Umumnya penyebab terjadinya pencemaran berasal dari meningkatnya produk industri rumah tangga, perluasan kawasan pemukiman penduduk, dan
perkembangan kawasan Industri di kota besar, terjadilah akumulasi pencemaran pesisir dan lautan. Hal ini dikarenakan semua limbah dari darat, dari pemukiman
perkotaan maupun yang bersumber dari kawasan industri, pada akhirnya bermuara ke pantai.
Dampak
negatif pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan biota dan lingkungan laut, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia bahkan
penyebab kematian, mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir dan lautan dan merugbivalvia secara sosial ekonomi. Bentuk dampak pencemaran
berupa sedimen, eutrofikasi, anoksia kekurangan oksigen masalah kesehatan umum, pengaruh terhadap perikanan, kontaminasi trace elemen dalam rantai
makanan, keberadaan spesies asing dan kerusakan fisik habitat.
2.5 Faktor Fisik Kimia Perairan
Faktor fisik dan kimia merupakan dua faktor pembatas distribusi populasi selain faktor tingkah laku dan interaksi antara organisme. Setiap organisme mempunyai
kisaran toleransi faktor fisik dan kimia tertentu dalam menunjang kehidupannya tergantung spesies dan lingkungannya serta keterkaitan antara keduanya.
Beberapa faktor fisik dan kimia antara lain:
a. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang utama pada perairan karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran hewan, termasuk dari
jenis Bivalvia Michael, 1994. Menurut Van hoffs, kenaikan temperatur sekitar 10
o
C akan meningkatkan aktifitas fisiologis organisme sebesar 2 – 3 kali lipat. Akibat meningkat laju respirasi akan mengakibatkan konsentrasi oksigen
meningkat dengan menaiknya temperatur, akan mengakibatkan kelarutan oksigen menjadi berkurang Barus, 2004. Organisme aquatik seringkali mempunyai
toleransi yang sempit terhadap perubahan temperatur Odum, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan diurnal yang lebih besar dari pada di laut terutama apabila estuaria tersebut
dangkal dan air yang masuk pada saat pasang naik ke perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang subtratnya terekspos Supriharyono 2006. Suhu
merupakan salah satu parameter penting dalam pertumbuhan dan perkembangan Bivalvia. Kerang Anodonta woodiana menyukai lingkungan dengan temperatur
24 – 29
o
C. Thana, 1976 dalam Suwignyo, 1981.
b. Derajat Keasaman pH
Nilai pH menyatakan konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. pH sangat penting sabagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi di dalam air. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme pada umumnya antara 7 – 8,5. Kodisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Barus, 2004. pH permukaan laut
Indonesia pada umumnya antara 6,0 – 8,5. Perubahan nilai pH mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut Romimohtarto,1985.
c. Salinitas
Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volum air biasanya dinyatakan dalam satuan per mil ‰.
Berdasarkan nilai salinitas air diklasifikasikan sebagai berikut: air tawar 0,5 ‰, air payau 0,5 – 30 ‰ laut 30 – 40 ‰ dan hiperhalin 40 ‰ Barus, 2004.
Komponen fauna di estuaria berdasarkan salinitasnya di kelompokkan menjadi 3 tiga yakni fauna air tawar, payau dan laut Dahuri, 2003. Pada salinitas 18‰
keberhasilan menempel kerang darah Anadara granosa lebih tinggi. Tiram dapat hidup dalam perairan dengan salinitas yang lebih rendah dari pada salinitas untuk
kerang hijau dan kerang darah Romimohtarto,1985.
Universitas Sumatera Utara
d. Oksigen TerlarutDO Dissolved Oxygen