92 memberikan sebagian kekuasaannya kepada bawahannya, sehingga para
bawahan turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program organisasi.
c. Menggerakkan Bawahan
Pemimpin di Dinas P dan K Purworejo dituntut mampu menggerakkan bawahannya untuk dapat belajar, bekerja, aktif dalam pelaksanaan konsep,
rencana, dan program untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut dimulai dengan bagaimana cara pemimpin dalam pemberian arahan dan tugas, agar
bawahan mampu dan mengerti bagaimana melaksanakan tupoksinya dengan benar dan maksimal. Menurut wawancara dengan Kepala Dinas pada tanggal 25 Juli
2013, ”Ya kalau saya dalam memberikan arahan dalam tugasnya, lebih cenderung
kita ke lapangan dulu, saya lihat kinerjanya langsung seperti apa lalu bagaimana hal yang bisa saya bantu atau arahkan bisa saya lakukan.”
Sedangkan menurut wawancara dengan Kepala Bidang Pendidikan Dasar
pada tanggal 22 Juli 2013, “Dalam pemberian tugas yang pertama perlu diperhatikan adalah berdasarkan
uraian tugas pokoknya, lalu dalam penugasan memperhatikan staf mana yang paling mendekati tupoksi dan juga melihat kemampuan staf tersebut.”
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Seksi PAUD dan Kesetaraan dalam wawancara pada tanggal 17 Juli 2013,
“Saya biasanya rapat, pembagian tupoksi, lalu pada saat itu saya tanyakan bagaimana pekerjaan mereka selama ini sudah selesaikah atau apakah
mengalami kesulitan atau tidak. Kalau ada yang mengalami kesulitan nanti saya panggil face to face agar yang lain tidak tahu, lalu saya tanyai
bagaimana kesulitan yang dihadapi, lalu kita bahas saya kasih masukan.”
93 Dalam pemberian arahan dan tugas, pemimpin di dinas melakukannya dengan
berbagai cara yaitu yang pertama dengan surat tugas disposisi yang ditujukan kepada staf. Surat tugas disposisi tersebut memuat suatu hal yang nantinya perlu
ditindak lanjuti oleh staf yang diberikan tugas disposisi tersebut. Hal ini sesuai berdasarkan data dokumen di beberapa seksi dinas yang menggunakan surat
disposisi tugas dari pimpinan ke bawahan. Cara pemberian arahan dan tugas para pemimpin di dinas yang kedua adalah
dengan selalu berkoordinasi dengan bawahan bagaimana pekerjaannya selama ini apakah menemui kendala atau tidak, lalu bisa dengan ke lapangan untuk
memantau dan mengarahkan langsung, dan juga memperhatikan uraian tugas pokok dan kompetensi masing-masing staf. Hal ini dilakukan agar pemimpin
selalu dapat memantau kinerja dan mengerti apa kendala yang sedang dialami staf ketika sedang melaksanakan pekerjaannya, juga untuk memacu para staf agar
terus berusaha meningkatkan kinerjanya. Dalam menggerakkan bawahan, para pemimpin di dinas terkadang menemui
beberapa kendala dalam mengarahkan staf untuk dapat belajar, bekerja, aktif dalam pelaksanaan konsep, rencana, dan program untuk mencapai tujuan
organisasi. Kendala yang ditemukan para pemimpin ini lebih cenderung kepada kompetensi yang dimiliki masing-masing staf yang berbeda-beda tidak semua staf
mampu belajar, bekerja sesuai dengan konsep, rencana, dan program untuk tercapainya tujuan organisasi. Menurut wawancara dengan Kepala Bidang PNF,
Binmudora dan Seni Budaya pada tanggal 16 Juli 2013,
94 “Kendala dalam menggerakkan bawahan itu ada, misalnya adalah
kemampuan SDM,
baik kemampuan
dalam arti
kompetensinya, kepribadiannya maupun profesionalnya.”
Hal yang sama diungkapkan Kepala Seksi Dikmas dan Kursus Kelembagaan dalam wawancara pada tanggal 17 Juli 2013,
“Biasanya begini dengan berkembangnya TI, tidak semua bisa menguasainya, yang mana nantinya pekerjaan itu akan diserahkan ke staf lain
padahal staf tersebut juga mempunyai pekerjaannya sendiri, nah itu menyebabkan pekerjaan itu jadi molor dan terjadi konflik kecil-
kecilan”. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi
saat ini, tidak diimbangi oleh para staf di dinas yang mana kompetensi yang dimiliki masing-masing staf yang berbeda-beda tidak semua staf mau dan mampu
mempelajari teknologi yang saat ini digunakan dalam dunia pekerjaan lembaga pemerintahan dinas yang tentunya akan membantu pekerjaan yang para staf
kerjakan di dinas. Hal ini terlihat dalam hasil pengamatan observasi di seksi binmudora yang mana terdapat beberapa staf yang sering minta tolong dan
menyerahkan urusan pembuatan surat dan pengetikan yang menyangkut pekerjaannya kepada staf lain. Perbedaan kompetensi dalam hal ini tentu akan
menyebabkan terhambat dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan staf yang mana berpengaruh pada kelancaran kinerja individu maupun kelompok setiap
harinya untuk tercapainya tujuan organisasi Dinas P dan K Purworejo merupakan lembaga pelayan masyarakat yang
mana kinerja pegawai dinas akan dinilai langsung oleh masyarakat terkait bagaimana pelayanan yang diberikan oleh dinas. Hal ini membuat pemimpin di
dinas perlu memperhatikan bagaimana cara untuk memotivasi bawahan agar selalu termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan menekankan bahwa kinerja
95 kita itu tidak dapat dikatakan sudah baik, namun kinerja itu setiap saat harus terus
meningkat. Menurut wawancara dengan Kepala Dinas pada tanggal 25 Juli 2013, “Dalam memotivasi bawahan hal yang perlu diperhatikan adalah siapa dan
bagaimana karakteristik bawahan, kondisinya seperti apa, lalu harus bisa menjadi contoh memberi keteladanan. Misal dengan berbagai macam
kegiatan seperti outbond dan lain sebagainya tersebut juga dapat mempererat
hubungan antar staf dan meningkatkan motivasi kerja staf”. Menurut wawancara dengan Kepala Seksi TKNK Didas pada tanggal 23 Juli
2013, “Dalam memotivasi staf, saya biasanya mencoba selalu mengingatkan
tupoksi dan aturan, lalu ketika ada dana sisa hasil pelaksanaan suatu kegiatan akan dibagi rata bersama.”
Menurut wawancara dengan Kepala Seksi PAUD dan Kesetaraan pada tanggal 17 Juli 2013,
“Ya saya beri motivasi secara kekeluargaan, saya tekankan bahwa pentingnya kerja sama antar staf. Itu biasanya dalam sebuah rapat, atau saya panggil face
to face seperti itu. Pokonya saya pahami dulu karakter dan kemampuan para
staf lalu baru saya ambil cara tindakan untuk memotivasi mereka.” Bagaimana cara memotivasi staf, para pemimpin di dinas terlebih dahulu
akan memperhatikan bagaimana karakter masing-masing staf, sehingga akan mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk memotivasi staf tersebut. Pemimpin
juga akan menekankan pentingnya untuk selalu belajar dan mampu bekerja sama dengan baik dengan staf lain agar terciptanya kinerja kelompok seksi yang
maksimal. Pentingnya memperhatikan kesejahteraan staf juga menjadi prioritas pemimpin dalam memotivasi staf untuk selalu meningkatkan kinerjanya, yang
mana ketika terdapat sisa uang hasil pelaksanaan kegiatan maka akan dibagi secara merata kepada staf yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
96 Setelah melihat uraian tentang bagaimana para pemimpin di dinas
menggerakkan bawahannya, terlihat tipe kepemimpinan transaksional diterapkan oleh para pemimpin di dinas, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Komariah
Triatna Kadim Masaong dan Arfan Timole, 2011: 162 kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban
bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang mendesain pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahlian.
d. Persepsi Konflik