a.3 Mulut dan lidah basah. a.4 Tidak merasa haus dan bisa minum.
a.5 Turgor kulit normal cubitan kulit cepat kembali. b. Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10 dengan gejala
berupa : b.1 Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.
b.2 Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun. b.3 Mata dan ubun-ubun cekung.
b.4 Mulut dan lidah kering. b.5 Nadi lebih cepat dari normal.
b.6 Turgor kurang cubitan kulit lambat kembali. c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10 dengan gejala fisik
berupa : c.1 Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.
c.2 Sangat lemah hingga kesadaran menurun. c.3 Mata dan ubun-ubun sangat cekung.
c.4 Bibir dan lidah sangat kering. c.5 Nadi sangat cepat.
2.4. Komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
14
a. Gangguan keseimbangan asam basa yaitu elektrolit, terutama natrium dan kalium
Universitas Sumatera Utara
yang ikut hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh dan dapat menyebabkan dehidrasi.
b. Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium dalam darah yang rendah, yaitu dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia denyut jantung
lambat, perubahan pada elektrokardiogram. c. Hypoglikemia keadaan kadar glukosa darah yang rendah.
Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor berkeringat, pucat,
syok,dan kejang. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup baik, hypoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang
sebelumnya sudah menderita KKP Kekurangan Kalori Protein, hal ini terjadi karena persediaan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena kerusakan
vili mukosa usus halus. e. Gangguan gizi sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena: makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
dan memberikan air teh saja, walaupun susu diteruskan sering diberi dengan pengenceran, dan diberikan dalam jangka waktu yang lama, makanan yang
diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik usus.
Universitas Sumatera Utara
f. Gangguan sirkulasi terjadi karena gangguan sirkulasi darah berupa renjatan shock hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan dalam
otak, dan kesadaran menurun.
2.5. Pencegahan Gastroenteritis
2.5.1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-patogenesis dengan tujuan menghilangkan faktor risiko terhadap gastroenteritis. Sasaran pada
pencegahan ini adalah orang sehat sehingga diharapkan tidak menderita sakit. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini antara lain
:
14
a. Health Promotion
Kegiatan health promotion promosi kesehatan dalam upaya mencegah terjadinya gastroenteritis dapat berupa :
a.1 Pemberian ASI Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya
perlindungan baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Sehingga
bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya.
14
Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI, maka bayi yang diberikan ASI akan terlindung dari berbagai macam
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan antigen lainnya. ASI
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai
paling kurang anak berusia satu atau dua tahun.
14
a.2 Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI diberikan setelah anak berusia diatas 6 bulan.
Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dikhawatirkan dapat mengganggu sistem pencernaan bayi, karena pembentukan organ tubuh bayi
belum sempurna. Pada tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.
15
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :
16
1 Melengkapi zat-zat gizi yang kurang yang terdapat dalam ASI. 2 Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai macam
makanan dengan berbagai rasa dan tekstur. 3 Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
4 Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.
Perilaku yang tidak baik saat pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya gastroenteritis. Ada beberapa hal
yang penting agar pemberian makanan pendamping ASI lebih baik antara lain :
21
1 Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan sambil tetap
memberikan ASI. Setelah anak berumur satu tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik sebanyak 4 – 6 kali sehari dan
teruskan pemberian ASI bila masih memungkinkan sampai anak berusia 2 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2 Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi atau bubur untuk energi.
Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan, kacang-kacangan, buah- buahan , dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.
3 Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta
suapi anak dengan sendok yang bersih. 4
Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
a.3 Penggunaan Air Bersih Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara penularannya
melalui air, jadi untuk mencegah terjadinya gastroenteritis adalah dengan penggunaan air yang bersih. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga
mendidih. a.4 Membuang Tinja Bayi Secara Benar
Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Yang harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila tidak ada jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun
.16
a.5 Mencuci Tangan Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah terjadinya
gastroenteritis. Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun segera setelah membersihkan anak ketika buang air besar, dan mencuci tangan baik dilakukan
sebelum makan dan sesudah buang air besar.
Universitas Sumatera Utara
b. Spesific Protection