Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang

Artinya: Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu, bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Tafsir ayat ini mengungkapkan bahwa jika orang lain melakukan aniaya kepada kita hendaklah dibalas dengan perlakuan yang sama dan tidak melampui batas dari padanya, dengan kata lain jika orang lain melakukan kerugian maka mintalah kerugian itu sesuai dengan kadarnya. b. Penghentian semua perbuatan berkaitan dengan pemanfaatan tanpa hak Bila terbukti terjadi pelanggaran Rahasia Dagang hukuman selain adanya ganti rugi ada sanksi lain yaitu penghentian semua perbuatan berkaitan dengan usaha yang terkait dengan cara perolehan Rahasia Dagang yang dengan cara memanfaatkan tanpa hak. Yaitu apabila seseorang mengambil Rahasia Dagang dari perusahaan lain kemudian mendirikan usaha baru sejenis dengan memanfaatkan Rahasia Dagang yang didapat dari perusahaan lain maka bisa saja terjadi sanksi yang demikian. Sedangkan untuk prosesnya diajukan ke pengadilan Negeri. Perlindungan hukum Rahasia Dagang secara pidana diatur dalam Pasal 17 angka 1 Undang-Undang Rahasia Dagang yakni, apabila seseorang terbukti melakukan Pelanggaran Rahasia Dagang seseorang dengan cara sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan atau apabila ia memperoleh atau menguasai suatu Rahasia Dagang dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00. Menurut ketentuan Pasal 17 angka 2 Undang-Undang No.30 Tahun 2000 tindak pidana tersebut dalam Pasal 17 angka 1 adalah delik aduan. Ini berarti proses jalannya suatu perkara pidana baru berlangsung jika ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Hal ini masih mencerminkan sifat kepentingan perdata dari pihak yang dirugikan, yang dalam hal ini adalah pemilik Rahasia Dagang dan pemegang Rahasia Dagang. 9 2. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan 9 Gunawan Widjaja, SERI HUKUM BISNIS : RAHASIA DAGANG, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2001, h.97. Selain penyelesaian sengketa melalui pengadilan seperti yang disebutkan dalam Pasal 12 Undang-Undang Rahasia Dagang memungkinkan adanya penyelesaian melalui non-pengadilan artinya dapat melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Diantaranya dapat diselesaikan melalui , konsiliasi, mediasi, negosiasi. Dalam Pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999 disebutkan bahwa arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”. Putusan arbirase umumnya mengikat para pihak. Penaatan terhadapnya dipandang tinggi. Biasanya putusannya bersifat final dan mengikat. 10 Itu karena arbitrase dilaksanakan antara para pihak sendiri atas kesadaran akan penyelesaian sengketa. Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang diberikan oleh arbitrase ad-hoc maupun lembaga arbitrase atas suatu perbedaan pendapat, perselisihan paham maupun persengketaan mengenai suatu pokok persoalan yang lahir dari suatu perjanjian dasar yang memuat klausula arbitrase yang diajukan pada arbitrase ad-hoc, maupun lembaga arbitrase untuk diputuskan olehnya. 11 Menurut Pasal 1 angka 10 UU Arbitrase dan APS, Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda 10 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta : Sinar Grafika, 2006 , h.39. 11 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003 , h.98-99. pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Pengertian masing-masing lembaga penyelesaian sengketa di atas sebagai berikut: 12 a. Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu klien dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya. b. Negosiasi adalah suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif. c. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. d. Konsiliasi adalah dimana penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima. e. Pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya 12 Frans Hendra Winarta. Hukum Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Sinar Grafika., 2012, h 7-8. 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut: 1. Politik hukum lahirnya Undang-Undang Rahasia Dagang di Indonesia. Ada 2 aspek yang mendasari latar belakang lahirnya Undang- Undang Rahasia Dagang . Aspek pertama adalah telah diratifikasinya Agrrement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pmbentukan Organisasi Perdagangan Dunia dimana didalamnya tercakup Agreement Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights, dengan Undang-Undang No.7 Tahun1994. Didalam TRIPs inilah ditulis tentang perlunya dibuat dan diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang. Aspek kedua adalah yang mendasari Undang-Undang No.30 tahun 2000 adalah mengingat Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. 2. Ketentuan kepemilikan Rahasia Dagang berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000. Bahwa di dalam Undang-Undang No 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang tidak memberikan rumusan atau pengertian mengenai pemilik Rahasia Dagang akan tetapi hanya dijelaskan mengenai hak pemilik Rahasia Dagang yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang No.30 Tahun 2000. Namun demikian Undang-Undang No.30 tahun 2000 tersebut juga tidak memberikan rumusan pemegang Rahasia Dagang Namun jika kita kaitkan dengan makna yang tersurat dalam dalam Undang-Undang Hak Cipta yang membedakan pencipta dari pemegang hak cipta dan Undang-Undang Paten yang membedakan penemu dari pemegang paten tampaknya Undang-Undang Rahasia Dagang ini juga membedakan antara pemilik Rahasia Dagang dan pemegang Rahasia Dagang, berdasarkan pada originator Rahasia Dagang tersebut. Dapat kita katakan bahwa pemilik Rahasia Dagang adalah penemu atau originator dari informasi-informasi yang dirahasiakan tersebut, yang disebut Rahasia Dagang. Sedangkan pemegang Rahasia Dagang adalah pemilik Rahasia Dagang dan pihak- pihak yang memperoleh hak lebih lanjut dari pemilik Rahasia Dagang, yang terjadi sebagai akibat berlakunya ketentuan Pasal 5 angka 1 Undang-Undang Rahasia Dagang 3. Pengaturan mengenai kewenangan kompetensi absolut sengketa Rahasia Dagang pada putusan MA Nomor 1713 KPdt2010 Putusan Mahkamah Agung dalam putusan Nomor 1713 KPdt2010 yang mengabulkan permohonan kasasi PT BPE berdasarkan pertimbangan yakni bahwa gugatan penggugat adalah mengenai Rahasia Dagang, bahwa gugatan tentang Rahasia Dagang adalah kewenangan Pengadilan Negeri. Menurut penulis pertimbangan tersebut sudah sangat tepat dikarenakan gugatan yang diajukan oleh PT BPE mengeneai metode penjualan dan produksi sehingga masuk dalam ranah Rahasia Dagang dan Pengadilan Negeri Bekasi berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara No.280Pdt.G2008PN.BKS ,hal ini sangat berbeda dengan sengketa HKI lainnya yang diselesaikan oleh Pengadilan Niaga. Menurut penulis penyebab sengketa Rahasia Dagang harus diselesaikan di pengadilan negeri dikarenakan sifat Rahasia Dagang yang tidak diketahui oleh umum serta persidangan di Pengadilan Niaga selalu terbuka untuk umum sehingga sengketa Rahasia Dagang harus diselesaikan di Pengadilan Negeri karena dapat melakukan persidangan secara tertutup untuk umum. Berdasarkan Pasal 11 dan Pasal 12 UU Rahasia Dagang, terdapat 2 cara menyelesaikan sengketa Rahasia Dagang, yakni: a. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan a Mengajukan Gugatan perdata yang disertai tuntutan kompensasi ataupun ganti rugi atas pelanggaran Rahasia Dagang; b Melaporkan sebagai tindak pidana akibat adanya tindak pidana terhadap pemegang hak atau penerima lisensi hak Rahasia Dagang; b. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan a Melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa apabila terjadi sengketa dalam melaksanakan perjanjian yang berkaitan dengan Rahasia Dagang

B. Saran

1. Mengingat bahwa perlindungan terhadap Rahasia Dagang ini diharapkan dapat melindungi kepentingan subjek Rahasia Dagang karena seharusnya Undang-Undang No.30 tahun 2000 memberikan kemudahan bagi subjek hukum yang berkepentingan untuk melindungi Rahasia Daganya maka hendaknya Undang-undang ini memberikan pengertian yang jelas pada pasal-pasalnya. 2. Seharusnya Hakim Pengadilan Negeri lebih teliti dalam menilai suatu gugatan mengenai Rahasia Dagang. Karena ini sangant berpengaruh kepada terjaminnya perlindungan Rahasia Dagang terhadap hak Rahasia Dagang yaitu pemilik Rahasia Dagang atau pemegang hak Rahasia Dagang.