11. Apakah ada pelatihan khusus bagi staff BPJS dalam melaksanakan
tugas mereka ? Pelatihan khusus ada dilaksanakan oleh BPJS Cabang Utama Medan
untuk petugas pendafaran, petugas kader, dan petugas klaim.
12. Apa yang menjadi dasar atau pedoman pelayanan BPJS ?
Dasar pedoman pelayanan BPJS yaitu : 1.
Peraturan Menkes Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional data terlampir. 2.
MOU Rumkit Putri Hijau dengan BPJS data terlampir. 13.
Apakah ada pembedaan pelayanan yang diberikan kepada pasien TNI dengan pasien umum ?
Pelayanan tidak ada pembedaan antara pasien peserta TNIprajurit dengan peserta BPJS lainnya.
14. Hambata apa saja yang ibu hadapi dalam pengelolaan BPJS ?
Hambatannya masih banyak dijumpai pasien yang masuk belum menggunakan BPJS, pasien masuk kartunya belum aktif disitu banyak.
Masalahnya hanya di pasien saja kalau sosialisasi dan edukasi saya rasa sudah optimal.
15. Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, bu ?
Solusi penindakannya diuruskan ke dinas sosial. Nanti disana yang belum biuat kartu supaya dibuat kartunya. Karena kartunya juga
tidak langsung aktif, itu ada seminggu baru aktif setelah kartu BPJS dibuat.
4.6 Hasil Sebaran Kuesioner
Kuesioner ini diberikan kepada responden yang merupakan pasien BPJS yang sedang menjalani rawat inap di RS Putri Hijau Kesdam IBB Medan.
Responden yang telah tercatat di dalam kuesioner ini berjumlah 30 orang yang
tersebar di ruang rawat inap 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 11 dan 12. Data hasil sebaran kuesioner disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi pada penelitian
ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tabel identitas responden dan tabel jawaban responden.
A. Identitas Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Tahun
Frekuensi f Persentase
1. ≤ 20
6 20
2. 21 – 35
6 20
3. 36 – 50
6 20
4. 50
12 40
Jumlah 30
100,00 Sumber: Penelitian 2015
Dari tabel 4.1 di atas maka dapat disimpulkan bahwa pasien rawat inap BPJS RSPH dalam survei ini mayoritas usia di atas 50 tahun yaitu 12 orang
responden 40, sedangkan usia di bawah 20 berjumlah 6 orang 20, usia 21 sampai dengan 35 berjumlah 6 orang responden 20, dan usia 36 sampai
dengan 50 berjumlah 6 orang responden 20. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Frekuensi f Persentase
1. Laki – laki
16 53,3
2. Perempuan
14 46,7
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas pasien rawat inap BPJS RSPH berjenis kelamin laki-laki yaitu 16 orang responden 53,3, sedangkan
reponden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 14 orang 46,7. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
No Penghasilan
Frekuensi f Persentase
1 ≤ Rp. 1.851.500,-
8 26,7
2 Rp. 1.851.500,-
16 53,3
3 Tidak berpenghasilan
16 53,3
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien rawat inap BPJS RSPH berpenghasilan di atas Rp. 1.851.500 setara Upah Minimum
Regional UMR Kota Medan yaitu 16 orang responden 53,3 dan sama besar frekuensi dengan yang tidak berpenghasilan seperti Ibu Rumah Tangga IRT
yaitu 16 orang responden 53,3, sedangkan yang berpenghasilan di bawah Rp. 1.851.500 yaitu 8 orang responden 26,7.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan tempat Tinggal
No Tempat Tinggal
Frekuensi f Persentase
1 Luar Kota Medan
9 30
2 Dalam Kota Medan
21 70
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa pasien rawat inap BPJS RSPH mayoritas bertempat tinggal di dalam kota Medan yaitu 21 orang responden
70, sedangkan yang bertempat tinggal diluar kota Medan yaitu 9 orang responden 30.
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan
Frekuensi f Persentase
1. SD
2 6,7
2. SLTP Sederajat
3 10
3. SLTA Sederajat
16 53,3
4. Akademi S-1 S-2
9 30
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendidikan terakhir pasien rawat inap BPJS RSPH adalah SLTAsederajat yaitu 16 orang
responden 53,3, sedangkan berpendidikan SD 2 orang responden 6,7, SLTPsederajat 3 orang responden 10, dan AkademiS-1S-2 berjumlah 9
orang responden 30. Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan
Frekuensi f Persentase
1. Pegawai swasta
2 6,7
2. Wiraswasta Pedagang
4 13,3
3. Pensiunan TNI POLRI PNS
4 13,3
4. TNI POLRI PNS
10 33,3
5. Dan lain – lain
10 33,3
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas pasien rawat inap BPJS RSPH adalah yang mempunyai pekerjaan TNIPOLRIPNS yaitu 10 orang
responden 33,3 dan lain lain berjumlah 10 orang responden 33,3,
sedangkan yang mempunyai pekerjaan pegawai swasta berjumlah 2 orang responden 6,7, wiraswasta pedagang berjumlah 4 orang responden 13,3
dan pensiunan TNIPOLRIPNS berjumlah 4 orang responden 13,3.
B. Jawaban Responden
Berikut ini disajikan hasil jawaban dari 10 pertanyaan yang dicantumkan dalam kuesioner yang diisi oleh pasien.
1. Responden yang Mengetahui BPJS
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui seberapa besar responden yang mengetahui BPJS.
Tabel 4.7 Jawaban Responden yang Mengetahui BPJS
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Tahu
2. Tahu
22 73,3
3. Tidak Tahu
6 20
4. Sangat Tidak Tahu
2 6,7
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 orang responden sebanyak 22 orang responden mengatakan Tahu 73,3, ini berarti bahwa pasien yang
menggunakan BPJS mengetahui apa itu BPJS. Tetapi 6 orang responden mengatakan Tidak Tahu 20 dan 2 orang responden mengatakan Sangat Tidak
Tahu 6,7, ini berarti bahwa masih ada pasien yang berobat menggunakan BPJS tetapi tidak mengetahui apa itu BPJS.
2. Adanya Pelayanan BPJS di RSPH
Pertanyaan ini diajukan untuk mengatahui seberapa besar responden yang mengetahui bahwa ada pelayanan BPJS di RSPH.
Tabel 4.8 Jawaban Responden yang Mengetahui Adanya Pelayanan BPJS di RSPH
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Tahu
5 16,7
2. Tahu
24 80
3. Tidak Tahu
4. Sangat Tidak Tahu
1 3,3
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dari 30 orang responden sebanyak 5 orang responden mengatakan Sangat Tahu 16,7 dan 24 orang mengatakan
Tahu 80, dengan begitu pasien yang berobat menggunakan BPJS mengetahui adanya pelayanan BPJS di RSPH. Tetapi masih ada juga pasien yang
menggunakan BPJS untuk berobat tidak mengetahui ada pelayanan BPJS di RSPH yang berjumlah 1 orang responden mengatakan Sangat Tidak Tahu 3,3.
3. Pelayanan BPJS di RSPH
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui bagaimana pelayanan BPJS di RSPH dalam memenuhi tingkat kepuasan pasien.
Tabel 4.9 Jawaban Responden Mengenai Pelayanan BPJS di RSPH
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Baik
12 40
2. Baik
17 56,7
3. Tidak Baik
1 3,3
4. Sangat Tidak Baik
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang responden 12 orang responden mengatakan Sangat Baik 40 dan 17 orang mengatakan Baik
56,7, tetapi ada 1 orang mengatakan Tidak Baik 3,3 karena menurut pengakuannya ada beberapa yang tidak ada selimut dan sprei tempat tidur pasien.
4. Prosedur Pengurusan BPJS
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui bagaimana prosedur pengurusan berobat dengan menggunakan BPJS di RSPH.
Tabel 4.10 Jawaban Responden Mengenai Prosedur Pengurusan BPJS di RSPH
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Mudah
3 10
2. Mudah
27 90
3. Sulit
4. Sangat Sulit
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang responden 3 orang responden mengatakan Sangat Mudah 10 dan sebanyak 27 orang
responden mengatakan Mudah 90. Ini menunjukkan bahwa prosedur
pelayanan pengurusan berobat dengan menggunakan BPJS di RSPH sangat mudah dan tidak berbeli-belit.
5. Pemungutan Biaya BPJS
Pertanyaan ini diajukan kepada responden untuk mengetahui apakah ada pemungutan biaya tambahan BPJS.
Tabel 4.11 Jawaban Responden Mengenai Pemungutan Biaya BPJS
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Ada
2. Ada
1 3,3
3. Tidak Ada
27 90
4. Sangat Tidak Ada
2 6,7
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang responden 1
orang responden mengatakan Ada 3,3 pemungutan biaya BPJS karena dipotongnya gaji tiap bulan. Tetapi sebanyak 27 orang responden mengatakan
Tidak Ada 90 dan 2 orang responden mengatakan Sangat Tidak Ada 6,7, karena mereka mengaku bahwa pelayanan BPJS di RSPH tidak ada pemungutan
biaya apapun.
6. Perbedaan Pelayanan BPJS Pasien Umum dengan Pasien Aktif
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pelayanan BPJS antara pasien umum mandiri dengan pasien aktif di RSPH.
Tabel 4.12 Jawaban Responden Mengenai Perbedaan Pelayanan BPJS Pasien Umum dengan Pasien Aktif.
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Ada
2. Ada
7 23,3
3. Tidak Ada
23 76,7
4. Sangat Tidak Ada
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.12 di atas sebanyak 30 orang responden yang mengatakan adanya perbedaan pelayanan BPJS pasien umum mandiri dengan pasien BPJS
sebanyak 7 orang menjawab Ada 23,3, menurut mereka perbedaan itu merupakan perbedaan kelas perawatan sesuai dengan tarif pembayarannya. Tetapi
ada 27 orang responden mengatakan Tidak Ada 76,7 perbedaan pelayanan karena mereka merasa dilayani dengan cara yang sama.
7. BPJS Membantu Mengurangi Biaya Pengobatan
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah BPJS dapat membantu mengunrangi biaya pengobatan terhadap pasien.
Tabel 4.13 Jawaban Responden Mengenai BPJS Membantu Mengurangi Biaya Pengobatan
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Mengurangi
17 56,7
2. Mengurangi
13 43,3
3. Tidak Mengurangi
4. Sangat Tidak Mengurangi
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 30 orang responden 17 orang responden mengatakan bahwa BPJS Sangat Mengurangi 56,7 beban
biaya pengobatan dan 13 orang responden mengatakan Mengurangi 43,4. Ini berarti pasien yang menggunakan BPJS sangat terbantu dengan biaya pengobatan
di RSPH.
8. Pelayanan Dokter dan Perawat
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pelayanan dokter dan perawat di RSPH dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
Tabel 4.14 Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Dokter daan Perawat
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Baik
10 33,3
2. Baik
19 63,3
3. Tidak Baik
1 3,3
4. Sangat Tidak Baik
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat sebanyak 30 orang responden 10 orang responden mangatakan pelayanan dokter dan perawat Sangat Baik 33,3 dan 19
orang responden mengatakan Baik 63,3. Ini berarti pelayanan dokter dan perawat di RSPH sudah baik. Tetapi ada 1 orang responden mengatakan Tidak
Baik 3,3 karena belum ada dokter yang menanganinya sudah sehari semalam ia dirawat.
9. Kelengkapan Obat-obatan di Apotek RSPH
Pertanyaan ini diajukan kepada responden untuk mengetahui kelengkapan ketersediaan obat-obatan di Apotek RSPH.
Tabel 4.15 Jawaban Responden Mengenai Kelengkapan Obat-obatan di Apotek RSPH
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Lengkap
4 13,3
2. Lengkap
25 83,3
3. Tidak Lengkap
1 33,3
4. Sangat Tidak Lengkap
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang responden yang mengatakan ketersediaan obat-obatan Sangat Lengkap sebanyak 4 orang
13,3 dan mengatakan Lengkap 25 orang 83,3. Disini berarti ketersediaan obat-obatan di RSPH sudah mencukupi baik. Tetapi ada 1 orang responden
mengatakan Tidak Lengkap 3,3 karena ada obat yang tidak ada diberikan dari apotek menurut pengakuannya.
