27 Sedangkan Makmuri Muchlas 2008: 181, mendefinisikan definisi stres
yang lebih detail, yaitu respons yang adaptif, dimediasi oleh perbedaan- perbedaan individual, dan atau proses-proses psikologis yang merupakan sebuah
konsekuensi dari tindakan atau situasi eksternal, atau peristiwa yang menempatkan seseorang pada tuntutan psikologis dan atau fisik secara eksesif.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa definisi stres yaitu stimulus yang menggerakkan individu
sehingga menghasilkan suatu tanggapan ketegangan, tekanan, dan beban yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang
menjadikan tuntutan psikologis atau fisik terhadap seseorang. Menurut Mada Sutapa 2002: 74, stres tidak bisa dipisahkan dari konflik,
karena stress yang berat dan berkepanjangan akan menimbulkan konflik dalam diri individu maupun antar individu dalam organisasi. Konflik bisa terjadi dalam
hubungan antara pimpinan dan bawahan karena karakter hubungan yang hirarkis.
B. Penanganan Konflik
1. Pengertian Konflik
Menurut Robbins 2002: 55, konflik didefinisikan sebagai suatu proses dimana upaya secara sengaja dilakukan oleh si A untuk mengimbangi si B
dengan berbagai bentuk hambatan yang akan mengakibatkan si B frustasi dalam mencapai tujuan dan kepentingannya.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi 2011: 279 menjelaskan konflik adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan antara satu pihak dengan pihak yang
28 lain dalam mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya perbedaan
kepentingan, emosipsikologi dan nilai. Sedangkan Mangkunegara 2005: 22, menjelaskan konflik organisasi
adalah tidak adanya kesesuaian antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok dan mereka berusaha saling megungguli kemauannya atau
pendapatnya. Berdasarkan uraian definisi yang dipaparkan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa konflik yaitu pertentangan dalam hubungan kemanusiaan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang mengakibatkan hambatan dalam
mencapai tujuan dan kepentingannya. 2.
Jenis Konflik
Menurut Wirawan 2010: 55, konflik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah orang yang terlibat konflik, yaitu konflik personal dan konflik
interpersonal. Konflik juga dapat dikelompokkan menjadi konflik konstruktif konflik produktif dan konflik destruktif konflik kontra produktif. Dijelaskan
seperti di bawah ini: a.
Konflik Personal adalah konflik yang terjadi dalam diri seorang individu karena harus memilih dari sejumlah alternatif pilihan yang ada, kaitannya
dengan pengambilan keputusan. b.
Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi atau konflik di tempat kerja, di antara pihak-pihak yang terlibat konflik dan
mereka saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.
29 c.
Konflik Konstruktif konflik produktif adalah konflik yang prosesnya mengarah kepada mencari solusi mengenai solusi konflik yang terjadi.
Konflik jenis ini membangun sesuatu yang baru atau mempererat hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik untuk dapat memperoleh sesuatu yang
bermanfaat dari konflik yang terjadi. d.
Konflik Destruktif konflik kontraproduktif adalah pihak-pihak yang terlibat konflik tidak fleksibel atau kaku karena tujuan konflik didefinisikan secara
sempit yaitu tetap bertahan pada pendiriannya untuk mengalahkan satu sama lain lawan konfliknya.
Menurut Ivancevich, dkk 2007: 43, konflik dibedakan dalam sudut pandang dampaknya pada organisasi, yaitu konflik fungsional dan konflik
disfungsional. Konflik fungsional functional conflict adalah sebuah konfrontasi antar kelompok yang meningkatkan dan memberikan keuntungan pada kinerja
organisasi dalam pencapaian tujuannya. Konflik disfungsional dysfunctional conflict adalah konfrontasi atau interaksi antar kelompok yang membahayakan
atau menghambat kinerja organisasi untuk tercapainya pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Hendyat Soetopo 2010: 274 ditinjau dari segi materi yang dikonflikkan, ada 4 jenis konflik, yaitu: 1 konflik tujuan, 2 konflik peranan,
konflik nilai, dan 4 konflik kebijakan. Konflik tujuan terjadi jika ada dua atau lebih tujuan kompetitif atau bahkan kontradiktif. Konflik peranan timbul karena
manusia memiliki lebih dari satu peranan dan setiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama. Di samping itu, banyaknya peranan yang ada
30 dalam keseluruhan struktur organisasi membuka peluang munculnya konflik ini.
Konflik nilai muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dan nilai yang dijunjung tinggi antar organisasi tidak sama. Konflik kebijakan
dapat terjadi karena adanya ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap kebijakan yang disampaikan oleh pihak tertentu.
Sedangkan menurut Mangkunegara 2005: 21-22, ada empat bentuk konflik dalam organisasi, yaitu:
a. Konflik Hirarki Hierarchical Conflict, yaitu konflik yang terjadi pada
tingkatan hirarki organisasi. b.
Konflik Fungsional Functional Conflict, yaitu konflik yang terjadi dari bermacam-macam fungsi department dalam organisasi.
c. Konflik Staf dengan Kepala Unit Line Staff Conflict, yaitu konflik yang
terjadi antara pimpinan unit dengan stafnya terutama yang berhubungan dengan wewenangautoritas kerja.
d. Konflik Forma-Informal Formal-Informal Conflict, yaitu konflik yang
terjadi yang berhubungan dengan norma yang berlaku di organisasi informal dengan organisasi formal.
Soekanto Wahyudi, 2006: 30 memaparkan jenis-jenis konflik meliputi konflik antar pribadi, konflik antar kelompok, konflik rasial, dan konflik antar
kelas-kelas sosial. Dijelaskan seperti di bawah ini: a.
Konflik antar pribadi, disadari bahwa setiap individu mempunyai perbedaan dan karakter masing-masing. Perbedaan individu yang ada yang ada dapat
menghambat kinerja organisasi apabila setiap anggota terfokus pada
31 kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu
tujuan organisasi. b.
Konflik antar kelompok, selama pertentangan konflik dilakukan secara jujur, maka solidaritas kelompok tidak akan goyah. Persaingan yang jujur
akan menyebabkan individu-individu semakin padu dalam mempertahankan prestasi kelompok. Konflik dapat mendorong kelompok bekerja lebih giat,
meningkatkan kinerja, dan masing-masing anggota termotivasi untuk memberikan konstribusi yang terbaik bagi kemajuan kelompok.
c. Konflik rasial, sumber konflik bukan hanya perbedan kepentingan, tujuan
maupun kegagalan dalam komunikasi akan tetapi perbedaan kebudayaan dan ciri-ciri fisik dapat menjadi latar belakang timbulnya konflik. Ras yang
berjumlah mayoritas di suatu masyarakat cenderung ingin menguasai dan merasa mempunyai hak yang lebih luas. Sedangkan ras minoritas berusaha
menuntut persamaan hak dan ingin diperlakukan adil. d.
Konflik antar kelas-kelas sosial, masyarakat terdiri dari beberapa lapisan sisial yang hidup saling membutuhkan. Jenjang pendidikan dan tingkat
kekayaan anggota masyarakat sangat bervariasi. Konflik terjadi manakala sub-sub sistem di masyarakat tidak menjalankan fungsi secara adil dan merata
sehingga kelompok masyarakat tertentu merasa terabaikan.
3. Sumber Konflik