Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Moluska merupakan salah satu filum dari kingdom Animalia yang didalamnya terdapat kelas terbesar yaitu Bivalvia dan Gastropoda Dharma, 1992. Di Indonesia tercatat sekitar 3400 jenis moluska dan diperkirakan lebih dari 20 jenis bernilai ekonomis, dan beberapa jenis diantaranya telah dapat dibudidayakan. Jenis-jenis tersebut sebagian besar masuk kedalam kelas Bivalvia Sulistijo et al. 1980. Bivalvia mempunyai bentuk tubuh dan ukuran cangkang yang beranekaragam. Bentuk cangkang ini sangat penting dalam menentukan spesies kelas tersebut Nurdin et al. 2008. Di alam kelimpahan dan distribusi Bivalvia dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik dan biotik seperti: kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, pemangsaan oleh predator dan kompetisi. Tekanan dan perubahan lingkungan juga dapat mempengaruhi jumlah jenis dan perbedaan struktur dari Bivalvia Susiana 2011. Keanekaragaman Bivalvia tidak hanya menunjukkan keanekaragaman jumlah spesies, tetapi juga menunjukkan struktur, tingkatan tropik, dan keanekaragaman makro-mikro habitat mereka Hendrickx et al. 2007. Jenis Bivalvia yang memiliki arti ekonomis yaitu sebagai sumber protein seperti Anadara granosa kerang darah, Anadara antiquata kerang bulu. Mytilus viridis kerang hijau Crassostrea cucullata tiram bakau sebagai perhiasan dan lainnya Nontji, 1987. Kerang hidup pada semua tipe perairan yaitu air tawar, estuaria dan perairan laut. Nurdinet al.,2008. Bivalvia mempunyai beberapa cara hidup, ada yang menggali substrat untuk perlindungan, ada yang tumbuh pada substrat dengan melekatkan diri pada Universitas Sumatera Utara substrat dengan alat perekat, ada yang membenamkan diri pada pasir atau lumpur bahkan adapula yang membenamkan diri di dalam kerangka karang-karang batu. Berbagai jenis tertentu melekatkan diri ke substratnya dengan menggunakan organ bernama byssus yang berupa benang-benang yang kuat Reseck, 1980. Menurut Russel-Hunter 1983 Bivalvia tersebar di perairan pesisir seperti estuari, dengan dasar perairan lumpur bercampur pasir. Beberapa diantaranya hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu atau batu, air tawar serta sedikit yang hidup di daratan seperti, mussels kepah, clamp kerang dan tiram yang merupakan anggota Bivalvia yang hidup di laut. Bivalvia yang hidup di daerah estuari, yaitu beberapa jenis kerang seperti Anadara granosa, Anadara gubernaculum, Scrombicularia plana , Macoma balthica , Rangia flexosa dan tiram jenis Crassostrea Nybakken 1992. Faktor lingkungan dalam suatu ekosistem akan mempengaruhi jumlah dan jenis biota yang hidup di dalamnya. Hal ini selaras dengan pendapat Nybakken 1992 bahwa kehidupan hewan bentik pada ekosistem perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan keseragaman jenis biota di lingkungan tersebut. Potensi Bivalvia suatu perairan dapat dilihat dari kelimpahan, sebaran dan keragaman jenisnya. Adapun kelimpahan, sebaran dan keragaman jenis spesies tersebut dipengaruhi oleh karakteristik habitat seperti kondisi perairan dan jenis substrat. pola sebaran beberapa jenis Bivalvia yang dominan dipengaruhi oleh substrat tempat hidup, frekuensi, serta lama ketergenangan pasang surut. Dalam suatu habitat perairan, kondisi substrat dan kualitas perairan yang baik akan mendukung keanekaragaman Bivalvia dan adanya keseimbangan distribusi spesies Budiman, 1985 dalam Pratami, 2005. Bivalvia merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai gizi yang lengkap. Selain mengandung protein hewani yang relatif tinggi, Bivalvia Universitas Sumatera Utara juga mengandung asam-asam lemak tidak jenuh essensial dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia. Bivalvia juga memliki nilai ekologis yang luar biasa dengan cara memakan polutan termasuk logam berat yang tersuspensi dalam perairan. Di samping itu, kemampuan hidupnya yang relatif lebih tahan terhadap polutan dibanding ikan-mampu hidup dalam lumpur yang kering saat musim kemarau membuat Bivalvia amat tepat dimanfaatkan sebagai pembersih lingkungan. Apalagi, kerang bisa membersihkan polutan logam berat relatif cepat Anonim, 2009. Saat ini Bivalvia dieksploitasi sebagai bahan makanan bagi masyarakat, maupun untuk meningkatkan pendapatan dengan pemanfaatannya untuk hiasan. Dikhawatirkan hal ini lambat laun akan menyebabkan penurunan populasi sumberdaya Bivalvia tersebut. Sampai saat ini informasi mengenai keanekaragaman Bivalvia di estuaria mangrove Belawan belum pernah didapatkan, oleh itu karena perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui secara ilmiah tentang keanekaragaman dan distribusi Bivalvia di habitatnya serta kaitannya dengan faktor fisik kimia. Data yang diperoleh selanjutnya dapat digunakan dalam pengelolaannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan manusia secara berkelanjutan. Dengan mengetahui kehidupan biota di habitat alaminya berarti akan memudahkan dalam menentukan lokasi budidayanya Safar et al . 2000.

1.2 Permasalahan