Hubungan Antara Asupan Serat dengan Status Gizi

Tabel 4.10 Hubungan Jenis Makanan dengan Status Gizi pada Siswai SMP N 34 Medan Tahun 2014 Status Gizi Jenis Makanan Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total P Value n n n n n n Baik 0,0 2 16,7 4 33,3 4 33,3 2 16,7 12 100,0 0,184 Tidak Baik 9 13,6 14 21,2 27 40,9 14 21,2 2 3,0 66 100,0 Total 9 11,5 16 20,5 31 39,7 18 23,1 4 5,1 78 100,0 Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p sebesar 0,184 yang memiliki arti p α, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis makanan tidak berhubungan dengan status gizi.

4.3.3 Hubungan Antara Asupan Serat dengan Status Gizi

Berdasarkan tabel di bawah ini diketahui bahwa 71,4 asupan serat yang tinggi memiliki status gizi yang gemuk sedangkan 40,8 asupan serat yang rendah memiliki status gizi yang normal. Tabel 4.11 Hubungan Asupan Serat dengan Status Gizi pada Siswai SMP N 34 Medan Tahun 2014 Status Gizi Asupan Serat Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total P Value N n n n n n Tinggi 0,0 0,0 2 28,6 5 71,4 0,0 10 100,0 0,028 Rendah 9 12,7 16 22,5 29 40,8 13 16,4 4 5,6 68 100,0 Total 9 11,5 16 20,5 31 39,7 18 23,1 4 5,1 78 100,0 Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p sebesar 0,028 yang memiliki arti p α Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah asupan serat berhubungan dengan status gizi. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Siswai 5.1.1 Status Gizi Dari hasil penelitian didapatkan status gizi pada siswai SMP N 34 Medan lebih banyak memiliki status gizi normal, namun pada status gizi kurang dan status gizi lebih termasuk tinggi jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Prevalensi status gizi lebih dan status gizi kurang menurut Riskesdas 2013 di Sumatera Utara hanya 13,8 dan 9,9 . Hal ini terjadi karena lokasi sekolah jauh dari kota sehingga siswai jarang mendapat informasi mengenai asupan zat gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan pada masa remaja. Status gizi kurus dan gemuk lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki. Menurut Salam 1989 yang menyatakan bahwa status gizi lebih sering dijumpai pada wanita terutama saat remaja, kemungkinan disebabkan oleh faktor endokrin dan perubahan hormonal. Menurut Krumel 1996 tubuh perempuan lebih banyak menyimpan lemak dari pada laki-laki. Pada saat kematangan fisik biasanya lemak tubuh pada wanita dua kali lebih banyak dari pada laki-laki. Akumulasi lemak sering kali dihubungkan dengan mulainya menarche yang terjadi ketika anak perempuan memiliki lemak tubuh minimal 17 dari berat badannya, sehingga anak perempuan yang gemuk akan mendapat menarche lebih awal dari pada yang kurus. Universitas Sumatera Utara