19
growth of density pertambahan penduduk, dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah
keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian semakin
bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman
urbanization urbanisasi, dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota.
Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di
permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota
2.2.4. Karakteristik Permukiman Kumuh
Menurut Kuswartojo dkk 2005 permukiman kumuh yaitu permukiman yang padat, kualitas konstruksi rendah, prasarana, dan pelayanan permukiman
minim adalah pengejawantahan kemiskinan. Meskipun ada pengecualian dan keadaan khusus, pada umumnya kita sepakat kalau kita memformulakan bahwa di
permukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal. Ini terutama kita jumpai di kawasan perkotaan.
Karakteristik permukiman kumuh menurut Silas 1996 dalam Hutapea 2012 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
20
keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6 m²orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena
tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya
permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah opportunity value dan harga rumah juga murah asas
keterjangkauan baik membeli atau menyewa manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga
murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi Menurut Sinulingga 2005 dalam Hutapea 2012 ciri-ciri kampungpermukiman
kumuh terdiri dari : 1.
penduduk sangat padat antara 250-400 jiwaHa. Pendapat para ahli perkotaan menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80
jiwaHa maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis, psikologis dan
perlindungan terhadap penyakit 2.
jalan-jalan sempit dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang
sudah bersinggungan satu sama lain 3.
fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalan-jalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan
tergenang oleh air
Universitas Sumatera Utara
21
4. fasilitas pembuangan air kotortinja sangat minim sekali. Ada diantaranya
yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah 5.
fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan
6. tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umunya tidak
permanen dan malahan banyak sangat darurat 7.
pemilikan hak atas lahan sering legal, artinya status tanahnya masih merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa
Menurut Turner 1976 dalam Mulyati 2008 permukiman Spontan merupakan salah satu alternatif pemecahan yang mereka lakukan yaitu
permukiman yang tidak teratur, tidak legal baik tanah, rumah, atau keduanya. Biasanya merupakan rumah gubuk dengan fasilitas yang tidak memadai tata letak
fisiknya, ciri pemilikannya atau lokasinya. Gambaran lingkungan kumuh menurut Komarudin 1997 yaitu lingkungan
permukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya berdesakan, luas rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni, rumah hanya sekedar tempat
berlindung dari panas dan hujan, hunian bersifat sementara dan dibangun di atas tanah yang bukan milik penghuni, lingkungan dan tata permukimannya tidak
teratur tanpa perencanaan, prasarana kurang mck, air bersih, saluran buangan, listrik, jalan lingkungan, fasilitas sosial kurang sekolah, rumah ibadah, balai
pengobatan, mata pencaharian tidak tetap dan usaha non-formal, serta pendidikan masyarakat rendah.
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Yudohusodo 1991 dalam bukunya yang berjudul Rumah Untuk Seluruh Rakyat, perumahan liar tumbuhnya agak jauh dari jalan kendaraan, di
pinggir-pinggir sungai dan bantaran sungai, di sepanjang jalan kereta api, di sekitar pasar dan stasiun kereta api, dan di daerah rendah yang sering kebanjiran.
Daerah-daerah tersebut pada umumnya adalah berupa tanah yang belum dipergunakan, ditinggalkan atau yang tidak diawasi oleh pemegang haknya.
Penghuninya merupakan pendatang dari pedesaan dan kota-kota lainnya, berpenghasilan rendah bahkan sangat rendah. Mereka tinggal di gubuk-gubuk dari
bahan-bahan yang tidak tahan lama dan bahan-bahan bekas, tetapi kadang-kadang terdapat pula bangunan permanen yang cukup baik. Lingkungan permukiman
kumuh mempunyai karakteristikk sebagai berikut : kondisi fisik lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan, yaitu kurangnya atau tidak tersedianya prasarana, fasilitas dan utilitas lingkungan. Walaupun ada, kondisinya sangat buruk dan disamping
itu, tata letak bangunan tidak teratur. kondisi bangunan yang sangat buruk serta bahan-bahan bangunan yang
digunakan adalah bahan bangunan yang bersifat semi permanen. kepadatan bangunan dengan KDB yang lebih besar dari yang diijinkan,
dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi lebih dari 500 jiwa per ha fungsi-fungsi kota yang bercampur dan tidak beraturan
Siswono 1991 dalam Sulaiman 2005 membagi lingkungan kumuh dalam lima kelompok :
Universitas Sumatera Utara
23
1. berada pada lokasi yang sangat strategis dalam mendukung fungsi kota yang
menurut rencana kota dapat dibangun untuk komersial atau pelayanan masyarakat kota yang baik
2. lokasinya yang kurang strategis dalam mendukung fungsi kota dan memberi
pelayanan kepada masyarakat kota. Meskipun dalam rencana kota untuk dijadikan kawasan komersial namun kurang memiliki potensi
3. lokasinya kurang strategis dan menurut rencana kota hanya boleh dibangun
untuk perumahan 4.
permukiman kumuh yang berada pada lokasi yang menurut rencana kota tidak diperuntukkan bagi perumahan
5. permukiman kumuh yang berada pada lokasi yang berbahaya, yang menurut
rencana kota disediakan untuk jalur pengaman, seperti bantaran sungai, jalur jalan kereta api dan jalur tegangan listrik
2.3. Garis Sempadan Rel Kereta Api