Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
- ميلعتلا . Dari ketiga istilah tersebut, yang paling popular digunakan
dalam menyebutkan praktik pendidikan Islam adalah terminologi “al-
tarbiyah ”
seperti penggunaan
istilah “at-Tarbiyah
al- Islamiyah
” ةيماسإا ةيبرتلا yang berarti pendidikan Islam. Syed
Muhammad Al-Nuqaib Al-Atas -seorang tokoh pemikiran pendidikan Islam- berpendapat bahwa sesungguhnya istilah yang paling tepat
untuk pendidikan Islam adalah “ta`dib”, sebab struktur konsep ta`dib sudah mencakup unsur-unsur ilmu intruksi
ta’lim dan pembinaan yang baik tarbiyah.
16
Kemudian banyak para ahli yang mendefinisikan pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berbasis al-Qur`ân, sebagaimana menurut
Hasan Bashri, “ilmu pendidikan Islam adalah seperangkat pengetahuan
yang berbasis pada al- Qur’an dan as-Sunnah yang dijadikan landasan
untuk pembelajaran dalam kehidupan ”.
17
Muhammad Hamid An-Nashir dan Kaulah Abd al-Qadir Darwis mendefinisikan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dikutip oleh
Moh. Roqib sebagai “proses pengarahan perkembangan manusia ri’ayah pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan
sosial dan keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.”
18
Sejalan dengan definisi di atas, M. Arifin menjelaskan bahwa, “pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fiţrah kemampuan dasar anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya”.
19
Lebih luas lagi Ramayulis menjelaskan bahwa,” pendidikan agama Islam adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam, dari sumber
16
Ara Hidayat dan Imam Machali, Op Cit., h. 30
17
Hasan Bashri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009 h. 14
18
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2011, h. 17
19
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h. 22
utamanya kitab suci al-Qur`ân dan al-H adiś melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengala man”.
20
Kemudian Abudin Nata menjelaskan tentang perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya bahwa, ”perbedaan pendidikan Islam
dengan pendidikan lainnya ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya didasarkan pemikiran rasional sekuler
dan impristik semata, maka pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris juga berdasarkan pada al-
Qur’an, al-
Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah tersebut”.
21
Jika berbicara tentang pendidikan, maka tidak dapat dilewatkan begitu saja mengenai hal-hal yang menyangkut dengan metode
pendidikan. Lebih spesifiknya adalah metode pendidikan Islam. Yang dimaksud metode pedidikan Islam menurut Abdullah Nashih Ulwan
sebagaimana yang dikutip oleh Aat Syafa’at adalah “jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan
Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim ”.
22
Metodologi pendidikan Islam merupakan jalan untuk memudahkan pendidikan dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam
dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh al- Qur’an
dan Hadith. Oleh karena itu penggunaan metode dalam pendidikan tidak harus terfokus pada satu bentuk metode, tetapi dapat memilih diantara
metode-metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat memudahkan sipendidik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
23
Melanjutkan penjelasannya, Abdulah Nashih Ulwan menyatakan bahwa tehnik atau metode pendidikan Islam itu ada lima macam, yaitu:
1 Pendidikan dengan keteladanan, 2 Pendidikan dengan adat kebiasaan,
20
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. IV, h. 21
21
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta PRESS,
2005, h. 15
22
TB Aat Syafa’at, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja Juvenile Delinquency, Jakarta: Rajawali Press, 2008, h. 40
23
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002 , h. 22
3 Pendidikan dengan nasehat, 4 Pendidikan dengan memberi perhatian, 5 Pendidikan dengan memberi hukuman
24
Selanjutnya Moh. Roqib mengatakan bahwa, “metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam menyampaikan materi untuk
penyampaian tujuan pendidikan yang didasarkan pada asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra sistem”.
25
Lebih lanjut Abdurrahman An-Nahlawi menjelaskan terkait metode pendidikan Islam, bahwa:
Metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik, dan memotifasi mereka sehingga aplikasi metode ini
memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan konsep-konsep peradaban
Islam. Selain itu, metode pendidikan Islam akan mampu menempatkan manusia di atas luasnya permukaan bumi dan dalam
lamanya masa yang tidak diberikan kepada penghuni bumi lainnya.
26
Sementara itu M. Arifin berasumsi tentang metode pendidikan yang baik yaitu apabila, “memiliki watak dan relevansi yang senada dengan
tujuan pendidikan Islam”.
27
Kemudian, beberapa metode yang dianggap penting dan paling menonjol menurut Abdurrahman An-Nahlawi antara lain: 1 Metode
dialog Qur`ani dan Nabawi, 2 Mendidik melalui kisah Qur’ani dan
Nabawi, 3 Mendidik melalui perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, 4
Mendidik melalui keteladanan, 5 Mendidik melalui aplikasi pengalaman, 6 Mendidik melalui ibrah dan nasihat, 7 Mendidik melalui
tar ġîb dan tarhîb
28
Sejalan dengan pendapat an-Nahlawi di atas, Jejen juga berpendapat bahwa metode pendidikan dalam perspektif Islam mencakup tujuh
metode, antara lain: M etode Perumpamaan Amśâl, Metode Kisah,
Metode Tar ġîb-Tarhîb, Metode Dialog Hiwâr, Metode Teladan Uswah
24
Ibid, h. 40-47
25
Moh. Roqib, Op, Cit., h. 9
26
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, terj: Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, h. 204
27
M. Arifin, Op Cit., h. 144
28
Abdurrahman An-Nahlawi, Loc Cit.
