Arah Kebijakan Hukum Investasi Asing di Indonesia

7. Asas berkelanjutan. Adapun maksud asas ini adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang. 8. Asas berwawasan lingkungan. Adapun yang dimaksud dengan asas ini adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. 9. Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedapankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. 10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Adapun maksud asas ini adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

C. Arah Kebijakan Hukum Investasi Asing di Indonesia

Program Pembangunan Nasional propenas yang menjadi arah kebijaksanaan investasi asing di Indonesia menetetapkan, bahwa investasi asing dimungkinkan pelaksanaannya di Indonesia dengan memenuhi berbagai persyaratan tertentu. Bagi negara-negara berkembang untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity investasi mampu memberikan keuntungan secara ekonomis bagi investor; kedua, political stability investasi akan sangat dipengaruhi stabilitas politik; ketiga, legal certainty atau kepastian hukum. 10 Memperhatikan syarat-syarat di atas, investasi asing juga diarahkan untuk memperkuat tumbuhnya ekonomi nasional dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan uraian Sunarhayati Hartono bahwa suatu pembahasan mengenai penanaman modal asing tidak dapat dilihat terlepas dari peranannya dalam pembangungan ekonomi dan rencana pembangunan economy planning. 11 Selain itu, dalam program pembangunan nasioanal secara tegas disebutkan bahwa kebijakan dan penyelenggaraan proses investasi asing ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang diwujudkan melalui instrumen kebijakan berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan juga Peraturan Pelaksana yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. Seperti lahirnya UU No 1 Tahun 1967 jo. UU No 11 Tahun 1970 Tentang Penanaman Modal Asing dan UU No 6 Tahun 1968 jo. UU No 12 Tahun 1970 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, di mana Undang-Undang ini telah diperbaharui dengan lahirnya UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Kebijakan pemerintah terhadap penanaman modal dari waktu ke waktu terus mengalami pasang surut, kadang kala diperlukan kebijaksanaan yang sangat ketat, 10 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, h. 48. 11 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, h. 44 guna menjaga keutuhan sumber daya alam dan kasatuan ekonomi yang demokratis. Seperti mensyaratkan setiap kegiatan investasi asing yang dilakukan di Indonesia diharuskan dan diwajibkan untuk melakukan kerja sama dalam bentuk usaha patungan joint venture 12 dengan modal nasional. Dan juga pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Terubuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Perpres ini pemerintah membagi 3 tiga kelompok bidang usaha yaitu bidang usaha tertutup, bidang usaha terbuka dengan persyaratan yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Kecil Menengah dan Koperasi UMKM, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kepemilikan modal, lokasi tertentu dan perizinan khusus, serta bidang usaha yang terbuka. Arah kebijakan pemerintah terhadap penyelenggaraan penanaman modal asing haruslah jelas dan konsisten sehingga dalam pelaksanaannya tidak bias dan tidak mudah berubah sesuai selera pengambil kebijakan. Dengan kata lain kebijakan yang terarah diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan keuntungan ekonomi bagi bangsa dan tanah air Indonesia. Sudah sepatutnya setiap arah kebijakan yang hendak ditetapkan harus berpedoman pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 khususnya Pasal 33 di mana semua kebijakan akan bermuara pada kesejahteraan dan kemakmuran milik bangsa Indonesia. 12 Joint venture berarti mencoba berusaha bersama-sama usaha patungan Musyaarokah. Bentuk kerjasama ini dirumuskan sebagai suatu persetujuan antara dua peserta atau lebih yang mempersatukan sumber-sumber modal atau jasa-jasanya atau kedua-duanya dalam satu perusahaan tertentu dengan tanpa membentuk suatu persekutuan yang tersusun.

D. Tujuan, Manfaat, Serta Dampak Negatif Investasi Asing