10. Kenyamanan Menggunakan BPJS
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui tingkat kenyamanan pasien RSPH menggunakan BPJS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
Tabel 4.16 Jawaban Responden Mengenai Kenyamanan Menggunakan BPJS
No. Kategori Jawaban
Frekuensi f Persentase
1. Sangat Nyaman
11 36,7
2. Nyaman
18 60
3. Tidak Nyaman
1 3,3
4. Sangat Tidak Nyaman
Jumlah 30
100,00 Sumber : Penelitian 2015
Tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa dari 30 orang responden pasien yang merasakan Sangat Nyaman menggunakan BPJS sebanyak 11 orang responden
36,7 dan merasakan Nyaman sebanyak 18 orang responden 60, mereka sangat senang menggunakan BPJS karena dapat meringankan biaya pengobatan
dan juga murah. Tetapi ada 1 orang pasien merasakan Tidak Nyaman 3,3,
karena menurutnya pelayanannya kurang baik untuk pasien BPJS.
84
BAB V ANALISIS DATA
Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang analisis data dari seluruh data yang diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan wawancara,
kuesioner maupun melihat secara langsung fenomena yang ada kaitannya dengan Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. Maka akan
dilakukan analisa terhadap setiap data yang ada dan fakta yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, dan penguraian masalah-masalah yang terjadi .
5.1 Pelayanan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Pelayanan publik diartikan, pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Salah satu pelayanan publik adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan
hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi dalam pembangunan kesehatan. Hal tersebut harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Tuntutan penerapan layanan berkualitas tinggi juga telah dirasakan oleh Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Pelayanan kesehatan
yang sangat dituntut untuk memenuhi kebutuhan prajurit TNI, PNS dan keluarga maupun masyarakat umum di wilayah Kesdam I Bukit Barisan. Berdasarkan hasil
penelitian penulis yang telah dilaksanakan pada bulan pebruari 2015 maka diketahui bahwa Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan telah
memenuhi kebutuhan TNI,PNS dan keluarga, Pensiunan TNI Purnawirawan, Polri, maupu n masyarakat umum melalui pelayanan Program Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan. Prosedur pelayanan BPJS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
IBB Medan merupakan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut FKTL, kecuali pada keadaan emergency boleh tidak pakai surat rujukan, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan kesediaan fasilitas. Pelayanan BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau dilaksanakan setiap hari dengan kunjungan
pasien rawat jalan 300 orang dan pasien rawat inap 30 orang setiap harinya. Berdasarkan hasil sebaran kuesioner penulis menyimpulkan bahwa pelayanan
BPJS yang diberikan kepada pasien sudah sangat baik dan memenuhi kebutuhan pasien terhadap pelayanan tersebut. Pelayanan juga dilakukan dengan tidak
adanya pembedaan antara pasien TNI dengan pasien umum sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan tersebut dilakukan memang berdasarkan kebutuhan
dan bukan berdasarkan kepentingan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam IBB Medan telah memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan melalui Program Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial BPJS.
5.2 Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan
Jones Tangkilisan, 2003 mengemukakan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha
untuk mencari apa yang akan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke
dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Demikian pula halnya dengan implementasi Progam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS di Rumah
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan, ia menjadi suatu proses yang dinamis yang kemudian mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada
penempatan program BPJS ini ke dalam tujuan kebijakan Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
TNI, PNS dan keluarga, Pensiunan TNI Purnawirawan, Polri, serta masyarakat umum.
Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program itu sendiri terdiri dari tahap sosialisasi program kepada pasien maupun masyarakat
yang dilakukan secara terus menerus, tahap pendataan peserta BPJS yang berkunjung ke Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan terutama
wilayah Kesdam I Bukit Barisan secara transparan dan akurat, kemudian tahap distribusi kartu peserta BPJS yang dilakukan secara merata dan cepat, terakhir
tahap pemberian pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dan jaringannya kepada TNI, PNS dan keluarga, Pensiunan
TNI Purnawirawan, Polri, serta masyarakat umum peserta BPJS secara adil dan tanpa adanya dikenakan kutipan biaya pengobatan.
Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dapat dilihat dari beberapa faktor berikut ini :
A. Komunikasi
Menurut Edward III Winarno, 2005: 126 persyaratan pertama bagi implementasi kebiajakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan
keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan- keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang
tepat sebelum keputusan-keputusan dan perintah itu dapat diikuti. Dan di dalam proses komunikasi ini terdapat 3 tiga hal penting yakni transmisi, konsistensi
dan kejelasan.
1. Transmisi
Sebelum suatu kebijakan dapat diimplementasikan, pelaksanaan kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan perintah untuk
melaksanakannya telah dikeluarkan. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telah disahkan pada tanggal 25
November 2011 oleh Bapak Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan diundangkan pada tanggal yang sama oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Bapak Amir Syamsudin.
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan telah melaksanakan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS terhitung
sejak dikeluarkannya Surat Edaran tentang Ketentuan Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan pada
tanggal 26 Februari 2014 oleh Kepala Rumkit Tk II Putri Hijau Bapak Kolonel Ckm Chairul Akmal, Sp. THT, MM. Program BPJS di Rumkit Tk II Putri Hijau
hingga saat ini sudah masuk tahun yang kedua sejak dikeluarkannya surat edaran tersebut.
Pada tanggal 1 Januari 2014 mulai diberlakukan BPJS Kesehatan di seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia. Diharapkan pada tahun 2019 sesuai dengan visi
BPJS seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional, jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan mencukupi, distribusi merata, sistem
rujukan berfungsi optimal, pembayaran dengan cara prospektif dan harga keekonomian untuk semua penduduk.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan melalui wawancara dapat dilihat jawaban dari informan kunci bahwa Rumkit Tk II Putri Hijau
melaksanakan Program BPJS untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Sosialisasi diadakan secara terus menerus baik dari bagian manajemen rumah
sakit maupun dari BPJS Daerah Sumatera Utara yang menjelaskan tentang tata cara dan sistem rujukan berjenjang hingga persiapan kredensial rumah sakit.
Mereka katakan bahwa sosialisasi BPJS di Rumkit Tk II Putri Hijau dilaksanakan secara intens selama 3 bulan sebelum BPJS dilaksanakan. Selain itu, sosialisasi
dilaksanakan juga oleh Kapusad TNI Pusat Kesehatan Angkatan Darat Jakarta
menjelaskan tentang sistem pengelolaan dan pengelolaan sisa-sisa obat pasien TNI sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan implementasi BPJS di
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan dilaksanakan
berdasarkan perintah dari pembuat kebijakan tersebut.
2. Kejelasan
Dalam mengkomunikasikan suatu kebijakan diperlukan kejelasan bagaimana mengimplementasikannya. Agar proses transmisi efektif maka proses
transmisi atau transformasi informasi harus dilakukan secara intensif agar implementor memahami tujuan dan sasaran Program Badan Jaminan Sosial
BPJS. Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan pihak rumah sakit mengetahui dengan baik bagaimana mengimplementasikan Program Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS ini. Dapat diketahui berdasarkan wawancara dengan informan kunci bagaimana proses implementasi Program
BPJS tersebut dilaksanakan. Kejelasan tentang proses implementasi Program BPJS tersebut dapat diberikan kepada masyarakat ketika implementor melakukan
sosialisasi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa kejelasan proses implementasi Program BPJS telah dilaksanakan dengan baik oleh implementor dengan
mengadakan sosialiasi baik dari pihak rumah sakit maupun dari BPJS sendiri sehingga tercapai maksud dan tujuan Program BPJS ini.
Manajemen rumah sakit mengadakan sosialisasi menjelaskan proses implementasi Program BPJS ke bagian pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan
laboratorium. Dan dari hasil pengamatan penulis disitu dijelaskan bagaimana alur
atau prosedur pelayanan BPJS terhadap pasien, mulai dari pasien masuk membawa surat rujukan hingga pasien diberikan rujukan balik dari poliklinik
sehingga status pasien tersimpan di catatan rekam medis. Selain itu, implementasi dari sosialisasi Kapusad TNI menjelaskan tentang sistem pengelolaan sisa-sisa
obat pasien TNI sebelumnya dan sosialisasi dari BPJS Daerah Sumatera Utara tentang sistem rujukan berjenjang. Sistem rujukan berjenjang ini dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil
wawancara penulis dengan informan utama, sosialisasi juga dilakukan oleh BPJS Pusat bersama dengan Kapusad TNI telusur ke seluruh daerah memastikan bahwa
BPJS diterapkan di TNI tidak ada masalah. Jadi masalah-masalah yang ada di daerah itu langsung didengar oleh pimpinan pusat tidak melalui misalnya keluhan-
keluhan berjenjang.
3. Konsistensi
Implementasi kebijakan memerlukan konsistensi dalam pelaksanaannya. Agar implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik dibutuhkan konsistensi
dari aparatur Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan sebagai implementor. Tanpa konsistensi maka pelaksanaan suatu kebijakan bisa
melenceng dari tujuan awal atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan yang dimaksud. Berdasarkan beberapa informasi yang saya dapatkan dari wawancara
dengan informan kunci dan informan utama diketahui bahwa implementasi program BPJS ini memiliki tahapan pelaksanaan seperti sosialisasi program,
kemampuan pelaksana dalam mengelola program BPJS ini, pedoman pelaksanaan
dan petunjuk teknis pelaksanaan, laporan, manfaat hingga masalah atau hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan program BPJS, sampai akhirnya implementasi
Program BPJS ini terlaksana dengan baik. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah penulis lakukan tahapan
implementasi Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan tersebut sudah berjalan dengan baik. Hal itu dapat dilihat mulai dari sosialisasi yang dilakukan
oleh pihak rumah sakit maupun dari BPJS daerah. Hasil wawancara penulis menemukan bahwa setiap harinya ada sekitar 300 pasien untuk rawat jalan dan 30
pasien untuk rawat inap. Hal tersebut penulis melihat secara langsung pada saat penulis melakukan observasi di Kantor BPJS Centre Rumah Sakit Tk II Putri
Hijau Medan. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penulis melakukan penelitian,
penulis juga menemukan adanya kunjungan dari tim pemeriksaan Kesehatan Pusat Angkatan Darat ke Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB
Medan melakukan pemeriksaan pelaksanaan BPJS di rumah sakit tersebut. Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh Kapusad semua staff dan pegawai rumah sakit
mempersiapkan segala sesuatu yang menurut mereka akan dinilai oleh tim pemeriksaan dengan maksimal. Dengan adanya pemeriksaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa konsistensi pelaksanaan Program BPJS sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan prosedur pelaksanaan implementasi Program BPJS
tersebut.
B. Sumber Daya
Mengimplementasikan kebijakan dengan cermat, jelas dan konsisten tidaklah cukup untuk menghasilkan implementasi yang efektif tanpa didukung
oleh sumber daya. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam IBB Medan adalah sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan, informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan, wewenang yang
dimiliki dalam pelaksanaan program dan fasilitas-fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan.
1. Staf
Sumber daya manusia pelaksanaan dalam implementasi program ini ialah pegawai yang mengelola BPJS di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau yang merupakan
pelaksanaan kebijakan dan pemberi pelayanan kesehatan. Ketersediaan 16 orang pegawai aktif di BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan secara kasat mata
dinilai sebagai sesuatu yang positif di dalam implementasi kebijakan karena dianggap sangat memadai untuk melaksanakan semua tahap-tahap implementasi
Program BPJS. Satu hal yang harus diingat bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong agar implementasi berjalan dengan baik. Tanpa
adanya rasa tanggung jawab dan komitmen yang kuat dari implementor untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan sebaik-baiknya maka mustahil suatu
kebijakan dapat berjalan semestinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan bahwa staff dan
pegawai melaksanakan tugas sesuai dengan bagian-bagiannya. Dalam
memberikan pelayanan BPJS tugas-tugas tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pendaftaran, bagian koder, dan bagian verifikasi rawat jalan dan
rawat inap. Para staff dan pegawai dalam melaksanakan implementasi Program BPJS ini juga diberikan pelatihan khusus dari BPJS Pusat untuk bagian Koder.
Staff bagian verifikasi juga khusus orang-orang yang mengerti dan paham tentang medis yaitu dokter. Karena untuk bagian verifikasi diagnosa dengan obat
yang diberikan harus tepat, maka dari itu yang menempati posisi bagian verifikator adalah dokter.
Hal ini menunjukkan bahwa implementasi Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sudah berjalan dengan baik karena staff yang ada bekerja
sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing.
2. Informasi
Informasi merupakan sumber daya terpenting setelah staf atau SDM dalam implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk yakni bagaimana
melaksanakan suatu kebijakan dan data-data ketaatan personil terhadap peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan utama bahwa pelaksana kebijakan sudah dibekali dengan suatu buku pedoman
diantaranya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana program. Buku tersebut antara lain PERMENKES Nomor 28 Tahun 2014, PERGUBSU Nomor 35 Tahun
2014, Buku Pedoman tentang Sistem Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional JKN Bagi Personel Militer, PNS dan Keluarganya di Lingkungan TNI AD Bagi
Pemberi Pelayanan KesehatanFaskes, dan MOU Rumah Sakit Tk II Putri Hijau dengan BPJS.
Dengan adanya pedoman-pedoman pelaksanaan implementasi BPJS tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Program Badan
Peyelenggara Jaminan Sosial BPJS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan sudah dilaksanakan dengan baik. Informasi tersebut penulis
dapatkan dari hasil wawancara dengan para informan dan pengamatan yang secara langsung penulis lakukan di BPJS Centre Rumah Sakit Tk II Putri Hijau. Selain
itu hasil penyebaran kuesioner kepada pasien rawat inap BPJS menunjukkan bahwa pelayanan BPJS di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau sudah terlaksana dengan
baik dapat dilihat pada tabel 4.7 sampai dengan tabel 4.16.
3. Wewenang
Wewenang ini akan berbeda-beda dari suatu program ke program lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda. Wewenang yang penulis ingin lihat
disini adalah dalam menyegerakan suatu tugas yang seharusnya memang segera dilakukan karena kebutuhan yang mendesak terutama menyangkut kepentingan
umum. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis selama melakukan
penelitian, pelaksana kebijakan Program BPJS di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan telah melaksanakan wewenangnya dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat
mulai dari proses pelayanan yang diberikan kepada pasien hingga pemulangan pasien dalam keadaan sembuh. Dari hasil sebaran kuesioner juga diperoleh
jawaban para pasien bahwa pelayanan BPJS di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau
Medan ini sudah dilaksanakan dengan baik. Mulai dari prosedur pelayanan, pelayanan dokter dan perawat, hingga kenyamanan pasien menggunakan kartu
BPJS semua rata-rata pasien menjawab dengan baik dapat dilihat pada tabel 4.7 sampai dengan tabel 4.16 .
Dengan begitu implementasi Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan wewenang pelaksana kebijakan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien BPJS baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. BPJS juga memberikan pelayanan khusus kepada pasien
emergency dengan hanya menunjukkan kartu BPJS pasien langsung ditangani oleh dokter tanpa melakukan prosedur pendaftaran, setelah pasien tersebut
didiagnosa oleh dokter untuk dirawat inap barulah dilakukan pendaftaran ulang ke
bagian BPJS. 4.
Fasilitas-fasilitas
Sumber daya terakhir namun tak kalah penting dalam implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Rumah Sakit Tk II Putri
Hijau Medan ialah fasilitas yang mendukung kelancaran dan kesuksesan kegiatan- kegiatan BPJS. Fasilitas yang dibutuhkan antara lain kantor tempat memusatkan
kegiatan implementor. Kantor merupakan pusat informasi kegiatan bagi sebuah lembaga dan merupakan hal yang cukup penting bagi keberlangsungan kegiatan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para informan penulis mendapati bahwa khusus BPJS disediakan Kantor BPJS Centre di Rumah
Sakit Tk II Putri Hijau dengan berbagai fasilitas pendukung di dalamnya seperti komputer yang terhubung dengan internet dan SIM RS. Dengan begitu dapat saya
simpulkan bahwa fasilitas-fasilitas tersebut sangat mendukung proses implementasi Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan. Terlebih lagi
dengan adanya kantor yang disediakan khusus untuk pelayanan BPJS Centre dapat dengan cepat dan mudah ditemukan oleh pasien yang ingin berkunjung dan
berobat ke Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Menurut pengakuan infoman, fasilitas sudah sangat mendukung lancarnya
proses implementasi Program BPJS tersebut, hanya saja ada satu hambatan yaitu masalah briging yang belum selesai karena pihak rumah sakit masih dalam proses
perbaikan SIM RS yang baru.
C. Disposisi
Kecenderungan-kecenderungan implementor dalam melaksanakan kebijakan bisa menjadi penghambat. Kecenderungan yang dimaksud disini ialah
watak dan karakteristik implementor, seperti kejujuran, keikhlasan, komitmen, tanggung jawab dan sikap demokratis.
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci didapati bahwa dalam pelaksanaan implementasi Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau adanya
pengawasan yang dilakukan dengan mengontrol pengeluaran obat dengan harapan pasien pulang dalam keadaan sembuh. Dari evaluasi BPJS sebelumnya untuk
masa penginapan pasien BPJS rawat inap hanya 6 hari dipakai sesuai standart dari Depkes. Setelah lebih dari 6 hari pasien dipulangkan, apabila keadaan pasien
tersebut belum sembuh maka pasien tersebut kembali lagi ke rumah sakit dengan membawa surat rujukan dari faskes I dan melakukan pendaftaran ulang di BPJS
Centre Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Jadi untuk melakukan pengawasan tersebut langsung dilakukan oleh Karumkit berkoordinasi
dengan Kasiyamed kemudian Kasiyanmed berkoordinasi dengan Kabina BPJS, Komite Medik, dan Komite Keperawatan.
D. Struktur Birokrasi
1. Standard Operationg Procedurs SOP
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu
dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur organisasi yang standar Standard Operating Procedurs atau SOP. Dan SOP ini
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Standar operasional dan prosedur dalam implementasi Program BPJS
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau ialah kejelasan petunjuk pelaksanaan, terkait dengan bagaimana mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dari hasil
wawancara kami dengan pihak rumah sakit, untuk mengimplementasikan Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau mereka diatur oleh UU Nomor 24
Tahun 2011, PERMENKES Nomor 28 Tahun 2014, Buku Pedoman tentang Sistem Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional JKN Bagi Personel Militer,
PNS, dan Keluarganya di Lingkungan TNI AD Bagi Pemberi Pelayanan KesehatanFaskes, juknis dan juklak BPJS, serta MOU Rumah Sakit Tk II Putri
Hijau dengan BPJS. Menurut mereka, segala langkah yang dilakukan dalam mengimplementasikan BPJS berdasarkan UU, PERMENKES, buku pedoman,
juklis dan juklak, serta MOU tersebut. Mulai dari sosialisasi Program BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau, prosedur pelayanan pasien rawat jalan dan rawat
inap, dan syarat-syarat pembayaran. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis selama melakukan
penelitian, implementasi Program BPJS di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau sudah dilaksanakan secara optimal untuk sosialisasi dan edukasi mengenai BPJS
tersebut dan dilaksanakan berdasarkan buku pedoman yang dikeluarkan langsung oleh Direktur Kesehatan Angkatan Darat.
2. Fragmentasi
Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan adalah fragmentasi organisasi. Fragmentasi merupakan penyebaran
tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi. Pada umumnya, semakin besar koordinasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program
atau kebijakan. Dalam implementasi Program BPJS di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau
Medan adanya koordinasi antara Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan dengan BPJS Pusat Jakarta dan BPJS Daerah Sumatera Utara, serta koordinasi dengan
Kesehatan Pusat Angkatan Darat. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis tidak menemukan adanya fragmentasi dalam implementasi Program BPJS
ini karena proses implementasi BPJS tersebut sudah dilaksanakan dengan baik. Tetapi ada satu hambatan yang ditemukan dalam pengelolaan BPJS di Rumah
Sakit Tk II Putri Hijau Medan yaitu masih banyaknya pasien yang masuk tidak
menggunakan kartu BPJS. Menurut pengakuan informan, mereka yang belum menggunakan kartu karena mereka merasa tidak perlu membuat kartu BPJS
sebelum mereka merasakan sakit. Sehingga perlu dilakukan penindakan terhadap permasalahan tersebut dan diuruskan ke dinas sosial.
Hal tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan. Mereka menganggap kartu BPJS tersebut tidak
penting pada saat mereka masih merasakan sehat. Kemudian apabila mereka tiba- tiba sakit disitu barulah mereka menyadari bahwa kartu BPJS itu penting untuk
pemeliharaan kesehatan. Sehingga apabila ditemukan pasien dengan keadaan seperti itu pihak rumah sakit langsung melakukan penindakan dan koordinasi
dengan dinas sosial agar segera diuruskan Kartu BPJS untuk jaminan kesehatan mereka.
100
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan