Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN
makna ketiga adalah allegori parabelcerita perumpamaan
َ ق ي م
3
. Pada dasarnya, menurut bahasa kata
م
juga dikatakan dengan
ي س
“kalimat persamaan”, sebagaimana yang dijelaskan dalam kamus
Lisânul ‘Arab:
و لثِم اذ لاقي .ٍةيوست ُةملك : لثِم : لثم ُهَ بَش و ةهْبِش لاقي امك لَثَم
نب نوكت ةاواسما ّنأ ةاواسما و ةلثامما نب قرفلا : يرب نبا لاق ,ىعمم او ديزي ا رادقما ؤفاكتلا و يِواسّتلا ّنأ ,نقفّتما و س جا نفلتخما
ِوح و ُُوح : لوقت ,نقفّتما ّاإ نوكت اف ةلثامما اّمأو ,صق ي ِِهقفك ُهقف و ِ
. ِمعطك ُمعطو ِنولك ُنول و
Dari penjelasan teks Lisânul ‘Arab di atas, dapat dipahami
bahwa, maśal disebut juga dengan kalimat taswiyahkalimat
persamaan. Namun demikian, menurut Ibnu Bari ada perbedaan antara
maśal al-mumâśalah dengan taswiyah al-musâwâh. Menurutnya, taswiyah merupakan persamaan yang terjadi pada dua
hal yang berimbang dalam ukurannya, tidak bertambah dan tidak berkurang. Sedangkan
maśal tidak demikian, maśal merupakan persamaan yang terjadi berdasarkan kesepakatan para ahli tanpa
ada ukuran yang persis. Selanjutnya adalah kata
م
, terdiri dari satu kata dan satu huruf jar yaitu , dalam istilah ilmu bala
ġah huruf termasuk
dalam âdat tasybîh
هي ش ا ا أ
, sebagaimana dijelaskan oleh Al- Hasyim dalam Jawahir al-Balaghah:
ىلع ّلدي يذّلا ظفّللا ب ّبشماا ّبشما طبريو , يبشّتلا
5
3
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h.1309
4
Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-
Ilmiyah, 2003 vol. 11, h. 726-727
5
Ahmad Al-Hasyim, Jawahir al-balaghah Fi al- Ma’ani wa al-Bayani wa al-Badi’, Indonesia:
Maktabah Daar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, 1960, h.248
Âdat tasybîh adalah lafaż yang menujukkan kepada tasybîh, dan
mengikat musyabbah dengan musyabbah bih. Kemudian kata
م
mempunyai arti abu api
6
,
م
juga berarti abu atau debu api
َ ا ا
.
7
Sementara itu, dalam Lisânul ‘Arab juga dijelaskan bahwa:
ق : م ا م ا
م قا
ا
, dari penjelasan teks tersebut, dapat dipahami bahwa
م
merupakan serbuk debu halus arang yang berasal dari kobaran
api .
8
Kemudian kata
َ ش
berasal dari kata
َ ش
yang disandingkan dengan
muanna ś, yang berakar dari kata
َش -
شي -
َ ش
yang berarti kuat, keras, dan kokoh. Kata
َ ش
ini juga memiliki kesamaan arti dengan kata
َ ش
yaitu keras dalam urusannya
9
atau menjadi kuat
َ
.
10
Kata
ي ا
merupakan bentuk mufrad, dan bentuk jama’
plural nya adalah
ي
yang artinya angin atau bau. Sedangkan
kata
ي
bermakna angin keras.
11
Dan kata
ي
juga berarti tertimpaterserang angin
ي ا ه صأ
12
. Sementara itu, dalam Lisânul ‘Arab tertulis bahwa:
ميس ا ، ا ميس : ي ا
ءيش
, dari teks tersebut dapat dipahami bahwa kata
ي ا
bermakna bertiupnya udara sebagaimana bertiupnya segala sesuatu.
13
6
Mahmud Yunus, Op Cit., h. 147
7
Ahmad Warson Munawwir, Op Cit., h. 531
8
Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-
Ilmiyah, 2003 vol. 3, h. 228
9
Mahmud Yunus., h. 192
10
Ahmad Warson Munawwir., h. 702
11
Mahmud Yunus. , h. 149
12
Ahmad Warson Munawwir ., h. 544
13
Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-
Ilmiyah, 2003 vol. 2, h. 543
Selanjutnya lafaż
ي ا
merupakan kata kerja yang sebelumnya ditambahkan Laa Nafî, kata
ي
berasal dari kata
ق -
ي -
م ق
dan kata
ق -
ي
yang berarti “dapat”
ع ط سا
, jika kata tersebut di sambung dengan
lafaż
ع
maka artinya menjadi kuasa atau mampu mengerjakan sesuatu.
14
Kemudian lafaż
ا س
merupakan kata
kerja yang
disambungkan đomir orang ketiga jamak. Lafaż ini berasal dari
kata
س -
س ي -
س
yang berarti memperoleh atau mendapatkan, namun jika disandingkan dengan kata
ءيَش ا
, maka artinya berubah menjadi
ع ج
yaitu mengumpulkan.
15
Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam
Lisânul ‘Arab juga dijelaskan bahwa:
س ا : س ع ا ه صأ ،
ا :
, dari teks tersebut dapat dipahami bahwa makna asli dari
س
adalah mengumpulkan .
16
c Tafsir Surat Ibrâhîm Ayat 18
1 Munâsabah Ayat
Sebelum menjelaskan tafsir dari ayat 18 Surat Ibrâhîm ini, akan dijelaskan terlebih dulu Munâsabah atau hubungan ayat ini
dengan ayat-ayat sebelumnya. Pada ayat 18 Surah Ibrâhîm ini merupakan lanjutan dari ayat-ayat sebelumnya yakni ayat 13
sampai 17 yang menceritakan tentang siksaan dan ancaman yang ditimpakan Allah kepada umat-umat terdahulu sebagai akibat dari
kekafiran, disamping kerugian mereka yang besar karena pahala amalan mereka yang dihapus.
17
14
Ibid., h. 1905
15
Mahmud Yunus., h. 373
16
Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-
Ilmiyah, 2003 vol. 1, h. 840
17
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Edisi Yang Disempurnakan , Jilid. V,
Jakarta: Lentera Abadi, 2010, h. 135
Pada ayat 16 dijelaskan bahwa orang-orang yang menolak kebenaran dan mengingkari rasul bahkan berani mengancam dan
mengusirnya adalah orang-orang yang ingin menandingi kebesaran dan kekuasaan Allah. Mereka bersifat keras kepala, takabur dan
sewenang-wenang, mereka telah berada di depan neraka Jahannam, dan di dunia mereka sudah seperti di tepi neraka,
mereka selalu merasa gelisah, khawatir dan penuh keraguan. Hukuman bagi mereka di neraka kelak akan dimasukan ke neraka
dan diberi minuman kotor seperti nanah.
18
Kemudian pada ayat selanjutnya yaitu ayat 17 Allah menggambarkan siksaan bagi mereka yang zalim, kelak mereka
akan disiksa dengan api neraka yang sangat panas, diberi minuman kotor seperti nanah tapi mereka sangat sukar untuk meneguknya.
Dan Allah datangkan kepada mereka bahaya maut dari segala penjuru, tapi kematian mereka ditangguhkan oleh Allah agar
mereka merasakan kepedihan azab.
19
2 Tafsir Ayat
Pada ayat sebelumnya, yakni ayat 17 Surat Ibrâhîm ini telah
dijelaskan bagaimana siksaan dan azab yang diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Menurut Quraish Shihab, jika ada yang
mengatakan dan bertanya bahwa diantara orang-orang kafir itu juga ada yang telah melakukan amal-amal baik bahkan berjasa kepada
banyak orang, apakah mereka juga harus disiksa? maka pada ayat inilah pertanyaan itu akan dibahas.
20
Ayat ini menjelaskan kerugian besar yang orang-orang kafir itu derita, yaitu amal-amal perbuatan mereka di dunia dihapuskan.
Mereka tidak bisa merasakan manfaat dari amal kebaikan mereka
18
Ibid., h. 136
19
Ibid.
20
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, vol. 6 Jakarta:
Lentera Hati, 2002, h. 349