Jeruk Nipis Citrus aurantifolia

atas sirip-sirip miring putus-putus, letak sirip pertama dan kedua berdekatan, terdapat beberapa titik hitam dibawah sirip dada. c. Tongkol abu-abu Thunnus tonggol menurut Bleeker 1851, dengan ciri khas : warna badan sisi bawah dan perutnya putih keperakan dengan titik-titik oval memanjang tidak berwarna. Sirip ekornya berwarna kehitam-hitaman dengan streaks berwarna hijau kekuning-kuningan.

2.6. Jeruk Nipis Citrus aurantifolia

Jeruk nipis smemiliki nama ilmiah Citrus aurantifolia, Limonia aurantifolia, Citus javanica, atau Citrus notissima. Jeruk nipis juga dikenal dengan nama lokal jeruk pecel Jawa, jeruk durga Madura, limau asam atau limau nipis Malaysia, somma nao atau manao Thailand. Di Eropa dan Amerika, jeruk nipis disebut lime, sour lime, common lime Sarwono, 2001. Gambar 2. Jeruk Nipis Citrus aurantifolia Jeruk nipis antara 0-1000 m diatas permukaan laut untuk semua jenis tanah. Namun, jeruk nipis lebih menyukai tanah alkali dengan derajat keasaman pH tana antara 5-6. Tipe daerah tumbuh jeruk nipis ditemukan di daerah musim hujan antar 2-5 bulan dan musim kemarau antara 6-9 Universitas Sumatera Utara bulan. Jeruk nipis biasa ditanam di daerah dengan kriteria sebagai berikut Setiadi, 2004 : a. Daerah sangat basah , yaitu daerah ang rata-rata bulan keringnya dalam setahun sebanyak 0-1,5 bulan. b. Daerah basah, yaitu daerah yng rata-rata bulan keringnya dalam setahun antara 1,5-3 bulan. c. Daerah agak basah, yaitu daerah yang bulan keringnya rata-rata dalam setahun antara 3-4,5 bulan. Jeruk nipis termasuk tipe buah buni. Bentuknya bulat sampai bulat telur. Diameternya sekitar 3-6 cm. Ketebalan kulit buahnya berkisar 0,2- 0,5 mm, dan buahnya memiliki kelenjar yang banyak sekali. Buahnya memiliki papilla yang berwarna kuning kehijau-hijauan. Daging buah jeruk nipis bersegmen. Segmen buahnya berdaging hijau kekuning- kuningannya dan mengandung banyak sari buahnya beraroma harum. Sari buahnya sangat asam berisi asam sitrat berkadar 7-8 dari berat daging buahnya Sarwono, 2001. Menurut Kardarron 2010 dalam Nismah dkk, jeruk nipis memiliki kandungan asam sitrat, asam amino triptofan, lisin , minyak atsiri, glikosida, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin, B1, dan vitamin C. Asam Sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus jeruk-jerukan. Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami dapat digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Asam sitrat Universitas Sumatera Utara aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan Nasional dan Internasional Abadiana, 2013. Menurut Manahan 1977 dalam artikel Dian menyatakan bahwa asam jeruk nipis atau asam sitrat adalah pelarut protik hidrofilik seperti air dan etanol yang bisa melarutkan senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non- polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam sitrat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium,dan cadmium. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam sitrat sebagai pelarut logam berat. Jeruk nipis memiliki gugus karboksilat dan hidrosil yang dapat dimanfaatkan sebagai chelating agent Nurdiani, 2012. Menurut Winarno 1991 dalam Kristianingrum 2011, Asam sitrat bersifat chelating agent atau senyawa pembentuk kompleks. Chelating agent adalah senyawa yang dapat mengikat ion logam bervalensi dua atau lebih seperti Mn, Fe, Cu, Ni, Mg, dan sebagainya yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi. Menurut Rival 1995 dalam Indasah menyatakan pendapat bahwa asam sitrat mempunyai 4 pasang elektron bebas pada molekulnya yaitu pada gugus karboksilat yang dapat diberikan pada ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya ion kompleks yang mudah larut dalam air. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep