Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

- ميلعتلا . Dari ketiga istilah tersebut, yang paling popular digunakan dalam menyebutkan praktik pendidikan Islam adalah terminologi “al- tarbiyah ” seperti penggunaan istilah “at-Tarbiyah al- Islamiyah ” ةيماسإا ةيبرتلا yang berarti pendidikan Islam. Syed Muhammad Al-Nuqaib Al-Atas -seorang tokoh pemikiran pendidikan Islam- berpendapat bahwa sesungguhnya istilah yang paling tepat untuk pendidikan Islam adalah “ta`dib”, sebab struktur konsep ta`dib sudah mencakup unsur-unsur ilmu intruksi ta’lim dan pembinaan yang baik tarbiyah. 16 Kemudian banyak para ahli yang mendefinisikan pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berbasis al-Qur`ân, sebagaimana menurut Hasan Bashri, “ilmu pendidikan Islam adalah seperangkat pengetahuan yang berbasis pada al- Qur’an dan as-Sunnah yang dijadikan landasan untuk pembelajaran dalam kehidupan ”. 17 Muhammad Hamid An-Nashir dan Kaulah Abd al-Qadir Darwis mendefinisikan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dikutip oleh Moh. Roqib sebagai “proses pengarahan perkembangan manusia ri’ayah pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial dan keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.” 18 Sejalan dengan definisi di atas, M. Arifin menjelaskan bahwa, “pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fiţrah kemampuan dasar anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya”. 19 Lebih luas lagi Ramayulis menjelaskan bahwa,” pendidikan agama Islam adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam, dari sumber 16 Ara Hidayat dan Imam Machali, Op Cit., h. 30 17 Hasan Bashri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009 h. 14 18 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2011, h. 17 19 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h. 22 utamanya kitab suci al-Qur`ân dan al-H adiś melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengala man”. 20 Kemudian Abudin Nata menjelaskan tentang perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya bahwa, ”perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya didasarkan pemikiran rasional sekuler dan impristik semata, maka pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris juga berdasarkan pada al- Qur’an, al- Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah tersebut”. 21 Jika berbicara tentang pendidikan, maka tidak dapat dilewatkan begitu saja mengenai hal-hal yang menyangkut dengan metode pendidikan. Lebih spesifiknya adalah metode pendidikan Islam. Yang dimaksud metode pedidikan Islam menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagaimana yang dikutip oleh Aat Syafa’at adalah “jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim ”. 22 Metodologi pendidikan Islam merupakan jalan untuk memudahkan pendidikan dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh al- Qur’an dan Hadith. Oleh karena itu penggunaan metode dalam pendidikan tidak harus terfokus pada satu bentuk metode, tetapi dapat memilih diantara metode-metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat memudahkan sipendidik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. 23 Melanjutkan penjelasannya, Abdulah Nashih Ulwan menyatakan bahwa tehnik atau metode pendidikan Islam itu ada lima macam, yaitu: 1 Pendidikan dengan keteladanan, 2 Pendidikan dengan adat kebiasaan, 20 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. IV, h. 21 21 Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta PRESS, 2005, h. 15 22 TB Aat Syafa’at, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja Juvenile Delinquency, Jakarta: Rajawali Press, 2008, h. 40 23 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002 , h. 22 3 Pendidikan dengan nasehat, 4 Pendidikan dengan memberi perhatian, 5 Pendidikan dengan memberi hukuman 24 Selanjutnya Moh. Roqib mengatakan bahwa, “metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam menyampaikan materi untuk penyampaian tujuan pendidikan yang didasarkan pada asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra sistem”. 25 Lebih lanjut Abdurrahman An-Nahlawi menjelaskan terkait metode pendidikan Islam, bahwa: Metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik, dan memotifasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan konsep-konsep peradaban Islam. Selain itu, metode pendidikan Islam akan mampu menempatkan manusia di atas luasnya permukaan bumi dan dalam lamanya masa yang tidak diberikan kepada penghuni bumi lainnya. 26 Sementara itu M. Arifin berasumsi tentang metode pendidikan yang baik yaitu apabila, “memiliki watak dan relevansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam”. 27 Kemudian, beberapa metode yang dianggap penting dan paling menonjol menurut Abdurrahman An-Nahlawi antara lain: 1 Metode dialog Qur`ani dan Nabawi, 2 Mendidik melalui kisah Qur’ani dan Nabawi, 3 Mendidik melalui perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, 4 Mendidik melalui keteladanan, 5 Mendidik melalui aplikasi pengalaman, 6 Mendidik melalui ibrah dan nasihat, 7 Mendidik melalui tar ġîb dan tarhîb 28 Sejalan dengan pendapat an-Nahlawi di atas, Jejen juga berpendapat bahwa metode pendidikan dalam perspektif Islam mencakup tujuh metode, antara lain: M etode Perumpamaan Amśâl, Metode Kisah, Metode Tar ġîb-Tarhîb, Metode Dialog Hiwâr, Metode Teladan Uswah 24 Ibid, h. 40-47 25 Moh. Roqib, Op, Cit., h. 9 26 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, terj: Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1995, h. 204 27 M. Arifin, Op Cit., h. 144 28 Abdurrahman An-Nahlawi, Loc Cit. Hasanah, Metode Latihan dan Praktik Tajrîbah, dan Metode Nasehat. 29 Pada penelitian ini, penulis akan mengedepankan salah satu metode pendidikan Islam, yaitu metode amśâl atau perumpamaan. Al-Qur`ân dalam menyampaikan pesan-pesan di dalamnya banyak menggunakan amśâl, seperti dalam Surat ar-Ra’d ayat 17: اةَمِلَك اًَثَم ُّا َبَرَض َفيَك َرَ ت َََأ ِءامسلا ِِ اهُعرَفَو ٌتِبا اهُلصَأ ٍةَبِّيَط ٍةَرَجَشَك اةَبِّيَط اَِِّر ِنذِِِ ٍنح لُك اهَلُكُأ ىتؤُت ۗ َنوركَذَتَ ي مُهلَعَل ِساّنلِل َلاثمَأا ُّا ُبِرضَيَو Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. Ayat 24-25 Surat Ibrahim di atas menjelaskan bahwa kalimat yang baik itu seperti pohon yang baik yang menghasilkan buah di setiap musimnya, dan bermanfaat untuk orang lain. Masih banyak contoh contoh perumpamaan yang disebutkan dalam al-Qur`ân, seperti Surat al- Hasyr ayat 21: َه اَنْلَزنَأ ْوَل اَذ ٱ ىَلَع َناَءْرُقْل ُهَتْ يَأَرل ٍلَبَج ۥ َخ ِةَيْشَخ ْنِّم ااعِّدَصَتم ااعِش ٱ ِّ ۚ َكْلِتَو ٱ َثْمَْأ اَهُ بِرْضَن ُل َنوُركَفَ تَ ي ْمُهلَعَل ِسانلِل Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Surat al-Hasyr di atas menjelaskan bahwa seandainya al-Qur`ân dibuat untuk gunung, niscaya gunung tersebut akan tunduk dan patuh terhadap perintah dan ajaran dalam al-Qur`ân. Dengan adanya metode pendidikan Islam, maka diharapkan terwujudnya tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan Islam menurut Imam Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Armai 29 Jejen Musfah , “Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam”, TAHDZIB Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.3, 2009, h. 107 Arief, yaitu “untuk membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat ”. 30 Sejalan dengan pendapat di atas, tokoh pemikiran pendidikan Syeid Naquib al-Atas sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Roqib menyatakan bahwa, “pendidikan yang penting harus diambil dari pandangan philosophy of life. Jika pandangan hidup itu Islam maka tujuannya adalah membentuk manusia sempurna insân kâmil menurut Islam”. 31 Sementara itu Ramayulis juga berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam ini untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. 32 Namun, Abdurrahman An-Nahlawi merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: Pendidikan harus mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana pun, pendidikan Islam sarat dengan pengembangan nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dînul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial. 33 Kemudian Abudin Nata menguraikan tujuan pendidikan Islam secara universal sebagaimana yang dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut: Education should aim at the balanced growth of total personality of man th rough the training of man’s spirit, intellect the rational self, feeling and bodily sense. Education should therefore cater for the growth of man in all it’s aspects, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individual and collectivally, and motivate all thes aspect toward goodness and attainment of perfection 30 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002 , h. 22 31 Moh. Roqib, Loc Cit., h. 27 32 Ramayulis, Op Cit., h. 22 33 Abdurrahman An-Nahawi, Op Cit., h. 117 . The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level individual, the community and humanity at large. 34 Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, serta fisik manusia. Dengan demikian pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, baik pada tingkat perseorangan, kelompok, maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya. 35 Untuk itu, dalam proses pendidikan terutama pendidikan Islam, salah satu hal yang tak kalah penting adalah metode. Karena dengan metode pembelajaran yang tepat guna, akan mengantarkan peserta didik mencapai inti dari pendidikan yaitu tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Setelah mengkaji pentingnya pendidikan yang berbasis Islam, dengan berbagai macam metode untuk mencapai tujuannya, maka hendaknya sebagai pelaku pendidikan, diharapkan dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait kajian tentang metode pendidikan yang terdapat dalam al-Qur`ân, yaitu metode amśâl. Untuk itu penulis mengambil judul “TAFSIR SURAT IBRÂHÎM AYAT 18, SURAT AL-BAQARAH AYAT 68, DAN SURAT YÛSUF AYAT 41 Kajian Tentang Metode Amśâl dalam Pembelajaran Agama Islam. 34 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Op Cit., h. 61 35 Ibid.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya yaitu: 1. Masih banyak guru yang belum mengimplementasikan metode amśâl dalam pembelajaran, terutama pembelajaran Agama Islam masa kini. 2. Kurangnya pengetahuan tentang kegunaan metode amśâl dalam pembelajaran Agama Islam. 3. Tumbuhnya pendidikan yang mengadopsi budaya sekuler tanpa melihat nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur`ân.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan masalah, yaitu: “Kandungan Surat Ibrâhîm ayat 18, Surat al-Baqarah ayat 68, dan Surat Y ȗsuf ayat 41 mengenai metode amśâl”.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain: 1. Apa saja kandungan surat Ibrâhîm ayat 18, surat al-Baqarah ayat 68, dan surat Y ȗsuf ayat 41? 2. Bagaimana analisis metode amśâl yang terkandung dalam surat Ibrâhîm ayat 18, surat Al-Baqarah ayat 68, dan surat Y ȗsuf ayat 41?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui isi kandungan surat Ibrâhîm ayat 18, surat al-Baqarah ayat 68, dan surat Y ȗsuf ayat 41. 2. Kegunaan dari penelitian ini antara lain untuk: a. Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir pendidikan, serta membuka kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali dari hasil penelitian ini. b. Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori tentang pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah kepustakaan dalam meneliti dan memahami al- Qur’an sebagai petunjuk. c. Mengetahui bagaimana pandangan al-Qur`ân terhadap metode pendidikan. d. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu S-1 pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 13

