1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rumah sakit adalah tempat di mana pasien mendapat pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap atau pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh
dokter, perawat atau tenaga medis lainnya, di mana tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dapat dipertanggung jawabkan dari segi medis. Dalam kaitan itu setiap
tindakan yang dilaksanakan harus tercatat dan terdokumentasi. Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga
berbagai disiplin ilmu diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu pelayanan
sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap
dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit Pohan, 2007 Pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit harus mempunyai paling
sedikit tiga dimensi atau unsur, yaitu pertama dimensi konsumen, kedua dimensi profesi, dan yang ketiga dimensi manajemen atau proses bagaimana layanan
kesehatan menggunakan sumber daya yang paling efisien dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pasien untuk itu. Layanan kesehatan yang bermutu harus
mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan dan atau telah dilaksanakan Pohan, 2007.
2 Disamping itu rumah sakit juga harus mempunyai komitmen terhadap lingkungan
kerja, kondisi organisasi dan manajemen, pembelajaran, komunikasi, pengawasan, kepemimpinan, monitoring, komite medik, standar pelayanan dan protap yang harus
sesuai dengan ketentuan. Untuk monitoring tindakan medis yang telah dilakukan terhadap pasien rawat jalan atau rawat inap dicatat di rekam medis. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya cidera atau komplikasi yang tidak diinginkan yang diakibatkan oleh kesalahan manajemen medis Persi, 2006
Rekam medis menurut Permenkes Nomor: 749aMenkesPERXII1989 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan pasien kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Setiap sarana kesehatan wajib membuat rekam medis. Untuk pengisian rekam medis dimaksud harus dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang terkait
dan dibuat serta dibubuhi tandatangan yang memberikan pelayanan, segera setelah pasien menerima pelayanan.
Tujuan pengelolaan rekam medis di rumah sakit adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka mencapai tujuan rumah sakit, yaitu
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh sebab itu dalam mengelola rekam medis, setiap rumah sakit harus mengacu kepada pedoman umum
yang dikeluarkan oleh Depkes dan pengelolaaan rekam medis yang secara tehnis dibuat oleh rumah sakit yang bersangkutan.
3 Pendokumentasian informasi medis seorang pasien harus dilakukan tepat
waktu, up to date, cermat, lengkap, dipercaya, dan obyektif. Hal ini mengingat informasi tersebut merupakan bukti sah dan otentik yang dapat memberikan
perlindungan hukum. Perlindungan hukum bisa diberikan baik kepada pemberi jasa pelayanan maupun penerima jasa pelayanan kesehatan dalam suatu sidang
pengadilan, atau badan resmi lainnya Persi,2006 Rekam medis menjadi sangat penting karena menjadi aspek Hak Asasi
Manusia dan hukum internasional. Hal ini sesuai pula dengan UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, serta UU No 23 tahun 1992 yang menjamin hak
pasien memperoleh pendapat kedua, hak atas rahasia penyakit kliennya, hak memperoleh pelayanan standar, dan hak persetujuan suatu tindakan medik Persi,
2006 Pendokumentasian informasi medis harus mengandung data yang
profesional, metode penyimpanan dan prosedur harus dijaga, khususnya untuk administrasi pelayanan yang memadai. Tujuan pokoknya pendokumentasian
informasi medis untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun pra rumah sakit Persi, 2006.
Fakta di Indonesia menunjukkan bahwa pelaksanaan rekam medis di rumah sakit belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Permenkes No
749aMenkes PerXII1989. Menurut Awliya 2007 kelengkapan pengisian rekam medis di rumah sakit
milik pemerintah Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan 35, penelitian Hatta 1994
4 di Rumah sakit Harapan Kita Jakarta rekam medis yang lengkap 63,8 , penelitian
Meliala 2004 pada tahun 1990 rekam medis pasien epilepsi di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta terisi lengkap 70 , penelitian pada tahun 1999 kelengkapan
rekam medis RS Sardjito 0 sampai 96,97 , di bangsal kesehatan anak kelengkapan rekam medis 7,19 , bangsal perawatan bayi kelengkapan rekam medis
36,88 . Sebelum pelatihan kepada klinisi dari 92 rekam medis yang diteliti ke lengkapannya 60,9 , setelah dilakukan pelatihan kelengkapan rekam medis mecapai
96,7 . Dari data penelitian di atas menunjukkan bahwa pengisian rekam medis baik di rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta masih jauh di bawah ketentuan
standar Departemen Kesehatan yang menyatakan kelengkapan pengisian rekam medis adalah 100 , hal ini menunjukkan belum dilaksanakannya rekam medis
sesuai ketentuan Meliala,2004 Hasil penelitian terdahulu oleh Waruna di Rumah Sakit Santa Elizabeth
Medan 2003 ditemukan kelengkapan rekam medis yang dilakukan oleh dokter 78,6 sedang yang dilakukan oleh perawat 68,2, penelitian Anggraini di Rumah
Sakit Djasamen Saragih Pematang Siantar 2007 menemukan bahwa kelengkapan rekam medis sebesar 65,9, yang penyimpanannya tidak tepat pada tempatnya
sebesar 59,03. P T Perkebunan Nusantara IV Persero merupakan perusahaan perkebunan
peninggalan Belanda yang mempunyai komoditi tanaman kelapa sawit, teh dan kakao dan mempunyai tenaga kerja, pensiunan dan keluarganya lebih dari 100.000 orang
yang pelayanan kesehatannya menjadi tanggungan perusahaan.
5 P T Perkebunan Nusantara IV Persero mempunyai 3 tiga unit rumah sakit
yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan bagi karyawan, pensiunan dan keluarganya. Ketiga rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Pabatu di dekat kota Tebing
Tinggi, Rumah Sakit Laras dekat kota Serbelawan dan Rumah Sakit Balimbingan di Tanah Jawa kabupaten Simalungun. Ketiga rumah sakit tersebut telah mempunyai
fasilitas untuk empat jenis pelayanan dasar. Tenaga medis yang bekerja di ketiga rumah sakit tersebut terdiri dari dokter tetap, dokter honor dan dokter konsultan
sebanyak 45 dokter, di mana 91,11 merupakan tenaga konsultan dan honorer Banyaknya dokter konsultan yang bekerja di rumah sakit P T Perkebunan Nusantara
IV Persero hal ini merupakan suatu kebijakan dari pihak manajemen mengingat kasus untuk pelayanan kesehatan satu jenis spesialisasi belum terlalu banyak dan
rumah sakit masih menganut sistem anggaran berimbang di mana pendapatan yang berdasarkan kontribusi dari perusahaan dibanding dengan biaya operasional rumah
sakit diusahakan seimbang, maka untuk tenaga dokter spesialis dibuat sistem honor berdasar banyaknya pasien yang dilayani.
Dua dari ketiga rumah sakit tersebut telah mempunyai izin operasional dari Depkes RI, di mana persyaratan yang tercantum dalam izin rumah sakit yaitu dalam
waktu satu tahun rumah sakit harus mengikuti akreditasi sebagai sarana untuk menuju Indonesia Sehat 2010. Melalui continuous quality improvement pelayanan
rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya berusaha meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan bermanfaat untuk masyarakat. Penilaian pada akreditasi
6 tingkat dasar meliputi : administrasi manajemen, pelayanan medik, gawat darurat,
keperawatan dan rekam medis Depkes RI, 2007 Dari penelitian awal yang dilakukan di ketiga rumah sakit yang mengambil
sampel masing-masing sebanyak 100 berkas rekam medis pasien rawat inap di masing- masing rumah sakit, diketahui bahwa kelengkapan pengisian rekam medis
yang menjadi tanggung jawab dokter, didapat data kelengkapan rekam medis sebagai berikut: Rumah Sakit Pabatu 18 , Rumah Sakit Laras 26 , Rumah Sakit
Balimbingan 11 hal ini masih jauh dari standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu 100 .
Kelengkapan rekam medis dan ketepatan waktu pengembaliannya masih menjadi persoalan bukan hanya di negara berkembang, namun di negara maju pun
keadaan ini masih sering dijumpai. Fenomena ini terjadi di Korea misal di 11 rumah sakit tersier sangat jauh dari ideal. Di Organisasi pelayanan kesehatan Inggris melalui
The Audit Commission on National Health Service menyimpulkan adanya defisiensi yang serius dalam pengelolaan rekam medis mulai pengisian sampai dengan
penyimpanan Meliala, 2004. Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dalam pengisian rekam medis
memberikan dampak yang kurang akurat pada proses pelayanan kesehatan kepada pasien, karena terdapat hal – hal yang seharusnya menjadi informasi tetapi tidak
terdata. Hal ini mengakibatkan analisa untuk tindakan medik yang seharusnya dilakukan tidak dapat dilakukan, karena tidak didukung dengan data yang
dibutuhkan, serta pertanggung jawaban pekerjaan kurang terdukung.
7 Catatan pada rekam medis sangat berguna untuk mengingatkan dokter
dengan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan kepada pasien, hal ini berguna untuk mempermudah strategi pengobatan pasien.Hanafiah
1999. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengisian rekam medis di rumah
sakit mutunya masih rendah antara lain masih kurang lengkapnya hal hal yang harus diisi oleh dokter maupun perawat, penyimpanan oleh tenaga rekam medis belum
sesuai ditempatnya, waktu yang dibutuhkan untuk mencari kembali relatif lama, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah motivasi dari dokter.
Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu , orang- orang yang
termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak Robins 2002 . Dengan adanya karyawan yang termotivasi diharapkan performa karyawan
tersebut akan meningkat dan produktivitas juga meningkat. Menurut Sedarmayanti dalam Riduan 2008, motivasi sebagai keseluruhan
proses pemberian motif kerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.
Motivasi dokter yang bekerja di Rumah Sakit PTPN-IV adalah untuk menjalankan profesi kedokteran yang telah dimilikinya untuk menolong pasien yang
berobat ke rumah sakit tanpa memperhatikan unsur administrasi yang seharusnya juga dilaksanakan oleh para dokter.
8 Banyaknya tenaga dokter yang bukan merupakan tenaga tetap diduga hal ini
berpengaruh terhadap kinerja dokter tersebut dalam kelengkapan pengisian rekam medis, dimana jika dilihat dari fasilitas yang diperoleh dan ikatan kerja mereka lebih
lemah dibanding dengan dokter tetap. Dokter honorer dan dokter konsultan dalam hal pekerjaan mereka tidak mendapat kompensasi intrinsik yang meliputi: promosi,
penghargaan atas prestasi kerja, kesempatan kerja yang lebih baik, mereka hanya memperoleh kompensasi ekstrinsik yang berupa gaji atau honor. Untuk itu motivasi
yang coba dianalisa yang berpengaruh terhadap kinerja adalah motivasi ekstrinsik yang meliputi : kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan
supervisi. Disamping hal tersebut diatas karakteristik dokter yang bekerja di Rumah Sakit PTPN IV juga sangat beragam dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lama kerja. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang
pengaruh karakteristik individu dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis diruang rawat inap rumah sakit PT Perkebunan Nusantara IV.
1.1. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam penelitian ini apakah karakteristik individu usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja dan motivasi ekstrinsik
kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di
ruang rawat inap Rumah sakit P T Perkebunan Nusantara IV.
9
1.2. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja dan motivasi ekstrinsik kompensasi, kondisi
kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di ruang rawat inap Rumah sakit P T
Perkebunan Nusantara IV
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh antara karakteristik individu usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja dan motivasi ekstrinsik kompensasi, kondisi kerja,
status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di ruang rawat inap Rumah Sakit
P T Perkebunan Nusantara IV.
1.5. Manfaat Penelitian:
1. Sebagai bahan masukan kepada Manajemen Rumah Sakit P T Perkebunan
Nusantara IV untuk membuat kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kinerja pelayanan rumah sakit.
2. Memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan terhadap pengembangan
ilmu kebijakan kesehatan bagi pemerhatipraktisi kesehatan. 3.
Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA