Posisi Kasus KETENTUAN PENGATURAN KOMPETENSI ABSOLUT

yang rinci, detail dan spesifik mengenai bagian atau produk alam bentuk dua dimensi, ukuran produk jumlah bagian produk dan jenis bahan, kreasi tentang bentuk konfigurasi yang dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang komoditas industri sebagaimana dituangkan dalam cetak biru atau blue print. 1 Dengan adanya putusan tersebut pihak PT BPE sangat keberatan sehingga mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Bandung, akan tetapi PT BPE kembali kalah ketika putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 328PDT2009PT.BDG tanggal 5 Januari 2010 yang isi amar putusannya yaitu : 1. Menerima permohonan banding dari pembanding semula penggugat 2. Menguatkan putusan sela Pengadilan Negeri Bekasi No.280Pdt.G2008PN.BKS. 3. Menghukum pembanding semula penggugat untuk membayar ongkos perkara dalam kedua tingkat peradilan Dengan adanya putusan pihak PT BPE masih merasa keberatan atas pertimbangan hukum pada putusan tersebut. Akhirnya melalui kuasa hukumnya PT BPE yaitu Insan Budi Maulana mengajukan permohonan kasasi di Mahkamah Agung pada tanggal 19 Maret 2010. 1 http:www.hukumonline.comberitabacahol21750sengketa-rahasia-dagang- hitachibasuki-pratama-kembali-berlanjut diakses pada tanggal 30 Juni 2015. Keberatan tersebut mengenai judex facti 2 telah salah dalam menerapkan hukum karena telah melanggar Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Selain itu, Putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan, namun judex facti tidak cukup mempertimbangkan alasan dan bukti yang termuat dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim judex facti. Judex facti juga melakukan kekhilafan atau kekeliruan dalam pertimbangan hukum karena jelas-jelas melanggar dan bertentangan dengan: 1. Pasal 50 angka 1 Undang-Undang No 49 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan putusan pengadilan harus memuat alasan dan dasar putusan. Juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang relevan dan sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. 3 2. Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI yaitu: 4 Putusan Mahkamah Agung No 638KSip1969 menegaskan putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan menjadi alasan untuk kasasi, dan putusan demikian harus dibatalkan. Putusan Mahkamah Agung No 67 KSip1972 juga mengandung kaidah hukum “putusan judex factie harus dibatalkan jika judex factie tidak 2 Judex facti adalah hakim mengenai fakta-fakta bukan hakim kasasi. J.C.T Simorangkir, Kamus Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 78. 3 http:www.hukumonline.comberitabacalt4eba3e97b3807bahasa-hukum- onvoldoende-gemotiveerd diakses pada tanggal 30 Juni 2015. 4 Ibid memberikan alasan atau pertimbangan yang cukup dalam hal dalil-dalil tidak bertentangan dengan pertimbangan-pertimbangannya. Putusan MA RI No. 1860 KPdt1984 tanggal 14 Oktober 1985, menegaskan: putusan yang dijatuhkan dianggap tidak cukup pertimbangannya, karena tidak mempertimbangkan secara seksama dalam persidangan; 3. Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA No. 01 Tahun 1963 bagian B tanggal 31 Mei 1963. Nomor 01 Tahun 1963 Bagian B, maka Majelis Hakim Agung dalam Putusan Kasasi harus pula mempertimbangkan apa yang menjadi dasar alasan judex facti Pengadilan Tinggi tersebut berpendapat demikian itu. Berdasarkan hal tersebut, judex facti yang tidak cukup pertimbangan atau kurang cukup mempertimbangkan apa yang menjadi dasar alasan putusan, sehingga mengakibatkan adanya kesalahan dalam penerapan hukumnya dan telah jelas-jelas merupakan kekhilafan judex facti atau suatu kekeliruan yang nyata. Oleh karena itu, cukup alasan dan dasar hukumnya bagi Pemohon Kasasi untuk mengajukan permohonan kasasi. Dalam kedua putusan tersebut pertimbangan hakim mengenai perkara tersebut adalah mengenai HKI sehingga perkara yang berkaitan dengan HKI harus diajukan ke pengadilan niaga. Sehingga putusan Pengadilan Negeri Bekasi menolak mengadili perkara tersebut dan Pengadilan Tinggi Bandung menguatkan putusan sela Pengadilan Negeri Bekasi. Penulis tidak setuju dengan kedua putusan tersebut karena perkara ini jelas berkaitan dengan Rahasia Dagang dan putusan tersebut telah melanggar Pasal 11 Undang-Undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Rahasia Dagang dengan Desain Industri jelas berbeda jika kita lihat Pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang yaitu: “lingkup Rahasia Dagang melingkupi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain dibidang teknologi danatau bisnis yang emmiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyrakat.” Dan dibandingkan dengan pengertian Desain Industri menurut Pasal 1 Undang-Undang Desain Industri yaitu: 5 “Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.” Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Rahasia Dagang dalam perkara ini adalah metode produksi mesin boiler dan metode penjualan mesin boiler dan untuk mendaptkan perlindungan hukumnya tidak perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal HKI sedangkan yang dimaksud desain industri dalam perkara ini adalah desain mesin boilernya sehingga untuk mendapatkan perlindungan desain industri perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal HKI. 5 OK. Saidin , Aspek Hukum Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013, h. 467.