BAB II KAJIAN TEORI METODE PEMBELAJARAN

AM ÂL

A. Acuan Teori

1. Pengertian Metode Am âl

Dalam pelakasaan pendidikan Islam sangat dibutuhkan adanya metode yang tepat, efektif, dan efisien dengan tujuan untuk menghantarkan tercapainya suatu tujuan pendidikan yang telah direncanakan dan dicita- citakan. Materi yang baik dan benar saja tidak akan tercover dengan baik jika tidak diimbangi dengan metode yang baik pula. Oleh karena itu, kebaikan suatu materi yang akan disampaikan dalam ranah pendidikan harus ditopang dengan adanya metode pendidikan. Istilah metode pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu “metode” dan “pembelajaran”. Untuk itu, agar bisa memahami lebih dalam maka penulis akan sampaikan uraian arti dari masing-masing kata tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata metode berarti “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang besistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. 1 Kata metode jika dilihat dari segi bahasa, M. Arifin menjelaskan “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode berasal dari dua kata yaitu, “Meta” dan “Hodos”. Meta berarti “melalui” dan Hodos berarti “jalan atau cara”. 2 Sejalan dengan pendapat di atas, Nur Uhbiyati juga menjelaskan tentang pengertian metode, menurutnya “metoda berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan 1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 h. 910 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Buna Aksara, 2005 Cet. I, h. 65. atau cara. Jadi metoda artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. 3 Aat Syafaat juga mengatakan bahwa “dalam bahasa Arab metode disebut thariqah artinya jalan, cara, sistem, atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Menurut istilah, metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita- cita”. 4 Kemudian Abdul Majid menuturkan pendapatnya tentang definisi metode, menurutnya “metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. 5 Prof. Abudin Nata berpendapat bahwa “metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. 6 Pada literatur lain beliau juga menjelaskan bahwa, “metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran, atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, te rutama ilmu psikologi, manajemen, dan sosiologi”. 7 Zakiyah Daradjat menjelaskan bahwa, “metode berarti suatu jalan kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan”. 8 Sementara itu Moh. Roqib menjelaskan bahwa metode “secara bahasa berarti cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang dipakai oleh 3 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999, Cet. II, h. 99 4 TB Aat Syafa’at,Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja Juvenile Delinquency, Jakarta: Rajawali Press, 2008, h. 39 5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, 2013, h. 193 6 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005 h, 143 7 Abudin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 176 8 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 h. 1 pendidik dalam menyampaikan materi dengan menggunakan bentuk tertentu, seperti ceramah, diskusi halaqah, penugasan, dan cara-cara lainnya”. 9 Sedikit berbeda Ahmad Tafsir mendefinisikan istilah metode sebagai “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. 10 Sementara itu, Kadar M. Yusuf menjelaskan pengertian metode secara spesifik dari segi pendidikan, yaitu: Metode merupakan cara yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Dalam bahasa Arab metode disebut juga dengan al- ţarîqah. Kata ini selain diartikan kepada metode, ia juga diartikan kepada jalan. Dengan demikian, metode dapat pula diartikan kepada suatu jalan yang dapat ditempuh dalam menyampaikan materi pelajaran. 11 Begitu pun dengan Ramayulis, beliau mengatakan bahwa: Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ţarîqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. 12 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode itu adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh seseorang demi mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Beralih ke definisi pembelajaran, kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang dibubuhkan dengan sambungan pem- dan -an. Untuk itu sebagai langkah awal maka harus dipahami pula makna dari kata belajar itu sendiri. 9 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: LKiS Group, 2011, h. 91 10 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. VII, h. 9 11 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al- Qur’an Tentang Pendidikan, Jakarta: AMZAH, 2013, h. 114 12 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. IV, h. 2-3