Pelanggaran Rahasia Dagang KETENTUAN PENGATURAN KEPEMILIKAN RAHASIA

dahulu tergugat di depan persidangan Pengadilan Negeri Bekasi hal ini berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang No.30 Tahun 2000 bahwa pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima Liensi dapat menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Oleh karena itu PT BPE mengajukan gugatan kepada PT HCMI dkk dan tergugat lainnya. Ketentuan Pasal 11 Undang-Undang No.30 Tahun 2000 ini disusun untuk memberikan kesempatan bagi pemilik Rahasia Dagang untuk melindungi Rahasia Dagangnya. Penggugat, adalah pemilik dan pemegang hak atas Rahasia Dagang metode produksi dan metode penjualan mesin boiler di Indonesia, karena penggugat sudah memproduksi mesin boiler sejak tahun 1991. Metode proses produksi itu bersifat rahasia perusahaan. Bahwa sebagai perusahaan yang berfokus sebagai produsen mesin boiler, perusahaan PT BPE memiliki metode produksi termasuk juga rancang bangun proses produksi mesin boiler yang harus dilakukan sebelum dilakukannya proses produksi. Seluruh detail metode produksi, informasi maupun detail spesifikasi mesin boiler dicantumkan dalam cetak biru. Sehingga cetak biru tersebut dianggap sebagai Rahasia Dagang karena tidak diketahui oleh masyarakat umum dan memiliki nilai ekonomis serta PT BPE telah melakukan upaya menjaga kerahasiaannya. Bahwa tergugat IV sampai dengan tergugat X adalah bekas karyawan PT BPE, tetapi ternyata sejak para tergugat tidak bekerja lagi di perusahaan, mereka telah bekerja di perusahaan tergugat PT HCMI. Tergugat, sekitar tiga sampai dengan lima tahun lalu mulai memproduksi mesin boiler dan menggunakan metode produksi dan metode penjualan milik penggugat yang selama ini menjadi Rahasia Dagang PT BPE. PT BPE, sangat keberatan dengan tindakan tergugat I baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama memproduksi mesin boiler dengan menggunakan metode produksi dan metode penjualan mesin boiler penggugat secara tanpa izin dan tanpa hak. Berdasarkan gugatan tersebut PT HCMI dkk sebagai tergugat mengajukan eksepsi yang pada pokoknya beriskan bahwa gugatan penggugat tentang HKI sehingga dianggap sebagai perkara khusus,yakni perkara perdaganganniaga dan harus diajukan ke pengadilan khusus yakni pengadilan niaga. Eksepsi PT HCMI dkk tersebut dikabulkan dalam putusan Pengadilan Negeri Bekasi No.280Pdt.G2008PN.BKS, tanggal 4 April 2009 yang amar putusannya sebagai berikut: 1. Mengabulkan eksepsi tergugat 2. Menyatakan Pengadilan Negeri Bekasi secara absolut tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara 3. Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima 4. Menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara Salah satu pertimbangan majelis hakim menyatakan gugatan penggugat adalah tentang desain industri. Pasalnya, isi gugatan menguraikan tentang tahapan pembuatan mesin boiler. Yakni, informasi yang rinci, detail dan spesifik mengenai bagian atau produk alam bentuk dua dimensi, ukuran produk jumlah bagian produk dan jenis bahan, kreasi tentang bentuk konfigurasi yang dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang komoditas industri sebagaimana dituangkan dalam cetak biru atau blue print. 1 Dengan adanya putusan tersebut pihak PT BPE sangat keberatan sehingga mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Bandung, akan tetapi PT BPE kembali kalah ketika putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 328PDT2009PT.BDG tanggal 5 Januari 2010 yang isi amar putusannya yaitu : 1. Menerima permohonan banding dari pembanding semula penggugat 2. Menguatkan putusan sela Pengadilan Negeri Bekasi No.280Pdt.G2008PN.BKS. 3. Menghukum pembanding semula penggugat untuk membayar ongkos perkara dalam kedua tingkat peradilan Dengan adanya putusan pihak PT BPE masih merasa keberatan atas pertimbangan hukum pada putusan tersebut. Akhirnya melalui kuasa hukumnya PT BPE yaitu Insan Budi Maulana mengajukan permohonan kasasi di Mahkamah Agung pada tanggal 19 Maret 2010. 1 http:www.hukumonline.comberitabacahol21750sengketa-rahasia-dagang- hitachibasuki-pratama-kembali-berlanjut diakses pada tanggal 30 Juni 2015.