Hasanah, Metode Latihan dan Praktik Tajrîbah, dan Metode Nasehat.
29
Pada penelitian ini, penulis akan mengedepankan salah satu metode pendidikan Islam, yaitu metode amśâl atau perumpamaan. Al-Qur`ân
dalam menyampaikan pesan-pesan di dalamnya banyak menggunakan amśâl, seperti dalam Surat ar-Ra’d ayat 17:
اةَمِلَك اًَثَم ُّا َبَرَض َفيَك َرَ ت َََأ ِءامسلا ِِ اهُعرَفَو ٌتِبا اهُلصَأ ٍةَبِّيَط ٍةَرَجَشَك اةَبِّيَط
اَِِّر ِنذِِِ ٍنح لُك اهَلُكُأ ىتؤُت ۗ
َنوركَذَتَ ي مُهلَعَل ِساّنلِل َلاثمَأا ُّا ُبِرضَيَو
Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
kuat dan cabangnya menjulang ke langit. pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah
membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
Ayat 24-25 Surat Ibrahim di atas menjelaskan bahwa kalimat yang baik itu seperti pohon yang baik yang menghasilkan buah di setiap
musimnya, dan bermanfaat untuk orang lain. Masih banyak contoh contoh perumpamaan yang disebutkan dalam al-Qur`ân, seperti Surat al-
Hasyr ayat 21:
َه اَنْلَزنَأ ْوَل اَذ
ٱ ىَلَع َناَءْرُقْل
ُهَتْ يَأَرل ٍلَبَج ۥ
َخ ِةَيْشَخ ْنِّم ااعِّدَصَتم ااعِش
ٱ ِّ
ۚ َكْلِتَو
ٱ َثْمَْأ
اَهُ بِرْضَن ُل َنوُركَفَ تَ ي ْمُهلَعَل ِسانلِل
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan
ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Surat al-Hasyr di atas menjelaskan bahwa seandainya al-Qur`ân dibuat untuk gunung, niscaya gunung tersebut akan tunduk dan patuh
terhadap perintah dan ajaran dalam al-Qur`ân. Dengan adanya metode pendidikan Islam, maka diharapkan
terwujudnya tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan Islam menurut Imam Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Armai
29
Jejen Musfah , “Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam”, TAHDZIB Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol.3, 2009, h. 107
Arief, yaitu “untuk membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan membentuk insan purna untuk
memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat ”.
30
Sejalan dengan pendapat di atas, tokoh pemikiran pendidikan Syeid Naquib al-Atas sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Roqib menyatakan
bahwa, “pendidikan yang penting harus diambil dari pandangan philosophy of life. Jika pandangan hidup itu Islam maka tujuannya
adalah membentuk manusia sempurna insân kâmil menurut Islam”.
31
Sementara itu Ramayulis juga berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam ini untuk “meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.
32
Namun, Abdurrahman An-Nahlawi merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
Pendidikan harus mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana pun, pendidikan Islam sarat dengan
pengembangan nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dînul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan
Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.
33
Kemudian Abudin Nata menguraikan tujuan pendidikan Islam secara universal sebagaimana yang dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang
pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut: Education should aim at the balanced growth of total personality of
man th rough the training of man’s spirit, intellect the rational self,
feeling and bodily sense. Education should therefore cater for the growth of man in all it’s aspects, spiritual, intellectual, imaginative,
physical, scientific, linguistic, both individual and collectivally, and motivate all thes aspect toward goodness and attainment of perfection
30
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002 , h. 22
31
Moh. Roqib, Loc Cit., h. 27
32
Ramayulis, Op Cit., h. 22
33
Abdurrahman An-Nahawi, Op Cit., h. 117
. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level individual, the community and
humanity at large.
34
Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, serta fisik manusia. Dengan demikian pendidikan harus
mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan maupun
bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan
kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, baik pada tingkat perseorangan,
kelompok, maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.
35
Untuk itu, dalam proses pendidikan terutama pendidikan Islam, salah satu hal yang tak kalah penting adalah metode. Karena dengan metode
pembelajaran yang tepat guna, akan mengantarkan peserta didik mencapai inti dari pendidikan yaitu tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
Setelah mengkaji pentingnya pendidikan yang berbasis Islam, dengan berbagai macam metode untuk mencapai tujuannya, maka
hendaknya sebagai pelaku pendidikan, diharapkan dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian terkait kajian tentang metode
pendidikan yang terdapat dalam al-Qur`ân, yaitu metode
amśâl. Untuk
itu penulis mengambil judul “TAFSIR SURAT IBRÂHÎM AYAT 18, SURAT AL-BAQARAH AYAT 68, DAN SURAT YÛSUF AYAT 41
Kajian Tentang Metode Amśâl dalam Pembelajaran Agama Islam.
34
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Op Cit., h. 61
35
Ibid.