Tujuan, Manfaat, Serta Dampak Negatif Investasi Asing

D. Tujuan, Manfaat, Serta Dampak Negatif Investasi Asing

Tujuan utama penyelenggaraan penanaman modal adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional demi kesejahteraan sosial. Tujuan ini merupakan Keniscayaaan yang tak dapat dihindari karena dampak lansung dari kegiatan penanaman modal adalah injeksi positif bagi kegiatan ekonomi. Bahkan faktor penanaman modal menjadi unsur yang paling penting di dalam sistem perekonomian nasional maupun sistem ekonomi pada umumnya. Hal itu sesuai dengan makna pembangunan ekonomi menurut GBHN 1999-2004, yaitu: 13 “Pembangungan ekonomi mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Maka selama Indonesia belum memiliki sendiri faktor-faktor tersebut, dapat dimanfaatkan potensi-potensi modal asing, teknologi, dan keahlian dari luar negeri sepanjang tidak mengakibatkan ketergantungan yang terus- menerus serta tidak merugikan kepentingan nasional”. Dengan demikian tujuan penting terselenggaranya penanaman modal asing adalah demi terwujudnya pembangunan ekonomi nasioanal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja, meraih teknologi, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan sosial. Hal ini juga selaras dengan yang disebutkan dalam pasal 3 ayat 2 UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, bahwa: “2 Tujuan Penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk: 13 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Malang: Bayumedia Publishing, 2004, h. 8 a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. Menciptakan lapangan kerja; c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Terlepas dari pro kontra terhadap kehadiran investasi asing, namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara mempunya manfaat yang cukup luas multiplier effect. Manfaat yang dimaksud, yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah pengahasilan negara dari sektor pajak, adanya alih tekonologi transfer of technology maupun alih pengetahuan transfer of know how. 14 Penanaman modal asing untuk saat ini, masih menjadi salah satu alternatif penting dalam memperoleh dana, guna melaksanakan pembangunan ekonomi. Melalui penanaman modal asing, diharapkan investor yang tertarik menanamkan modal tidak saja membawa modal namun juga ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian dan keterampilan dalam berbagai bidang termasuk manajemen berorganisasi dan manajemen pemasaran. Dengan demikian diharapkan tidak saja memajukan industri ke arah modernisasi industri namun juga meningkatkan devisa, 14 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, h. 41. meningakatkan pendapatan negara-pemerintah daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kegiatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, terjadinya alih pengetahuan, alih teknologi, dan sebagainya. John. W Head juga mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya investasi asing. Ketujuh keuntungan investasi asing itu adalah: 15 1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkaatkan kualitas penghasilan dan standar hidup mereka; 2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru; 3. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan pengahasilan tambahan dari luar yang dapt dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya; 4. Menghasilkan pengalihan peralihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain; 5. Memperluas potensi keswasenbadaan negara taun rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor; 6. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah; 15 Rahayu Hartini, “Analisis yuridis UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”, UMM: HUMANITY, Volume IV, No. 1 September 2009: 48 – 60: h. 53 7. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun manusia, agar lebih baik dari pemanfaatannya semula. Kekhawatiran pun mulai diperhitungkan dari banyak sarjana tentang efek negatif yang dapat ditimbulkan akibat aktivitas penanaman modal asing dalam membiayai investasi di Indonesia. Antara lain tentang ketergantungan terhadap luar negeri, nasib penduduk khususnya penduduk yang termasuk angkatan kerja, tentang tanah dimana penanaman modal itu akan dilaksanakan dan ketentuan devisa yang berlaku karena pengusaha asing akan memanfaatkan bagian-bagian keuntungan di negara asalnya. 16 Pandangan lain juga mengemukakan, bahwa kehadiran investasi asing di samping membawa dampat positif, senantiasa dapat membawa dampak negatif berupa motivasi komersial semata untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini terungkap dari pemikiran yang dilontarkan oleh Ushaa Dar dan Pratap K Dar: 17 “it should, however, be clearly understood from the beginning that the foreign investor is not motivated by consideration of extendinng aid for development. The prime motivation is commercial, and expects return from his investment”. 16 G. Kartasapoetra, Kovensi-konvensi Internasional Tentang Paten Dalam Kaitannya Dengan Alih Tekonologi dan Kepentingan Nasional, Bandung: Pionir Jaya, 1991, h. 87 17 Hendrik budi Untung, Hukum Investasi, h. 43 Berbagai pihak juga berpandangan bahwa kehadiran investor asing tidak bisa dilepaskan dari dunia bisnis, yakni selalu menempuh cara apapun untuk mencari keuntungan yang besar . Sebagaimana yang dikemukakan oleh Panjdi Anoraga: 18 “Banyak bukti menunjukan, bahwa betapapun juga, eksplorasi sumber daya alam adalah jenis industri yang bersifat ekstratif dengan ciri utama pada padat modal dan berteknologi tinggi. Dengan demikian, penanaman modal asing di sektor ini juga sangat sulit diharapkan dampak positifnya dalam penyerapan tenaga kerja yang justru menjadi salah satu tujuan pokok pihak Indonesia mengundang m ereka datang ke negara ini”. Persoalan lainnya dalam kontra manfaat investasi tersebut adalah dampak negatif dari investor asing yang notabene hadir dari deretan Perusahaan Multinasional dan Internasional yang menguasai moda global, yang memberikan efek waspada bagi kedaulatan negara kita, khususnya dalam penyelenggaraan penanaman modal asing adalah: 19 1. Perusahaan multinasional berdampak negatif bagi perekonomian negara penerima; 2. Perusahaan multinasional melahirkan sengketa dengan negara penerima atau dengan penduduk asli miskin setempat, khususnya negara yang sedang berkembang; 3. Perusahaan multinasional dapat mengontrol atau mendominasi perusahaan- perusahaan lokal. Sebagai akibatnya, mereka dapat mempengaruhi kebijakan- kebijakan ekonomi atau bahkan kebijakan politis dari negar penerima; 18 Ibid, h. 44 19 Ibid, h. 53 4. Adanya realita perusahaan multinasional yang kegiatan usahanya ternyata telah merusak lingkungan di sekitar lokasi usahanya, terutama negara-negara yang sedang berkembang. Pasalnya perusahaan multinasional telah menggunakan zat- zat kimia dan menerapkan teknologi yang membahayakan lingkungan lingkungan. 5. Perusahaan multinasional dikritik telah merusak aspek-aspek positif dari penanaman modal di negara-negara berkembang. Mengantisipasi dampak-dampak di atas, diperlukan kebijakan pemerintah yang terencana dengan perangkat hukum yang sempurna sehingga kesimpangsiuran yang terjadi akibat lemahnya koordinasi antar instasi dalam mengawasi penyelenggaraan investasi asing ini tidaklah memperburuk dampak negatif yang dikhawatirkan terjadi. Dan juga peran dan konsistensi pemerintah dalam mencapai tujuan dan manfaat investasi asing haruslah benar-benar direalisasikan, agar dampak positif langsung maupun jangka panjang benar adanya dirasakan oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagaimana terdapat dalam kebijakan pembangunan pemerintah dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 di bidang investasi yang menyatakan bahwa pembangunan investasi diarahkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat, memperkuat sumber dana pembiayaan nasional, memperluas pemerataan kesempatan berusaha dan peningkatan peran usaha nasional, terutama usaha kecil, usaha menengah, dan koperasi serta memperluas basis dan peningkatan peran usaha nasional, terutama usaha kecil menengah, dan koperasi serta memperluas basis dan peningkatan daya saing perekonomian nasioanal menuju kemandirian ekonomi. 20 20 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, h. 10. 33

BAB III NASIONALISASI DAN KOMPENSASI TERHADAP MODAL ASING

A. Nasionalisasi Dalam Perspektif Hukum Nasional

Nasionalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu proses, cara, atau perbuatan menjadikan sesuatu, terutama milik asing menjadi milik bangsa atau negara, biasanya diikuti dengan penggantian yang merupakan kompensasi. 1 Sedangkan dalam kajian Politik Hukum Ekonomi Nasional, istilah nasionalisasi paling tidak mencakup tiga pengertian yaitu “konfiskasi”; “Onteigeningexpropriation” dan “pencabutan hak”. Berbicara nasionalisasi berarti terkait suatu peraturan di mana pihak penguasa memaksakan semua atau segolongan tertentu untuk menerima bahwa hak-hak mereka atas semua atau beberapa macam benda tertentu beralih kepada negara. Dengan demikian nasionalisasi adalah suatu cara peralihan hak dari pihak pertekelir kepada negara secara paksa Pencabutan Hak dan disertai kompensasi. Dalam artian setiap onteigening dan pencabutan hak yang dilakukan tidak disertai dengan ganti rugi maka hal itu dapat disebut konfiskasi. 2 1 Bambang Marjihanto, kamus Besar Bahasa Indonesia Populer, Surabaya: Bintang Timur Offset, 1996 h. 256. Lihat juga Kamus Besar Bahasa Indoensia online Di akses pada 05012015 dari httpkbbi.web.idnasionalisasi 2 Antonio Suhadi, dkk. “Studi Hukum Atas Nasionalisasi Perusahaan Asing; Dasar Hukum Tindakan Nasionalisasi Untuk Mencapai Kepastian Hukum Penanaman Modal”, Jurnal Ilmu Hukum dan Kenotariatan Palembang: FH Universitas Sriwijaya, 2010, h. 155 Sedangkan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, Istilah Nasionalisasi telah dikenal sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda. Pasal 1 UU No. 86 Tahun 58 menyebutkan bahwa Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik penuh dan bebas Negara Republik Indonesia. selanjutnya dalam penjelasan umum undang-undang ini menjelaskan bahwa yang dinasionalisasikan adalah pada dasarnya segala perusahaan milik Belanda yang berada di dalam wilayah Republik Indonesia, baik ia merupakan pusatnya maupun cabangnya. Undang-undang di atas juga tidak dicantumkan secara jelas perihal batasan definisi dari makna tindakan nasionalisasi. Sehingga tidak hadirnya kepastian hukum dan tujuan keadilan dalam tindakan nasionalisasi ini. Hanya saja penyusun undang- undang ini mengisyaratkan melalui beberapa pasalnya dan penjelasan umumnya bahwa nasionalisasi adalah tindakan pengembilahan hak secara penuh terhadap seluruh aset asing berupa perusahaan dan modal asing peninggalan kolonial yakni Belanda. 3 Ambiguitas dalam pendefinisian nasionalisasi di setiap negara berkembang pasti selalu timbul, begitu pun Indonesia. Dalam penyusunan UU Nasionalisasi ini, 3 Lihat penjelasan umum Undang-undang No. 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda