30
2.7. Diagram Kepustakaan
Gambar 2.4. Diagram Kepustakaan Permukiman Kumuh
Doxiadis, 1968; Yudohusodo, 1991; Silas, 1996; Komarudin, 1997;
Budihardjo, 1997; Kuswartojo, 2005
Permukiman Rapoport, 1969; Doxiadis, 1969 1971;
Turner, 1972; Budihardjo, 1987; Suparno dan Marlina, 2005; Budihardjo, 2009
Budaya Bermukim Rapoport 1969
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Turner 1968; Budihardjo, 1987;
Santoso, 2002; Panudju, 2009
Daya Beli Yudohusodo 1991; Komarudin
1997 Permukiman Di
Pinggiran Rel Kereta Api
Universitas Sumatera Utara
31
2.8. Studi Kasus Sejenis
2.8.1. Kajian Luas Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kawasan Pusat Kota, Ahda Mulyati, 2008
Permukiman masyarakat berpenghasilan rendah merupakan kampung, yang umumnya terletak di sekitar pusat kota, mempunyai kepadatan tinggi tanpa
halaman yang cukup, serta prasarana fisik lingkungan yang kurang memadai. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan dan
kesehatan, dan berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat bermukim, sebagai proses yang berlanjut, sebagai shelter, mesin kehidupan, tempat bercengkerama,
menjamu sahabat, mendidik anak, bekerja dan berprestasi, sebagai aset dan modal kehidupan. Karena keterbatasan lahan, ruang terbuka merupakan ruang yang
paling dominan dipergunakan untuk segala aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan : Sesuai dengan fungsinya ruang-ruang publik sebagai ruang multi
fungsi merupakan ruang yang paling dominan dimanfaatkan untuk kegiatan- kegiatan dalam menunjang kehidupan pemukim, dibuat tanpa pembatas karena
ruang-ruang adalah milik bersama; karena keterbatasan lahan, rumah tinggal dibangun sesuai dengan keinginan dan kemampuan pemukim tanpa
mempertimbangkan faktor keamanan, kesehatan dan persyaratan-persyaratan lingkungan permukiman yang layak untuk hunian; luasan rumah tinggal masih
bervariasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan jumlah penghuni. Sesuai dengan fungsinya ruang-ruang publik yang multi fungsi merupakan
ruang yang paling dominan dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang kehidupan pemukim, dibuat tanpa pembatas karena ruang-ruang
Universitas Sumatera Utara
32
adalah milik bersama. Karena keterbatasan lahan, rumah tinggal dibangun sesuai dengan keinginan dan kemampuan pemukim tanpa mempertimbangkan faktor
keamanan, kesehatan dan persyaratan-persyaratan lingkungan permukiman yang layak untuk hunia. Luasan rumah tinggal masih bervariasi sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan jumlah penghuni.
2.8.2. Dampak Urbanisasi Terhadap Permukiman Kumuh Slum Area di
Daerah Perkotaan, Waston Malau, 2013
Urbanisasi menyebabkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan sehingga menimbulkan beragam permasalahan, salah satu diantaranya
adalah semakin banyaknya permukiman kumuh slum area pada lahan-lahan kosong di daerah perkotaan seperti bantaran sungai, bantaran rel kereta api, taman
kota, maupun di bawah jalan layang. Penghuni permukiman kumuh daerah slum adalah sekelompok orang yang datang dari desa menuju kota dengan tujuan ingin
mengubah nasib. Mereka umumnya tidak memiliki keahlian dan jenjang pendidikan yang cukup untuk bekerja di sektor industri di perkotaan. Mereka
hanya bisa memasuki sektor informal dengan penghasilan yang rendah, sehingga tidak mampu mendiami perumahan yang layak.
Angka kelahiran dan urbanisasi merupakan dua faktor utama yang menyebabkan pertambahan penduduk yang pesat di daerah perkotaan.
Pertambahan penduduk yang pesat ini mengakibatkan terjadinya sejumlah permasalahan di daerah perkotaan, salah satu diantaranya adalah munculnya
permukiman kumuh atau daerah slum slum area yaitu daerah yang sifatnya kumuh dan tidak beraturan yang terdapat di daerah perkotaan. Penghuni
Universitas Sumatera Utara
33
permukiman kumuh daerah slum adalah sekelompok orang yang datang dari desa menuju kota dengan tujuan ingin mengubah nasib. Mereka tidak memiliki
keahlian dan jenjang pendidikan yang cukup untuk bekerja di sektor industri di daerah perkotaan, sehingga akhirnya memasuki sektor informal. Akibatnya
mereka berada dalam kehidupan ekonomi yang miskin karena hanya memiliki penghasilan yang rendah tetapi harus berhadapan dengan biaya hidup yang tinggi
dikota.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, karena masalah yang akan diteliti merupakan permasalahan yang bersifat sosial dan dinamis serta
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara, dokumentasi gambar, catatan lapangan dan sebagainya. Tujuan utama penelitian
kualitatif menurut Sujarweni 2014 adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa penggambaran yang
jelas tentang fenomena atau gejala sosial tersebut dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah teori.
Definisi penelitian kualitatif menurut Moleong 2014 bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena secara
holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek dari suatu penelitian, dapat juga disebut sebagai titik perhatian dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah :
pola permukiman material bangunan
Universitas Sumatera Utara
35
orientasi bangunan kondisi sosial budaya dan perekonomian masyarakat
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dibagi atas 2 dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai gambaran lingkungan di permukiman pinggiran rel kereta api pada
wilayah penelitian, serta wawancara sebagian penduduk dengan tujuan mendapatkan data yang dapat mendukung penelitian ini.
DokumentasiArsip, yaitu pengumpulan data studi literatur yang dilakukan
dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan permukiman kumuh bantaran rel kereta api. Diperoleh dari buku-buku, karya tulis peneliti
pendahulu dan media informasi lainnya untuk mendukung pembahasan dalam
penelitian ini. Observasi, berupa pengamatan langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi
kecenderungan masyarakat bermukim di pinggiran rel kereta api. Tujuan dari observasi lapangan untuk mendapatkan gambaran fisik dari permukiman
tersebut.
Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab kepada penduduk di lokasi
penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui kondisi
masyarakat, lingkungan, serta kondisi fisik permukiman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
36
2. Data Sekunder
Pengumpulan data literatur yang didapatkan dari sumber tertentu untuk mendukung penelitian ini.
3.4. Kawasan Penelitian
Lokasi dalam penelitian yaitu permukiman di sepanjang rel kereta api yang terletak di Jl. Arteri Ringroad Kecamatan Medan Helvetia Kelurahan Helvetia.
Gambar 3.1. Peta Lokasi Permukiman Bantaran Rel Kereta Api Sumber : Google Earth
Universitas Sumatera Utara
37
3.5. Tahapan Analisa Data