Pola Makan Remaja Pola Makan

jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan nutrisi – nutrisi penting bagi tubuh Sutanto, 2013.

2.2.1 Pola Makan Remaja

Pola makan atau kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Overweight dan obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, dan berbagai gangguan kulit. Pola makan yang tidak baik akan berpengaruh terhadap status gizi remaja terutama status gizi lebih. Mengonsumsi makanan dari restoran makanan cepat saji, terutama yang menyediakan menu Western Style, semakin sering ditemukan di masyarakat kota- kota besar khususnya para remaja. Selain jumlah restoran-restoran tersebut semakin banyak di berbagai penjuru kota, menu makanan cepat saji umumnya cepat dalam penyajian Khomsan, 2003 Penelitian Medawati dan Podojoyo 2005 membuktikan kejadian obesitas pada remaja tidak saja dipengaruhi oleh energi, lemak dan karbohidrat saja, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi makan di rumah. Frekuensi makan di rumah yang berlebihan juga menyebabkan terjadinya status gizi lebih. Menurut penelitian Johanes 2013 pola makan berhubungan dengan kejadian overweight tidak hanya dari segi jumlah makanan yang dimakan, melainkan juga Universitas Sumatera Utara komposisi makanan dan kualitas diet. Kebiasaan makan remaja sekarang ini telah berubah, yaitu dengan rendahnya konsumsi buah-buahan, sayuran berwarna hijau, dan meningkatnya konsumsi snacks dan minuman ringan, serta melewatkan sarapan. Penelitian Hudha 2006 tentang hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik terhadap status gizi lebih, menunjukkan bahwa gizi lebih disebabkan karena pola makan yang tergolong kategori baik dan aktivitas fisik yang tergolong aktivitas fisik ringan sehingga energi yang dikeluarkan tidak sesuai dengan asupan pangan. Jika hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak di bawah kulit yang akhirnya terjadi gizi lebih.

2.2.2 Pola Makan yang Kurang Tepat