B. Dasar Pertimbangan Hakim MA dalam Memberikan Putusan MA

No.1713 KPdt2010 Pada kasus ini hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan perkara antara PT BPE dengan HCMI yaitu judex facti Pengadilan Negeri Bekasi dan Pengadilan Tinggi Bandung telah keliru dalam menerapkan hukum yaitu dengan pertimbangan tentang : 1. Bahwa gugatan penggugat adalah mengenai Rahasia Dagang Dalam hal ini judex facti bahwa gugatan ini berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual yaitu Desain Industri kurang tepat. Karena dalam gugatan yang diajukan oleh PT BPE yaitu berkaitan dengan metode produksi dan metode penjualan mesin boiler dan bukan tentang desain industri mesin boiler sehingga gugatan ini masuk dalam ranah Hak Kekayaan Intelektual khususnya Rahasia Dagang. Menurut penulis penyebab adanya penjelasan mengenai mesin boiler dalam gugatan ini dikarenakan bahwa Rahasia Dagang sangat berkaitan dengan benda yang diproduksi atau dijualnya karena tanpa adanya benda yang diproduksi dan dijual maka tidak akan ada metode penjualan dan metode produksi tersebut. 2. Bahwa gugatan tentang Rahasia Dagang adalah kewenangan Pengadilan Negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang- Undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang Bahwa judex facti tentang gugatan bukan kewenagan Pengadilan Negeri Bekasi karena bukan pengadilan niaga sangat tidak tepat. Karena ada keunikan tersendiri yang dimilik Rahasia Dagang yaitu tidak ada jangka waktu perlindungannya serta mengenai pelanggaran Rahasia Dagang yang dapat merugikan pemilik atau pemegang hak Rahasia Dagang dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Negeri baik secara perdata maupun pidana, hal ini sangat berbeda dan Hak Kekayaan Intelektual lainnya yang mengharuskan gugatannya diajukan ke Pengadilan Niaga. 3. Putusan judex facti harus dibatalkan serta memerintahkan judex facti untuk mengadili pokok perkara Dalam hal ini Pengadilan Negeri Bekasi berwenang mengadili perkara ini karena domisili para termohon kasasi adalah di Bekasi maka berdasarkan hukum, gugatan atas pelanggaran Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri Bekasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Hakim Mahkamah Agung dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada Mahkamah Agung pada hari Selasa tanggal 6 September 2011 oleh H.Atja Sondjaja, SH., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH, LL.M., dan Timur P. Manurung, SH., MH., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai Anggota mengadili perkara tersebut dalam Putusan Nomor. 1713 KPdt2010 yaitu mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT Basuki Pratama Engineering dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 328PDT2009 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 280Pdt.G2008PN.BKS.., tanggal 14 April 2009, selanjutnya mengadili sendiri yaitu menyatakan Pengadilan Negeri Bekasi berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara Nomor 280Pdt.G2008PN.BKS.dan memerintahkan Pengadilan Negeri Bekasi untuk memeriksa dan mengadili pokok perkara dan menghukum Termohon KasasiPenggugat untuk membayar biaya dalam semua tingkat peradilan, dalam tingkat kasasi sebesar Rp 5.000.000,00 lima juta rupiah. Dengan adanya putusan ini maka PT BPE mendapat perlindungan hukum sebagai pemilik Rahasia Dagang berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang sehingga perkara pelanggaran Rahasia Dagang ini dapat dilanjutkan di Pengadilan Negeri Bekasi untuk membuktikan apakah benar terjadi pembocoran Rahasia Dagang atau tidak.

C. Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang

Disini penulis akan mencoba menjelsakan jenis-jenis penyelesain sengketa Rahasia Dagang berkaitan dengan putusan Mahkamah Agung Nomor 1713KPdt2010 yang salah satu amar putusannya menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Bekasi berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara No. 280Pdt.G2008PN.BKS. Pada umumnya penyelesain sengketa yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual diselesaikan melalui Pengadilan Niaga namun walaupun Rahasia Dagang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual ,sengketa Rahasia Dagang harus diselesaikan di Pengadilan Negeri. Alasan utamanya adalah karena pemeriksaan sengketa Rahasia Dagang harus diselesaikan secara tertutup dikarenakan Rahasia Dagang bersifat rahasia, memiliki nilai ekonomi dan harus dijaga kerahasiaannya. Sedangkan pada Pengadilan Niaga tidak mengenal adanya persidangan secara tertutup, oleh karena itu Undang-undang menentukan penyelesaian Rahasia Dagang di Pengadilan Negeri. 6 Penyelesaian sensgketa terkait Rahasia Dagang, hal tersebut diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. menurut ketentuan tersebut, terdapat 2 cara menyelesaikan sengketa Rahasia Dagang yakni: 1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan Perlindungan Rahasia Dagang secara perdata diatur menurut Pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang pemegang hak Rahasia Dagang atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran Rahasia Dagang untuk melakukan : a. Gugatan ganti rugi Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, tanggal 5 Maret 1975 No. 1078 KSip1975 dan Mahkamah Agung RI tanggal 17 Oktober 1973 No.325 KSip1973, gugatan ganti rugi harus dirinci secara jelas. Dan apabila gugatan ganti rugi tersebut tidak dirinci secara jelas maka haruslah ditolak seluruhnya atau dinyatakan tidak diterima. 7 Pengadilan dapat memutuskan bahwa tergugat yang menyalahgunakan informasi rahasia penggugat harus memberi ganti rugi kepada penggugat atas kerugian yang dialaminya. Seringkali sangat sulit menghitung kerugian komersial secara akurat yang dialami penggugat sebagai 6 http:ejournal.unsrat.ac.idindex.phplexetsocietatisarticleviewFile24471984 diakses pada tanggal 20 Juni 2015. 7 Jeremias Lemek, Penuntun Membuat Gugatan, Yogyakarta : Liberty.2010 , hlm.95