25
dimiliki pemerintah cenderung dilihat sebagai komoditas yang dapat dipasarkan tinimbang sebagai lahan untuk kepentingan bersama, sehingga penjualan atau
penyewaan seringkali diberikan kepada penawar tertinggi untuk pusat perbelanjaan, lahan parkir, hotel mewah dan lapangan golf, alih-alih taman kota,
sekolah, taman bermain, pasar rakyat, dan perumahan murah yang sangat diperlukan oleh kota-kota kita Sumarwanto, 2014.
Salah satu cara jitu mengurangi biaya lahan untuk perumahan bagi kalangan berpenghasilan rendah adalah menggunakan lahan publik, yang dapat disewakan
oleh badan pemerintah yang memilikinya, atau ditetapkan sebagai lahan berhak guna bagi perumahan komunitas berpenghasilan rendah. Ini dapat direncanakan
dan dibangun dengan berbagai strategi maupun bentuk kemitraan Thomas A.Keer-AHCR, 2009 dalam Sumarwanto 2014.
2.5. Bentuk Pola Permukiman Kumuh di Indonesia
Apabila dikaji berdasarkan strukturnya, kampung merupakan salah satu elemen pembentuk kota. Secara fisik, kondisi kampung di kota-kota besar saat ini
pada umumnya sangat buruk. Hal ini terutama dipicu karena masalah kepadatan. Tingginya angka kepadatan penduduk di kampung-kampung di perkotaan
membawa berbagai dampak negatif bagi kondisi kampung tersebut, yaitu : Suparno dan Marlina, 2005
1. kehidupan sosial yang tidak teratur
2. tingkat ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang rendah
3. kurangnya infrastruktur
Universitas Sumatera Utara
26
4. tataguna lahan yang tidak teratur
5. kondisi rumah yang kurang sehat
Permukiman mempunyai berbagai pola yang umum terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhi, antara lain: Ahyat, 2012
sub kelompok komunitas, pola permukiman tipe ini berbentuk cluster, terdiri dari beberapa unit atau kelompok unit hunian, memusat pada ruang-ruang
penting, seperti penjemuran, ruang terbuka umum, masjid dan sebagainya Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Pola Permukiman Sub Kelompok Komunitas Sumber : Ahyat, 2012 face to face, pola permukiman tipe ini berbentuk linier, antara unit-unit hunian
sepanjang permukiman dan secara linier terdapat perletakan pusat aktivitas yaitu tambatan perahu atau dermaga, ruang penjemuran, pasar dan sebagainya
Gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 2.3. Pola Permukiman Face to face Sumber : Ahyat, 2012
2.6. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Permukiman Kumuh
Program pemerintah dalam penanganan permukiman kumuh telah dimulai sejak tahun 1969 melalui Program Perbaikan Kampung Kampoeng Improvement
ProgramKIP dan berakhir tahun 1989. Kemudian dilanjutkan dengan Pembangunan Perumahan Berbasis pada Kelompok P2BPK sepanjang periode
1989-2000. Pada saat bersamaan juga dilaksanakan KIP Komprehensif 1998- 2002 yang telah mengadopsi aspek modal manusia dan modal sosial. Program
sejenis juga dilaksanakan dengan menambahkan aspek modal ekonomi yaitu Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan P2KP pada tahun 1999, dan
Community-Based Initiatives for Housing and Local Development COBILD 2000-2003. Pada tahun 2004 diluncurkan Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project NUSSP yang mengadopsi aspek fisik, sosial, manusiadan ekonomi, dan kegiatan Urban Renewal yang fokus pada aspek fisik berupa
pembangunan rumah susun, peremajaan kawasan dan penataan lingkungan. Kegiatan terbaru yang dicanangkan oleh presiden pada tahun 2011 adalah
Universitas Sumatera Utara
28
program Pro Rakyat Klaster IV yang berfokus pada penataan kawasan kumuh Mungkasa, 2012.
Terlihat pada era tahun 2000, program yang dilaksanakan terbagi dalam 2 dua kategori yaitu yang bersifat menyeluruh dan fokus aspek fisik saja. Selain
itu, perubahan yang terjadi tidak terlihat benang merahnya, kemungkinan karena kegiatan yang bersifat proyek dan tidak didukung oleh ketersediaan payung
kebijakan penanganan permukiman kumuh Mungkasa, 2012. Sementara Kementerian Perumahan Rakyat pada tahun 2010 meluncurkan
kegiatan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan PLP2K-BK dengan pendekatan Tridaya manusia, lingkungan,
ekonomi, kesesuaian dengan tata ruang, penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas PSU, dan keterpaduan dengan sektor lain. Kegiatan ini didukung dengan
kegiatan bantuan Stimulan Perumahan Swadaya BSPS berupa penyediaan stimulan peningkatan kualitas PK dan pembangunan baru PB bagi rumah
tangga kumuh, kegiatan pembangunan rumah susun sederhana sewa rusunawa, dan disediakan skema pembiayaan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan FLPP Mungkasa, 2012. Pada prinsipnya KIP Kampoeng Improvement Program bertujuan untuk
memperbaiki kondisi lingkungan secara menyeluruh. KIP ini dikembangkan dengan 3 program, yaitu : Suparno dan Marlina, 2005
1. program perbaikan lingkungan bina lingkungan
2. program pengembangan manusia bina manusia
3. program pengembangan ekonomi bina usaha
Universitas Sumatera Utara
29
Berdasarkan tujuan KIP, contoh –contoh kegiatan yang dapat dilakukan pada KIP
adalah sebagai berikut : Suparno dan Marlina, 2005 1.
perbaikan jalan masuk ke lingkungan 2.
perbaikan jalan untuk pejalan kaki 3.
perbaikan saluran drainase 4.
perbaikan saluran pembuangan 5.
penyediaan air bersih 6.
penyediaan MCK 7.
pengadaan fasilitas sosial sebagai tambahan misal fasilitas kesehatan, dll 8.
penyuluhan kesehatan kepada warga
Secara keseluruhan, program-program yang dilaksanakan tidak sepenuhnya dapat membantu usaha penataan dan perbaikan permukiman kumuh. Poerbo
dalam Komarudin 1997 berpendapat program-program yang dijalankan pemerintah masih cenderung bersifat top down, serta kurang mampu menggali
aspirasi dan karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Selain itu, banyaknya proyek peremajaan permukiman kumuh yang tidak didahului oleh survei sosial
merupakan penyebab lainnya. Karakteristik masyarakat yang perlu dikenali, antara lain : aspek sosial, sumber daya manusia, ekonomi mata pencaharian,
alam, dan fisik seperti kondisi fisik rumah dan lingkungan, dan lain sebagainya Lestari, 2006.
Universitas Sumatera Utara
30
2.7. Diagram Kepustakaan