Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia Dengan Faktor Fisik Kimia Perairan

distribusi spesies tersebut adalah acak, bila I 0 maka distribusi spesies tersebut berkelompok dan bila I 1 maka distribusi spesies tersebut adalah seragam Krebs,1985. Dengan demikian dari hasil análisis terhadap Indeks Morisita maka dapat dikatakan distribusi jenis Bivalvia yang ditemukan di estuari Belawan berdistribusi berkelompok. Pola penyebaran suatu organisme bergantung pada sifat fitokimia lingkungan yang berupa nutrisi, substrat atau berupa faktor fisik kimia perairan tersebut. Suatu struktur komunitas alami tergantung pada cara organisme tersebar atau terpencar Michael,1984.

4.8 Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia Dengan Faktor Fisik Kimia Perairan

Berdasarkan nilai parameter lingkungan yang diperoleh dari masing-masing stasiun penelitian setelah dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman Bivalvia maka didapatkan nilai korelasi Tabel 4.8 Tabel 4.8 Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia dengan Faktor Fisik - Kimia Perairan Parameter Indeks Keanekaragaman H’ Suhu air 0,306 Suhu substrat 0,782 pH air - 0,450 pH substrat - 0,284 Salinitas -0,288 DO 0,193 BOD5 -0,242 Nitrat NO3-N 0,035 Posfat PO4 0,339 Fraksi Substrat: Pasir 0,255 Debu -0,929 Liat 0,274 Kadar Organik Substrat 0,464 Keterangan: Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Universitas Sumatera Utara Menurut Sugiyono 2005, tingkat hubungan nilai indeks korelasi dinyatakan sebagai berikut: Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Hasil uji analisis korelasi Pearson antara faktor fisik kimia perairan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan Indeks Diversitas H’, Tabel 4.8 . Nilai + menunjukkan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai Indeks Diversitas H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai Indeks Keanekaragaman akan semakin besar pula, nilai - menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai Indeks Keanekaragaman H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar. Faktor fisik kimia yang berkorelasi positif tertinggi yaitu suhu substrat 0,782 nilai ini berkorelasi kuat dan sangat nyata terhadap Indeks Keanekaragaman Bivalvia. Semakin tinggi suhu substrat maka Indeks Keanekaragaman Bivalvia begitu juga sebaliknya. Suhu mempunyai peranan penting untuk mengendalikan ekosistem Efendi, 2000. Indeks Keanekaragaman dan nitrat menunjukkan korelasi positif sangat rendah artinya nitrat tidak berpengaruh nyata terhadap Indeks Keanekaragaman Bivalvia, namun semakin tinggi nitrat maka semakin tinggi pula Indeks Keanekaragaman. Nilai analisis korelasi negatif terendah dijumpai pada faktor fisik kimia BOD 5 -0,242 nilai ini berkorelasi rendah dan tidak nyata terhadap Indeks Universitas Sumatera Utara Keanekaragaman. Karena BOD 5 berkorelasi negatif artinnya semakin tinggi BOD 5 yang terlarut maka semakin rendah Indeks Keanekaragaman Bivalvia. Oksigen merupakan faktor pembatas dalam menentukan kehadiran makhluk hidup dalam suatu perairan Sastrawijaya, 2000. Suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikatagorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya 5 ppm dan kadar oksigen biokimianya BOD berkisar 0 – 10 ppm Salmin, 2005. Faktor fisik kimia yang mempunyai nilai korelasi negatif tertinggi adalah debu -0,929 nilai ini berkorelasi negatif kuat dan sangat nyata terhadap indeks keanekaragaman Bivalvia. Semakin tinggi fraksi substrat debu maka semakin rendah Indeks Keanekaragaman artinya keanekaragaman Bivalvia lebih banyak dijumpai pada substrat pasir dan liat. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN