui kegagalan karena AS terus
14
Ichsanuddin Noorsy, “Kerakyatan Versus Neoliberal”, Artikel diakses pada 10022015
dari www.spi.or.idwp-contentuploadsPDF002.pdf , h. 3-4.
mengalami defisit anggaran dan defisit perdagangan. Karena itu pada Juli 1971. Perekonomian Inggris juga mengalami hal yang sama. Dua negara “sekandung” ini
berpendapat, kesejahteraan mereka beralih ke negara lain terutama karena Jepang dan Jerman telah kembali menancapkan pengaruhnya dalam kancah perekonomian.
Ekonomi industrialisasi berbasis neoliberal sebagaimana dikaji ilmuwan Barat sendiri telah membuat orang kaya makin kaya dan kaum papa makin ternista.
Neoliberal bahkan telah memposisikan pengusaha berhadapan dengan rakyat.
15
Sebagai negara berkembang, Indonesia harus berani mengambil sikap yang berbeda dengan keadaan liberalisasi dan globalisasi ekonomi yang bukti
kegagalannya tidak
terbantahkan. Indonesia
harus berani
dan percara
mempertahankan sistem ekonomi kerakyatan yang diusung oleh Founding Father kita Mohammad Hatta guna menuju kemandirian ekonomi nasional. Hatta sebagai
perumus pasal 33 UUD 1945 meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa tujuan kesejahteraan negara tidak melalui sistem kapitalisme, tetapi sosialisme
Indonesia yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa Sosialisme Religius. Politik Ekonomi Hatta juga mengajak Indonesia untuk menerapkan sistem ekonomi secara
kekeluargaan dan gotong royong, yang saling memperhatikan kebutuhan dan kepentingan bersama, sehingga tidak saling menghisap ala neokapitalisme dan neo
15
Ibid, h. 5
liberalisme. Hatta sangat memperhatikan tanggung jawab sosial untuk pemerataan, keadilan dan kemakmuran bersama.
16
Secara universal dalam prinsip-prinsip Natural Of Law, setiap individu dalam artian negara memiliki hak ekonomi dan politik untuk menentukan sendiri sistem dan
kebijakan demi menuju negara sejahtera. Hal itu dipertegas dengan dicantumkan pasal mengenai hak ekonomi dalam konvensi. Perlu dicatat, dipandang dari segi
sistem politik dan ekonomi, Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya bersifat netral dan prinsip-prinsipnya tidak dapat secara memadai
digambarkan sebagai didasarkan semata-mata pada kebutuhan dan keinginan akan sistem sosialis atau kapitalis, atau ekonomi campuran. Hak-hak tersebut dapat
diwujudkan dalam hak ekonomi dan politik yang beragam dan luas, asalkan tidak berbenturan dan menimbulkan penafsiran ambiguitas dalam penerapan hak asasi
manusia yang diakui dan diterapkan oleh sistem negara tersebut.
17
Hak ekonomi tersebut diperkuat bahwa Kedaulatan negara atas kekayaan alamnya, diakui oleh dunia internasional sebagaimana diatur dalam resolusi Majelis
Umum PBB, 21 Desember 1952 yaitu tentang Prinsip penentuan nasib sendiri ekonomi setiap negara berkembang economic self-determination ditegaskan bahwa
hak setiap negara untuk memanfaatkan kekayaan alamnya. Dalam Covenant on
16
Didik J. Rachbini, Ekonomi Politik: Kebijakan dan Strategi Pembangunan, Jakarta: Granit, 2004, h. 181-183
17
Rhona K.M Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008, h. 113
Economic, Social and Cultural Right, 16 Desember 1966, pada Pasal 1 ditegaskan tentang hak suatu negara peoples untuk memanfaatkan secara bebas kekayaan
alamnya. Resolusi Majelis Umum PBB tentang Permanent Sovereignty over Natural Resources tahun 1974 dan Deklarasi tentang pembentukan Tata Ekonomi
Internasional Baru dan Piagam Hak-hak Ekonomi dan Kewajiban Negara Charter of Economic Rigahts and Duties of State tahun 1974, yang menegaskan kembali
kedaulatan negara untuk mengawasi kekayaan alamnya, terutama bagi negara berkembang.
18
Indonesia sebagai negara yang berdaulat telah mengatur sistem perekonomian yang berpedoman dalam rumusan pasal 33 UUD 1945. Prinsip dan fondasi
penyelenggaraan perekonomian negara diatur dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu antara lain pada ayat 2: cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara, dan ayat 3: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Rumusan ini sengaja dibuat para Founding Fathers untuk membatasi praktik ekonomi pasar liberalistik dan kapitalistik serta
imperialistik yang sayangnya sedang dialami oleh Negara kita sekarang. Hal ini menjelaskan bahwa sistem industrialisasi ala barat tidak sesuai dengan bangsa
18
Huala Adolf dalam bukunya, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta:Rajawali Pers, 1991, h. 51.
Indonesia yang bercirikan kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan, sehingga pengkhiatan konstitusi yang sedang berlangsung ini harus segara dihentikan.
19
Prinsip kekeluargaan, sosialisme religius, dan kemandirian dalam mengelola perekonomin, kiranya juga selaras dengan apa yang perintahkan oleh Allah SWT
melalui Firman-Nya dalam Surat an-Nahl Ayat 71:
لğ Ġلِضف ĘيÞَلا اĖف قáِàلا يف ضعب يلع مكضعب لَضف
مĞقáß يِدآàب ا س هيف مĞف مĞęاĖيأ تكلم ام يلع
ل ةĖعĚبفأ ءاĠ { ėğدحجي
لحĚلأ 61
: 16
}
Artinya: “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam
hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan rezekinya itu tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka merasakan
rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari ni’mat Allah”.
Ayat di atas jelas memposisikan bahwa kehidupan manusia di dunia ini, harus selalu memperhatikan kondisi ekonomi manusia lainnya, harus saling gotong royong
dengan memegang teguh prinsip kebersamaan dan kekeluargaan sehingga sistem ekonomi sosialis religius yang telah diusung Bung Hatta dalam konstitusi ekonomi
kita dapat terealisasikan. Allah telah menjelaskan dan memposisikan bahwa segala prinsip kapitalisme jahat yang hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan
beragam cara adalah sebuah keserakahan yang berakibat kepada keingkaran nikmat
19
Marwan Batubara, Penanaman Modal Asing dan Pengkhianatan Konstitusi, Dalam Fadli Zon, dkk, Dilema Indonesia, Jakarta: Institut For Policy Studies, 2007, h. 149
Allah. Sehingga apa yang selama ini dipraktekan Perusahaan-perusahaan multinasional asing yang cenderung hanya meraup dan menghisap sumber daya alam
dan manusia di negara-negara penerima modal dengan tanpa melaksanakan kewajibannya meningkatkan perekonomian adalah sebuah kebatilan dan penjajahan
gaya baru yang harus dihentikan. Secara sadar keberadaan Pasal 33 UUD 1945 serta segala peraturan yang
terkait dengan perekonomian adalah cerminan eksistensi Hukum Ekonomi Pembangunan dan sosial untuk merespons kebutuhan masyarakat dan negara dalam
mencapai kesejahteraan. Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal disebutkan asas atau landasan dalam sistem perekonomian kita
yakni asas kemandirian ekonomi. Kemandirian adalah satu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi
mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang saling menguntungkan.
Konsep kemandirian menjadi faktor sangat penting dalam pembangunan. Konsep ini tidak hanya mencakup pengertian kecukupan diri self-sufficiency di
bidang ekonomi, tetapi juga meliputi faktor manusia secara pribadi, yang di dalamnya mengandung unsur penemuan diri self-discovery berdasarkan
kepercayaan diri sefconfidence. Kemandirian adalah satu sikap yang
mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi pelbagai masalah demi
mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap pelbagai kemungkinan kerjasama yang saling menguntungkan.
20
Adanya suatu kondisi yang ditakutkan oleh setiap negara berkembang, adalah ketika kemandirian yang telah dijalankan dan dijaga ternodai oleh tindakan
ketergantungan terhadap modal asing akibat terlalu membuka diri dengan kerjasama- kerjasama internasional yang menjebak. Aliran dependensi yang banyak dianut oleh
negara-negara berkembang berpendapat bahwa aliran modal asing yang masuk hanya akan memberikan kemakmuran sesaat, karena dibalik itu ada sistem menjajah yang
berusaha ditanamkan selama-lamanya. Aliran interdependensi pergeseran makna dependensi yang dianut negara-
negara maju berpandangan lebih liberal, bahwa manusia di planet bumi ini berada dalam satu perahu yang sama dan struktur ekonomi global yang semakin kompleks
dari pada sekedar dikotomi pusat dan priferi. Kendati demikian, pendapat ini mengabaikan fakta bahwa penumpang-penumpang dalam perahu yang sama tidak
berpergian pada kelas yang sama, bahkan tidak punya akses yang sama terhadap pelampung ataupun kapal penyelamat. Sudah jelas bahwa teori interdependensi
merupakan konsep yang ambivelen dan relatif terbatas manfaat teoritisnya.
21
Hukum dalam fungsi dasarnya sebagai sarana pemeliharaan ketertiban dan keamanan, sarana pembangunan, dan sarana penegakan keadilan, harus dapat
20
Mukeri, “Kemandirian Ekonomi Sebagai Solusi Kemajuan Bangsa”, Artikel diakses pada
90220 15, http:jurnal.unpand.ac.idindex.phpdinsainarticle, h. 3.
21
Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan: Masalah Kebijakan dan Politik Jakarta: Erlangga, 2010, h. 31
mewujudkan kepastian keamanan dan penegakan keadilan dalam tingkatan industrialisasi. Dalam pembangunan ekonomi, hukum harus dapat menyediakan
pengaturan-pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia peningkatan produksi secara nasional
dan berencana dengan tetap mengedapankan potensi nasional untuk mencapai kemandirian ekonomi nasional dan kesejahteraan warga dan negara.
22
Permasalahan pada era globalisasi ekonomi ini juga memproduksi pengaruh terhadap globalisasi hukum. Globalisasi ekonomi menimbulkan pengaruh yang besar
pada sistem hukum suatu negara, karena globalisasi ekonomi menyebabkan terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi hukum tersebut tidak hanya didasarkan
kesepakatan internasional antar bangsa, tetapi juga pemahaman tradisi hukum dan budaya antara barat dan timur. Berjayanya sistem neo liberalis ala negara-negara
maju dalam wujud pasar bebas WTO, AFTA, AES, seakan mentakdirkan kita negara-negara berkembang untuk tunduk dan ikut dalam permainan mereka.
23
Globalisasi hukum tersebut ditandai dengan saling mempengaruhinya hukum nasional dan internasional, sehingga dibutuhkan harmonisasi hukum. Dalam proses
harmonisasi hukum, dimana hukum internasional mempengaruhi hukum nasional, berarti negara nasional harus membuat aturan-aturan nasional yang mendorong
22
Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung: Binacipta, 1988, 41
23
Iskandar, Hukum Dalam Era Globalisasi dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan Ekonomi dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup, Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2011, h. 7
realisasi kesepakatan guna mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh dalam bidang perdagangan internasional, ketentuan perdagangan internasional dalam rangka World
Trade Organization WTO telah mendorong masing-masing negara membuat aturan nasional sebagai tindak lanjut penerapan ketentuan tersebut dalam suasana nasional.
Akan tetapi dalam mengadopsi hukum intenasional dalam kaitannya harmonisasi hukum, sering kali terlupakan bahwa studi hukum harus memperhatikan bagaimana
hukum yang telah digunakan pada masa lalu secara kondisi sosial, ekonomi dan psikologis apakah sesuai dengan keadaan negara kita, dan apakah hukum tersebut
sesuai dengan jiwa bangsa dan falsafah bangsa indonesia.
24