Serat Makanan dan Kolesterol Status Gizi Remaja

d. Serat Makanan dan Kolesterol

Kolesterol termasuk lemak, merupakan zat penting yang sangat dibutuhkan tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh, hati dapat membentuk kolesterol dalam jumlah seimbang dan mencukupi. Kelebihan kolesterol umumnya terjadi karena banyak asupan kolesterol dan lemak dari luar lewat makanan yang kita makan. Asupan serat dapat membantu menyeimbangkan jumlah kolesterol berlebihan dalam tubuh Lubis, 2009. Diet serat larut, menurunkan kadar kolesterol darah dan membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Karena mampu menjerat lemak dalam usus, berarti serat larut mencegah penyerapan lemak oleh tubuh. Dengan demikian serat membantu mengurangi penyerapan lemak oleh tubuh. Winarti, 2010.

e. Serat Makanan dan Kontrol Gula darah

Mekanisme serat yang tinggi dapat memperbaiki kadar gula darah yaitu berhubungan dengan kecepatan penyerapan makanan karbohidrat masuk ke dalam aliran darah yang dikenal dengan glycaemic index GI. makanan yang cepat dirombak dan cepat diserap masuk ke aliran darah mempunyai angka GI yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah. Sebaliknya makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran darah mempunyai angka GI yang rendah sehingga dapat menurunkan kadar gula darah. kenaikan kadar gula darah dapat ditekan jika karbohidrat dikonsumsi bersama serat makanan. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes, baik tipe I maupun tipe II Winarti, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan Serat Makanan

Dampak kekurangan serat seperti tekstur dan struktur tinja menjadi keras, padat, dan berbutiran kecil-kecil, susah buang air besar atau konstipasi, mudah terinfeksi, meningkatkan gerak peristaltik usus secara berlebihan dan mendatangkan beragam jenis penyakit mematikan seperti kanker kolon, penyakit gula darah, infeksi difertikula, jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi dan penyempitan pembuluh darah Lubis, 2009 Dampak yang terjadi akibat kelebihan serat makanan seperti dehidrasi, terjadi peningkatan jumlah gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme berbahaya dalam usus besar, menurunkan kemampuan sel usus dalam menyerap vitamin larut lemak ADEK dan vitamin larut air, sehingga jumlah vitamin tersebut di dalam tubuh berkurang, menghambat ketersediaan asam empedu dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan, sehingga dapat menggangu ketersediaan lemak dan protein, menurunkan ketersediaan mineral karena serat dapat menghambat proses penyerapan Lubis, 2009 Asupan serat makanan dari sumber makanan alami tidak pernah menimbulkan kelebihan ketersediaan serat dalam tubuh. Satu-satunya penyebab ketersediaan serat yang berlebihan adalah karena konsumsi serat makanan dari suplemen Lubis, 2009.

2.3.4 Asupan Serat yang Dianjurkan

Makanan yang banyak mengandung serat diantaranya sayuran, buah-buahan, serealia dan agar-agar. Pada remaja ketidaksukaan pada sayuran dan buah-buahan menjadi faktor utama rendahnya asupan serat Brown, 2005. Menurut Kementrian bidang kesehatan columbia, konsumsi serat yang harus dikonsumsi setiap hari untuk Universitas Sumatera Utara umur 14-18 tahun yaitu 38 gr untuk laki-laki dan 26 gr untuk perempuan Yuliarti, 2008. Jumlah asupan serat makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi masyarakat indonesia sekitar 25-30 gram setiap hari. Kebutuhan serat makanan berbeda pada jenjang usia yang berbeda. Asupan serat makanan pada bayi, anak-anak, usia remaja, usia dewasa dan lanjut usia tidak sama karena penyebab yang melatar belakangi memang berbeda Lubis, 2009. Angka kecukupan serat pada remaja usia 13-15 tahun yaitu 35 gr untuk laki-laki dan 30 gr untuk perempuan, sedangkan pada remaja usia 16-18 tahun yaitu 37 gr untuk laki-laki dan 30 gr untuk perempuan Hardinsyah dan Tambunan, 2004.

2.4 Status Gizi Remaja

Status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi pangan dan penggunaan zat-zat gizi Almatsier, 2001. Status gizi adalah hasil perhitungan dari berat badan kg dibagi dengan tinggi badan m dikuadratkan yang disesuaikan dengan rumus indeks antropometri Gibson, 2005. Ada tiga alasan remaja dikatakan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas Arisman, 2002. Status gizi anak umur 6-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu umur 6-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Indikator status gizi yang digunakan Universitas Sumatera Utara pada kelompok umur ini didasarkan pada pengukuran antropometri berat badan BB dan tinggi badan TB yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur TBU dan indeks masa tubuh menurut umur IMTU. Indeks masa tubuh dihitung berdasarkan rumus berikut : Pada anak remaja usia 5-18 tahun nilai IMT nya harus dibandingkan dengan referensi WHONHCS 2007 WHO 2007. Pada saat ini yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah Z- score atau persentil. - Z-score : deviasi nilai seseorang dari dari nilai median populasireferensi dibagi dengan simpangan baku populasi referensi. - Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi WHONHCS, yang dijelaskan dengan nilai seseorang sama atau lebih besar daripada persentase kelompok populasi. Secara teoritis Z-score dapat dihitung dengan rumus : Klasifikasi IMT untuk usia 5-18 tahun disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Klasifikasi IMT Menurut RI 2010 untuk usia 5-18 Tahun Kategori Nilai Z-score Sangat Kurus Z-score -3 Kurus - 3 ≤ Z-score -2 Normal - 2 ≤ Z-score +1 Gemuk +1 ≤ Z-score +2 Obesitas Z- score ≥ +2 Universitas Sumatera Utara

2.5 Pola Makan dan Status Gizi Remaja