15
mengetahui hubungan kawasan tersebut dengan lingkungan di sekitar luar kawasan tersebut dan mengetahui jalur transportasi yang menghubungkan
kawasan tersebut dengan kawasan lainnya, karena aktifitas di sekitar kawasan permukiman juga sangat mempengaruhi fungsi dari permukiman.
2.2.2. Pengertian Permukiman Kumuh
Menurut Yudohusodo 1991 permukiman kumuh adalah suatu kawasan dengan bentuk hunian yang tidak berstruktur, tidak berpola misalnya letak rumah
dan jalannya tidak beraturan, tidak tersedianya fasilitas umum, prasarana dan sarana air bersih, MCK bentuk fisiknya yang tidak layak misalnya secara reguler
tiap tahun kebanjiran. Keberadaan kawasan permukiman kumuh diperkotaan dapat menjadi masalah serius bagi masyarakat maupun pemerintah, baik ditinjau
dari aspek keruangan, estetika, lingkungan dan sosial. Lingkungan permukiman kumuh menurut Komarudin 1997 didefinisikan
sebagai lingkungan permukiman yang berpenghuni padat melebihi 500 orang per Ha, kondisi sosial ekonomi rendah, jumlah rumah yang sangat padat dan
ukurannya dibawah standar, prasarana lingkungan hampir tidak ada atau tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, dibangun di atas tanah negara atau
tanah milik orang lain, dan diluar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Johan Silas, seorang pakar dalam bidang arsitektur dan permukiman kumuh
menjelaskan bahwasanya kriteria pokok untuk menemukan permukiman kumuhmarjinal adalah: bila berada di lokasi yang ilegal, dengan keadaan fisiknya
yang sub standar; penghasilan penghuni amat rendah miskin, tak dapat dilayani
Universitas Sumatera Utara
16
berbagai fasilitas kota; dan tidak diingini kehadirannya oleh publik kecuali yang berkepentingan Titisari dan Kurniawan, 1999 dalam Hutapea, 2012.
Permukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni. Ciri-ciri permukiman kumuh antara lain berada pada lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukantata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta
kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan
penghuninya Budihardjo, 1987. Permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas.
Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk baik secara fisik, sosial
ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak bagi penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya
benar-benar dalam lingkungan yang sangat membahanyakan kehidupannya. Pada umumnya permukiman kumuh memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk
yang sangat rendah, tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana dasar, seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas pendidikan, ruang
terbukarekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan dan perbelanjaan Masrun, 2009 dalam Hutapea, 2012.
Lingkungan permukiman kumuh, secara estimologis dapat dibedakan menjadi dua yaitu slum dan squatter. Pengertian dari keduanya adalah :
Budihardjo, 1997 dalam Sulaiman, 2005
Universitas Sumatera Utara
17
a. slum yaitu kawasan kumuh tetapi sah sebagai sebagai daerah permukiman
b. squatter yaitu permukiman kumuh liar, yang menenempati lahan tidak
ditetapkan untuk kawasan hunian, misalnya di sepanjang rel KA, pinggir sungai, pembuangan sampah dan sebagainya
2.2.3. Penyebab Utama Tumbuhnya Permukiman Kumuh