Pengertian Metode Am âl

sebagai hasil pengalaman, ilmu pengetahuan, dan interaksi dengan lingkungan. Setelah memahami pengertian belajar, selanjutnya adalah istilah pembelajaran. Secara etimologi, kata pembelajaran berasal pula dari kata ajar dan belajar. Penambahan imbuhan pem- dan akhiran –an membuat kata pembelajaran memiliki arti “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar”. 17 Menurut Rusman “pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi”. 18 Sedangkan menurut Hamzah, “istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan desain sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan”. 19 Menurut Abudin Nata, “yang diharapkan dari penggunaan istilah pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar”. 20 Setelah dua kata tersebut diketahui definisinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran berarti suatu jalan atau cara yang ditempuh seseorang guru kepada muridnya untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagaimana yang dikatakan Jejen dalam “Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam, bahwa: Metode pengajaran atau pendidikan adalah suatu cara yang digunakan pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran, keterampilan, atau sikap tertentu agar pembelajaran dan pendidikan berlangsung efektif, 17 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Loc Cit., h. 23 18 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 1 19 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. VI, h. 2 20 Abudin Nata, Prespektif Islam .. Op Cit., h. 87 dan tujuannya tercapai dengan baik. Guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga ia mudah memilih metode yang tepat untuk mengajarkannya. 21 Berkaitan dengan penelitian ini, metode pembelajaran yang akan dibahas adalah metode pembelajaran amśâl. Maka selanjutnya dipahami terlebih dahulu perngertian kata amśâl. Kata amśâl “merupakan bentuk jama’ dari kata berbahasa Arab yaitu maśal Ĕَثَم . 22 Syekh Manna’ Al- Qaththan menjelaskan bahwa amśâl merupakan “penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain demi tujuan yang sama, yaitu pengisah menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya”. 23 Kemudian Hasani Ahmad Syamsuri menjelaskan definisi amśâl secara etimologis bahwa: Kata amśâl merupakan bentuk jamak dari maśal yang berarti serupa atau sama. Dilihat dari pola wazan nya, kata maśal, miśl dan maśil satu pola dengan kata syabah, syibh dan syabih. Pengertian maśal secara etimologis ini ada tiga macam. Pertama, bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan. Kedua, bisa berarti kisah atau cerita, jika keadaanya sangat menakjubkan. Ketiga, bisa berarti sifat, keadaan, atau tingkah laku yang menakjubkan. 24 Sedangkan secara terminologis sebagaimana yang telah didefinisikan oleh para ahli sastra maśal atau amśâl adalah “ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang akan dituju”. 25 Sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan di atas, Kadar M. Yusuf juga mejelaskan bahwa, secara harfiah kata ma śal semakna dengan syabah yang berarti serupa, sama atau seperti. Dalam bahasa Arab kata ini selalu digunakan untuk menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. 21 Jejen Musfah , “Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam”, TAHDZIB Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.3, 2009, h. 107 22 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Qur’an, Terj. Mifdhol Abdurrahman dan Aunur Rofiq El-Mazni, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006, h. 353 23 Ibid, h. 354 24 Hasani Ahmad Syamsuri, Studi Ulumul Qur’an, Jakarta: Zikra-Press, 2009, h. 173-174 25 Ibid., h. 174 Maśal juga berarti suatu ungkapan yang menyerupakan keadaan sesuatu atau seseorang dengan apa-apa yang terkandung dalam ungkapan itu. 26 Selanjutnya Ibnu Qayyim juga menjelaskan tentang amśâl, sebagaimana yang dikutip oleh Manna’ al-Qaththan bahwa amśâl adalah “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukum, mendekatkan yang rasional kepada yang indrawi, atau salah satu dari dua indra dengan yang lain karena ada kemiripan”. 27 Jejen menjelaskan bahwa, metode perumpamaan atau metode amśâl adalah, “metode pendidikan yang digunakan pendidik kepada anak didik dengan cara memajukan berbagai perumpamaan agar materinya mudah dipahami.” 28 Dengan memperhatikan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat dipahami bahwa metode amśâl dalam pembelajaran merupakan sebuah cara guru menjelaskan sesuatu kepada muridnya dengan menggunakan perumpamaan sesuatu tersebut dengan hal yang lainnya karena adanya kemiripan dengan tujuan mempermudah nalar siswa untuk memahami sesuatu. Dalam beberapa literatur yang penulis dapatkan, mayoritas narasumber menjelaskan bahwa amśâl termasuk metode pendidikan Islam. Meskipun demikian, amśâl dalam pembelajaran atau pendidikan dapat dikategorikan pula dalam istilah approach atau yang sering dikenal sebagai pendekatan dalam pembelajaran. Dalam literatur asli berbahasa Arab bukan terjemahan, kata amśâl termasuk dalam kategori minhâj ن ج yang berarti pendekatan, bukan kategori ţarîqah ةقيرط yang diartikan sebagai metode. Kata ج ن sendiri berasal dari akar kata ج ن . Dalam Kamus Lisânul „Arab kata ج ن memiliki persamaan arti dengan kata قيرط. 26 Kadar M. Yusuf, Op Cit., h. 118-119 27 Syekh Manna’ Al-Qaththan, Op Cit., h. 355 28 Jejen Inong, Loc Cit. جه لا و و ،حضاو نب : جه قيرط :جه 29 Menurut Ramayulis, pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistiskonseptual. 30 Pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandangan terhadap terjadinya suatu proses pembelajaran. Dan pendekatan inilah yang akan menginspirasi lahirnya suatu metode pembelajaran. Jadi, pengertian pendekatan lebih luas dibandingkan dengan metode. Jika kata amśâl perumpamaan ini dikaitkan dengan istilah al-miśâl ēÄثملا pemberian contoh, maka dalam pendidikan hal ini juga merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebagaimana Muhammad Quthb mengatakan dalam karyanya yang berjudul Minhaj al-Tarbiyah al-Islâmiyah: ل ث لا عقا لا نيب :رشع د حلا بلا اهلك ةيبرلا مظن - اه يب نم ةيماسإا ةيبرلاو - ققحتت ا ةيلايخ ةيلاثم جذاَ مسرت اهأ ةمهتم .قيقحتلل ةلباق ْغ اهأ ،عقاولا ماع ا د ع كلو ،ق ا نم ءيش كلذ ودبي رمأا ر اظ و .لوزي نأ ثبلي ا قيقدتل يلاو ،نوكت نأ يغب ي يلا ةحيحصلا ةروصلا مسري نأ ةيبرلا ج ا م نم جه م لك ةمهم نإ نأ نكم ا ةلماكتما ةروصلا ذ ْغبو .سيياقما طبضو عاضوأا حيحصت اًمئاد اهيلإ عجري هْا سيق ل ،قيرطلا يقب مكو ،طوشلا نم ا عطق مك طبضلا فرعن ،لذبي نأ يغب ي يذلا د .بولطما دهْا اذ ىإ ا تقاط سيقنو 2. Kedudukan Am âl dalam Pembelajaran Dalam beberapa literatur yang penulis dapatkan, mayoritas narasumber menjelaskan bahwa amśâl termasuk metode pendidikan Islam. Seperti dalam buku “Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat” karya Abdurahman an-Nahlawi yang menyebutkan bahwa amśâl merupakan salah satu metode pendidikan. 29 Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al- Ilmiyah, 2003 vol. 2, h. 446 30 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. IV, h. 23 31 Muhammad Quthb, Minhaj al-Tarbiyah al-Islâmiyah. Beliau menyebutkan bahwa beberapa metode yang dianggap penting dan paling menonjol antara lain: 1 Metode dialog Qur`ani dan Nabawi, 2 Mendidik melalui kisah Qur’ani dan Nabawi, 3 Mendidik melalui perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, 4 Mendidik melalui keteladanan, 5 Mendidik melalui aplikasi pengalaman, 6 Mendidik melalui ibrah dan nasihat, 7 Mendidik melalui tar ġîb dan tarhîb 32 . Selain itu, hal semacam ini juga terdapat pada jurnal pendidikan Islam. Salah satu tulisan yang menyebutkan bahwa amśâl merupakan suatu metode adalah tulisan dari Jejen Musfah, beliau menyatakan bahwa metode pendidikan dalam perspektif Islam mencakup tujuh metode, antara lain: Metode Perumpamaan Amśâl, Metode Kisah, Metode Tarġîb- Tarhîb, Metode Dialog Hiwâr, Metode Teladan Uswah Hasanah, Metode Latihan dan Praktik Tajrîbah, dan Metode Nasehat. 33 Di dalam kitab قيبطتلا و ةيرظنلا نيب : ىماسإا نيدلا ميĖعت disebutkan bahwa dalam pembelajaran tidak hanya terdapat satu metode, melainkan ada beberapa macam, salah satunya adalah metode pemberian amśâl perumpamaan. ةدّدعتم قرط كا هف ،ميلعتلل ةدحاو ةقيرط كا تسيل ّنأ ىإ تافتلاا بج عو تب ةعّو تم تادادعتسا عو تبو تاوتحو ملعتلا ضارغأ ،مهاوتسم ددعتو ،نملعتما .سيردتلا قرط ىعارت نأ بج تارابتعا كا ّنأ ْغ لئاسو تذخا اّهإ لب،اهئا بأ ةيبرت ة ةدحاو ةقيرط ذختت م ةيماسإا ةيبرلا وم صئاصخ اهيف تعار ةْثك بيلاسأو تعار امك ،مهيدل ىادجولاو ىلقعلاو يلقعلا او مهكاردإ ىوتسا ءيه و م رشاعم ْثت نأ نكم لا عفاودلاو مهيف ةرثوما زلاو لا مهئدابم مارحا عم ميلعتلا و ىقلتلل مهسوفن مهتكراشمو ىتاذلا مهطاشن و ةيصخش 32 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, terj: Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, h. 204 33 Jejen Musfah, “Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam”, TAHDZIB Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.3, 2009, h. 107 اوشحو نقلتلا قيرط نع سيلو ،رصبتو ىعوو مهفب ةبترما و ميلعتلا ةيلمع ةلاعفلا و اهمهف نود فراعماو تامولعما نا ذأا . اهاعيتسا ةيبرلا ماسإا ةقيرط ّنإ كرتا ةلماش ةْاعم لك ىرشبلا نئاكلا ةْاعم ى طاشن لكو ةيو عماو ةيداما ةايح ، حورو لقعو مسج ،ءىش نع لفغتاو ائيش م .ضرأا ىلع Dari teks kitab قيبطتلا و ةيرظنلا نيب : ىماسإا نيدلا ميĖعت di atas dapat dipahami bahwa, dalam dunia pendidikan Islam tidak hanya terdapat satu metode pembelajaran saja, akan tetapi terdapat berbagai macam metode pembelajaran, metode tersebut disesuaikan dengan tujuan pembelajaran itu sendiri maupun disesuaikan dengan kesiapan para pengajarnya. Kemudian dalam buku tersebut tertulis beberapa metode pembelajaran agama Islam antara lain sebagai berikut: م أ ضرغ نكم و لي اميف ماسإا نيدلا ميلعت قرط ى : - ة س ا ةودقلا - صصقلا - لاثمأا برضو داشرإاو حص لا - راو ا - رلا و بيغرلا بي - لمعلا قيرط نع ملعتلا - باقعلا و باوثلا - رك ما نع ىه لا و فورعما رمأا - ةيراْا ثادحأا 1 - ة س ا ةظعوما - اهتلازإ وأ ةداعلا سرغ - ةظحاما ةقيرط - مز ا ميلعتلا - ةقاطلا يجتلا ميلعتلا 34 ،ةتÄحش نسح قيبطتلا ةيرظنلا نيب : اسإا نيدلا ي عت رصن ةنيدم ، : ،ÅÄتĒلا ةيبرعلا رادلا ةبتĒم 3991 ط ، 3 ، .ص 65 - 65 Dapat dipahami dari teks yang dikutip dari kitab : ىماسإا نيدلا ميĖعت قيبطتلا و ةيرظنلا نيب bahwa amśâl atau pemberian perumpamaan termasuk salah satu metode dari beberapa metode pembelajaran agama Islam khususnya. Jadi, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku tersebut amśâl termasuk dalam kategori metode atau ةقيرط , bukan kategori pendekatan approach atau ج ن . Dalam buku tersebut juga dijelaskan tujuan dari metode amśâl, sebagai berikut: عما بيرقت و حيضوتلل ةلثمأا مادختسا رثك دقو مركلا نآرقلا ملسما لقع ىإ ةدرجا ىا ةروظ ما ْغو ةدرجا ءايشأل ليثم يفو، ةبيجعلا ةصقلا و لا ا ىلع قلطيو .ىوب لا ثيد ا و ،بوبحا كولسلا ىإ وعدتو ،فطاوعلاو رعاشما ىلع رثؤت ي و .سوسحا ىإ اهرقن اه يبشتو ا ىلع ردقأ و سف لا عقوأ اهأ قيوشتلاو عماسلا ةراإو ةرعلاو ةركذتلاو ةج ا ةماقإ و عا قإ تلاو .ْسفتلاو حرشلاو داشرإاو ميلع ،ةروظ ما ْغو ةيداما ْغ ءايشأا ليثم و سوسحا ْغ بيرقتل ةقيرطلا ذ مدختستو قت ىلع دمتعت ةقيرط ي و ، ا ربدتي و اهمهفيل ناسنإا لوا تم حبصت ثيح نم لوقع بير ، احوضو و اسح م رثكأ نم سوسح وأ ، سوسح ءيشب ءيش يبشت و ىآرقلا لثما و .رخآا امدحأ رابتعا و رخآا نم نسوسحا دحأ وأ سوسحا نم لوقعما بيرقت و ، مكح تلا و فطاوعلا ْثأتلا اغلا ارود بعلتو ،نآرقلا ةْثك لاثمأاو كولسلا ىلع ْثأ إا نآرقلا لاثمأا نم ىاعت ه رثكأ دقو ، ةبسا ما فورظ و ةمكح تلمعتسا ول اميف ،ىاسن رصع لك نوعادلا اه ناعتسا و ثيدح ملسو يلع ه ّاص ي لا اهرض دقو ،ةرعلا و ةركذتلل وذختي و نوبرما اه نعتسي و ، ةج ا ةماقإ و ق ا ةرص ل يإا لئاسو نم اه و ، قيوشتلاو حاض . مذلا وأ حدما ْف تلا وأ بيغرلا ةيبرلا لئاسو Demikianlah beberapa referensi yang menyatakan bahwa amśâl meupakan salah satu dari berbagai maca metode pembelajaran, khususnya metode pembelajaran Islam. Disamping itu, ada juga referensi lain yang menyatakan secara implisit bahwa amśâl tergolong pendekatan approach ج ن , di dalamnya tertulis sebagai berikut: 35 Ibid., h. 59-77 36 Ibid., h. 64-65 جه ماف . عمتجا نم دوجو دمتسي نلا ا و ، اّيلاثم نوكي دقو ،اّيعقاو جه ما نوكي دقو لعفلا سردي ام و و ، عقاولا ام و و , ىاثما جه ما ام يب ؛ مئاقلا عمتجا نم نايك ىقتسي ، . ةلضافلا مهدم نوركفما ب بلطي Jadi kesimpulannya, mayoritas ahli pendidikan Islam menyebutkan bahwa amśâl merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran. Dimana istilah metode itu diungkapkan dengan kata ط ةقير . Namun demikian, ada referensi juga yang menyatakan secara implicit bahwa amśâl merupakan suatu manhaj ج ن atau pendekatan approach.

3. Macam-Macam Istilah Metode Am âl

Selain istilah amśâl, ada beberapa istilah lagi yang digunakan untuk menjelaskan metode ini. Beberapa istilah tersebut antara lain: a. Perumpamaan Abdurrahman An-Nahlawi menyebutkan, mendidikan melalui perumpamaan adalah salah satu metode yang dugunakan dalam pendidikan Islam. Kemudian beliau mengatakan bahwa: Perumpamaan al-Qur`ân memiliki maksud-maksud tertentu, antara lain: 1 menyerupakan suatu perkara yang hendak dijelaskan kebaikan atau keburukannya, dengan perkara lain yang sudah wajar atau diketahui secara umum ihwal kebaikan dan keburukannya. 2 menceritakan suatu keadaan dari berbagai keadaan dan membandingkan keadaan itu dengan keadaan lain yang sama-sama memiliki akibat dari keadaan tersebut. 3 menjelaskan kemustahilan adanya persamaan antara dua perkara. 38 b. Metafora Menurut M Arifin, metode metafora ini termasuk kedalam metode yang tidak bertentangan dengan metode modern yang diciptakan oleh ahli pendidikan saat ini. 39 Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “metafora” memiliki arti, “pemakaian kata atau 37 ، ىناوحأا داؤف دمحأ ، اسإا ف ةيبرتلا ، رصمب فرÄعملا راد : رصم 3951 .ص ، 351 38 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, terj: Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, h.252-254 39 M. Arifin, Op Cit., h. 157 kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan”. 40 Sebagai contoh, M. Arifin mengemukakan contoh penggunaan metode metafora yang ada di dalam al-Qur`ân yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran, yaitu surat An-Nur ayat 35:                                                         Dalam surat ini M. Arifin menjelaskan bahwa terdapat perumpamaan: Yang menggambarkan tentang sifat-sifat Allah dengan sinar lampu di kaca yang kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara dan seterusnya, yang menujukkan tentang sifat-sifat Allah yang yang amat terang cahayanya, sehingga segala sesuatu akan lenyap dalam cahaya Allah itu. Perumpamaan ini dimaksudkan untuk menafikan menghilangkan cahaya dari kepercayaan menyembah objek-objek pemujaan selain Allah. 41 c. Analogi Dilihat dari definisinya kata analogi juga dapat dikatakan merupakan salah satu nama lain dari amśâl. Seperti salah satu definisi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kata analogi sedikitnya memiliki empat definisi yang diutarakan, yaitu: Pertama, persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan. Kedua, kesepadanan antara bentuk bahasa yang menjadi dasar terjadinya bentuk lain. Ketiga, sesuatu yang sama dalam bentuk, susunan, atau fungsi, tetapi berlaianan asal-usulnya sehingga tidak ada hubungan kekerabatan. Keempat, kesamaan 40 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional., h. 908 41 M. Arifin, Loc Cit. sebagai ciri dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk dasar perbandingan. 42 Jadi, jika seorang guru dalam menjelaskan materi pembelajaran menggunakan metode analogi, maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut juga sedang menggunakan metode pembelajaran amśâl. d. Personifikasi Syekh Manna’ al-Qaththan menjelaskan bahwa ayat yang mengandung amtsâl , “biasanya dilakukan dengan metode “mempersonifikasikan” sesuatu yang ghaib dengan sesuatu yang hadir, yang abstrak dengan yang konkret, atau dengan menganalogikan sesuatu hal dengan hal yang serupa”. 43 Sebagaimana pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa personifikasi juga merupakan nama lain dari amśâl, hal ini didukung dengan definisi yang tertera dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia bahwa, personifikasi memiliki arti pengumpamaan pelambangan, hanya saja kata personifikasi lebih khusus kepada pengumpamaan benda mati sebagai orang atau manusia, seperti bentuk pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia. 44 e. Peribahasa Menurut Quraish Shihab dalam al- Qur’an ada ayat-ayat amśâl yang maknanya serupa dengan peribahasa yang digunakan oleh masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut, artinya ada beberapa ayat amśâl yang memiliki kesamaan dengan peribahasa. Oleh karena itu peribahasa juga dapat dikategorikan sebagai nama lain dari jenis amśâl. 45 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peribahasa sedikitnya memiliki dua arti, pertama: kelompok kata atau kalimat yang tetap 42 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional., h. 59 43 Syaikh Manna’ Al-Qaththan.,, h. 352 44 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional., h. 1062 45 Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan Yang Patut Anda Ketahui Dalam Memahami Al- Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2013, Cet. II, h. 265 susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan. Kedua: ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. 46 f. Qiyâs Kata qiyâs juga merupakan salah satu nama lain dari amśâl, hal ini dapat diketahui dari beberapa definisi yang sudah dinyatakan oleh beberapa ahli, terutama ahli fiqih. Berikut beberapa definisi qiyâs yang dapat disampaikan. Dalam bahasa Indonesia, kata qiyâs disebut dengan “kias”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tercantum beberapa definisi dari kata kias yaitu, “perbandingan persamaan; ibarat; contoh yang telah ada terjadi”. 47 “Dilihat dari segi bahasa, kata سÄَيِقْلا berasal dari bahasa Arab. Ia merupakan bentuk maşdar dari kata ÄًسÄَيِق, سْيِقَي, َسÄَق , artinya mengukur dan membandingkan sesuatu dengan yang semisalnya”. 48 Menurut Abu Zahra sebagaimana yang dikutip oleh Sapiuddin Siddiq, menurut istilah syara’ adalah ِ اَمِهِْيَ ب ِكاَِرْش ِا ِِمْكُح َىلَع ٍصْوُصَْم َرَخآ ٍرْمَِأ ِِمْكُح َىلَع ٍصْوُصََْ َِْْغٍرْمَأ ُقاَْ ِإ ِمْكُْ ا ِةملِع “Menghubungkan suatu perkara yang tidak ada hukumnya dalam nash dengan perkara lain yang ada naş hukumnya karena ada persamaan „illat.” 49 Abdul Wahab Khallaf menjelaskan makna kata qiyâs menurut bahasa adalah “mengukur sesuatu dengan benda lain yang dapat menyamainya”. Juga dikatakan: Qiyâs ialah menyamakan, karena 46 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional., h. 1055 47 Ibid., h. 695 48 Sapiuddin Shiddiq, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2011, h. 69 49 Ibid. mengukur sesuatu dengan benda yang lain yang dapat menyamainya, berarti menyamakan diantara dua benda tersebut”. 50 Dalam istilah ilmu Uşul al-Fiqh, kata qiyâs juga terkenal sebagai salah satu metode untuk meng- istinbaţ-kan hukum Islam yang tidak ada dalam al-Qur`ân maupun as-Sunnah. Menurut Sulaiman Abdullah kata qiyâs menurut istilah ulama Uşul, “qiyâs” adalah mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya oleh naş, dengan peristiwa hukum yang ditentukan oleh naş bahwa ketentuan hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan naş. 51

4. Syarat-syarat Metode Amśâl

Jika dalam ilmu al-Qur`ân dikenal dengan amśâl, maka dalam istilah fiqh sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, definisi amśâl ini dapat disamakan dengan istilah qiyâs. Dalam ilmu uşul fiqh ketika membahas tentang qiyâs, maka terdapat beberapa syarat atau rukun untuk melakukan qiyâs tersebut. Dalam hal ini, penulis dapat mengatakan bahwa syarat dan rukun yang harus ada ketika akan melakukan qiyâs juga berlaku untuk melakukan amśâl, terlebih jika amśâl ini digunakan untuk pembelajaran. Sebagaimana yang dikatakan Sapiuddin, ada 4 rukun qiyâs yang harus dipenuhi: a. Al-Aşlu, Yaitu sesuatu yang sudah ada hukumnya dalam na ş. Al-Aşlu juga disebut maqîs ‘alaihi yang dijadikan ukuran atau mahmul ‘alaihi yang dijadikan tangguhan atau musyabbah bih yang dibuat keserupaan. 52 50 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, Terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh Tolchah Mansoer, Jakarta: Grafindo Persada, 2002, Cet. VIII, h. 74 51 Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam: Permasalahan dan Fleksibilitasnya, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, Cet. III, h. 82 52 Sapiuddin Shiddiq, Op. Cit., h. 71