Tingkat sosial ekonomi Pengaruh keluarga Kemajuan industri makanan

yang sering dilihat adalah snack dengan persentase 56,5 dan 41,3 responden lebih tertarik dengan slogan atau pesan dalam iklan.

c. Tingkat sosial ekonomi

Dari sudut pandang sosial ekonomi, remaja menjadi pasar yang potensial untuk produk makanan tertentu. Umumnya remaja mempunyai uang saku. Hal ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemasang iklan melalui berbagai media cetak maupun elektronik. Peningkatan pendapatan pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan yang meningkat dan pola aktivitas yang menurun yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas. Penelitian Meiningtias 2003 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan karbohidrat dengan kegemukan, pola makan lemak dengan kegemukan, dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kegemukan. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara konsumsi dan pengeluaran energi, serta aktivitas fisik yang kurang sehingga terjadi penumpukan lemak dan akhirnya mengakibatkan kegemukan.

d. Pengaruh keluarga

Pengaruh keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan. Hal ini mungkin dilandasi oleh ada atau tidak adanya kebiasaan makan bersama. Oleh karena itu kebiasaan makan bersama akhirnya luntur karena tiadanya waktu saling berkumpul, apalagi makan bersama. Orang tua masi memegang peranan penting dalam perilaku makan anak. Hasil penelitian Tibbs 2001 membuktikan bahwa makanan keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas makanan anak. Keluarga yang Universitas Sumatera Utara mengkonsumsi buah, sayuran, susu dan produk bergizi lainnya membuat anak mengkonsumsi makanan bergizi tersebut. Penelitian Saifah 2011 juga menunjukkan hubungan peran keluarga dengan perilaku gizi anak mempunyai hubungan lemah r=0,16 berpola positif, hal ini menunjukkan semakin besar atau semakin baik peran keluarga makan semakin besar atau semakin baik perilaku gizi anak.

e. Kemajuan industri makanan

Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia memengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas, restaurant fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan pun relatif dengan harga yang terjangkau kantong mereka, servisnya cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera. Penelitian yang dilakukan oleh Risnaningsih dan Woro 2008 membuktikan bahwa ada hubungan yang nyata antara kebiasaan makan fast food dengan kejadian obesitas. Jumlah kalori fast food yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kejadian obesitas Risnaningsih dan Woro 2008. Tingginya jumlah kalori yang terdapat di dalam fast food dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih.

2.3 Serat Makanan