seperti makanan basi yang tercemar, makanan laut yang terkontaminasi dengan racun kimia, makanan beracun, dan alergi
makanan.
10
c. Efek samping penggunaan obat. misalnya obat antasid yang mengandung magnesium dalam jumlah
besar, antibiotik, obat-obat anti kanker, dan obat pencahar.
22
c. Lingkungan Environment
Gastroenteritis merupakan
penyakit yang
berbasis lingkungan.
Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat.
Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain :
11
c.1 Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat
kesehatan. c.2
Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat. c.3
Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat. c.4
Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk. c.5
Belum ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif. c.6
Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan.
c.7 Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gastroenteritis pada bayi secara umum antara lain: nafsu makan berkurang, mulut kering, kadang-kadang demam, produksi air kemihnya
berkurang, merasa haus, berat badan menurun, anak menjadi cengeng, sering menangis dan gelisah, dan mengalami gangguan minum. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Pada bayi penderita
gastroenteritis biasanya warna muntah seperti warna susu, tinja cair dan disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu.
12
Bila penderita telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain:
mengantuk, tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat sianosis, turgor
kulit berkurang, ekstremitas dingin, air kemih berkurang, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kuszmaull pernafasan yang cepat
dan dalam, pada keadaan yang luar biasa anak terlihat kurang merespon keadaan sekitarnya atau disebut juga dengan apatis.
13
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi : a. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5 dengan gejala
berupa : a.1 Keadaan umum baik dan sadar.
a.2 Mata normal dan air mata tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
a.3 Mulut dan lidah basah. a.4 Tidak merasa haus dan bisa minum.
a.5 Turgor kulit normal cubitan kulit cepat kembali. b. Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10 dengan gejala
berupa : b.1 Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.
b.2 Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun. b.3 Mata dan ubun-ubun cekung.
b.4 Mulut dan lidah kering. b.5 Nadi lebih cepat dari normal.
b.6 Turgor kurang cubitan kulit lambat kembali. c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10 dengan gejala fisik
berupa : c.1 Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.
c.2 Sangat lemah hingga kesadaran menurun. c.3 Mata dan ubun-ubun sangat cekung.
c.4 Bibir dan lidah sangat kering. c.5 Nadi sangat cepat.
2.4. Komplikasi