Kondisi Situasional Rekayasa sistem manajemen ahli dalam perencanaan produksi rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis

Standar Nasional Indonesia, yang disajikan pada Tabel 3. Parameter mutu yang utama sebagai pembeda setiap jenis SIR adalah kadar kotoran dan indeks yang plastisitas PRI. Tabel 3. Skema Standard Indonesian Rubber SIR SNI 06-1903-1990 Keterangan : CV-50 : 45-55, CV-60 : 55-65, CV-70 : 65-75 Disertakan rheograph dari karakteristik vulkanisasinya a Koagulum lateks tipis adalah lateks segar yang digumpalkan dengan asam fomiat, kemudian digiling dengan ketebalan 1.5-2 cm b Koagulum lapangan adalah jenis-jenis bahan olah karet, baik dari perkebunan rakyat maupun perkebunan besar yang tercantum dalam Standar Pertanian Indonesia yaitu sit angin, slab tipis, lump mangkok dan gumpalan lainnya berupa getah sadap, getah pohon yang selama penyimpanannya tidak boleh direndam dengan air atau terkena sinar matahari langsung. PRI= Plasticity Retention Index Po= Initial Plasticity SIR=Standard Indonesian Rubber SKEMA Lateks Kebun Koagulum Lateks Tipis a Koagulum Lapangan b SIR 3CV SIR 3L SIR 3WF SIR 5 SIR 10 SIR 20 Kadar kotoran, maks.bb 0.03 0.03 0.03 0.05 0.10 0.20 Kadar abu, maks.bb 0.50 0.50 0.50 0.50 0.75 1.00 Zat menguap, maks.bb 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 PRI, minimum 60 75 75 70 60 50 Po, minimum - 30 30 30 30 30 Nitrogen, aks..bb 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 Visk.ASHT maks.,Wallace 8 - - - - - VM, ML1+4 100˚ C - - - - - Warna, Lovibond - 6 - - - - Curing Charac- teristic - - - Warna lambang pada kemasan Hijau Hijau Hijau Hijau garis coklat Coklat Merah Warna palstik pembungkus Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan Tebal plastik, mm 0.02-0.04 0.02-0.04 0.02-0.04 0.02-0.04 0.02-0.04 0.02-0.04 Titik leleh plastik, min.˚C 108 108 108 108 108 108 Warna pita plastik Jingga Transparan Putih susu Putih susu Putih susu Putih susu Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar dunia, dibandingkan dengan negara penghasil karet utama seperti Malaysia dan Thailand Tabel 4. Besarnya nilai ekspor TSR Indonesia adalah sumbangan dari perkebunan rakyat yang sebagian besar menghasilkan koagulum sebagai bahan baku karet spesifikasi teknis kualitas rendah seperti SIR 10 dan SIR 20. Berbeda dengan Thailand yang mengembangkan RSS sebagai produk unggulan, sehingga menjadikan Thailand sebagai negara penghasil karet terbesar di dunia. Tabel 4 Ekspor TSR dari Indonesia, Malaysia dan Thailand ribu ton Tahun Indonesia Malaysia Thailand 2003 1.590,4 849,4 912,6 2004 1.707,4 1.008,1 998,0 2005 1.685,6 1.056,0 1.109,3 2006 1.953,3 1.064,0 1.069,3 2007 2.122,3 952,0 1.103,8 2008 2.148,5 861,8 1.132,1 2009 1.905,0 617,4 950,6 Sumber : IRSG 2010 Berdasarkan perkembangan tahun 2003 - 2009, jumlah ekspor TSR yang dihasilkan oleh tiga negara penghasil karet Indonesia, Malaysia dan Thailand mengalami peningkatan yang signifikan Gambar 18. Sumbangan ekspor TSR Indonesia merupakan hasil pengolahan dari perkebunan rakyat. Gambar 18 Grafik perbandingan ekspor karet spesifikasi teknis IRSG, 2010 - 500.0 1,000.0 1,500.0 2,000.0 2,500.0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Indonesia Malaysia Thailand ekspor metrik ton Nilai ekspor terbesar dari jenis SIR adalah SIR 20 yang banyak digunakan dalam industri ban dan industri komponen karet. Grafik perbandingan ekspor setiap jenis SIR mengacu kepada perkembangan ekspor karet alam Indonesia Tabel 2 ditunjukkan pada Gambar 19. Porsi ekspor SIR 20 sekitar 83 dari keseluruhan nilai ekspor karet alam. Gambar 19 Ekspor karet alam jenis SIR Gapkindo, 2011 Tingginya kebutuhan industri hilir terhadap karet spesifikasi teknis mendorong pergerakan harga baik dalam pasar fisik maupun pasar berjangka. Karet spesifikasi teknis sebagai salah satu komoditi yang diperdagangkan dalam pasar komoditi mengkibatkan adanya fluktuasi harga yang mendorong dinamika pertumbuhan permintaan dunia. Perkembangan harga terbaru dari TSR 20 dengan mengacu pada data statistik yang dikeluarkan oleh IRCo International Rubber Consortium Limited dalam portal www.IRCo.biz yang diakses pada bulan Januari 2012, ditampilkan pada Tabel 5. IRCo adalah lembaga yang dibentuk oleh konsorsium tiga negara penghasil karet yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand yang melakukan fungsi kordinasi pasokan karet alam dari ketiga negara tersebut dan berlokasi di Thailand. Harga jenis TSR 20 di pasar fisik untuk produksi Indonesia dengan jenis SIR 20 secara rata-rata lebih rendah 1,24 US centkg dibanding produksi Malaysia 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Vo lu m e E xp o rt To n Volume Ekspor Standard Indonesian Rubber SIR 3L SIR 3CV SIR 10 SIR 20 Others SIR Tabel 5 Harga beberapa jenis karet bulan Desember 2011 US centkg Tanggal Pasar Fisik SICOM SIR 20 SMR 20 TSR 20 RSS3 1 336,20 340,00 336,20 341,00 2 336,90 335,00 336,90 342,00 5 338,50 342,00 338,50 344,10 6 338,80 345,00 338,80 346,90 7 351,30 347,00 351,30 365,10 8 350,00 355,00 350,00 360,90 9 342,80 348,00 342,80 347,80 12 337,50 344,00 337,50 344,70 13 336,30 338,00 336,30 341,90 14 336,90 340,00 336,90 338,50 15 327,70 337,00 327,70 333,30 16 338,00 340,00 333,00 340,00 19 334,00 336,00 330,50 332,80 20 337,00 336,00 334,00 336,20 21 343,00 342,00 338,50 342,70 22 341,00 340,00 337,20 341,50 23 345,00 341,00 339,20 345,70 27 340,00 340,00 333,80 338,00 28 337,00 335,00 331,80 334,00 29 330,00 327,00 327,00 328,00 30 330,00 326,00 324,30 329,70 Rata-rata 338,47 339,71 336,30 341,66 Tertinggi 351,30 355,00 351,30 365,10 Terendah 327,70 326,00 324,30 328,00 Sumber IRCo.biz, 2012 yang dikenal dengan Standard Malaysia Rubber SMR 20. Perbedaan harga selain disebabkan perbedaan parameter mutu juga adanya unsur spekulasi pasar. Jika dibandingkan harga rata-rata RSS 3 dan TSR 20 di pasar berjangka SICOM lebih tinggi 5,36 US centkg. Faktor lebih tingginya harga RSS 3 ini, menjadi pendorong bagi agroindustri karet alam berskala besar untuk memproduksi RSS 3 lebih banyak dibanding dengan TSR 20. Perkembangan produksi terbaik untuk RSS 3 di dunia adalah negara Thailand. Harga komoditas karet di pasar fisik dan bursa komoditas memiliki perbedaan yang relatif besar, karena mekanisme ke dua pasar ini memiliki sistem yang berbeda. Transaksi jual beli secara forward menyebabkan harga di pasar komoditas relatif lebuh tinggi dibanding harga pasar fisik. Perbandingan harga untuk TSR 20 dan RSS3 sepanjang bulan Desember tahun 2011 berdasarkan data yang diolah dari portal IRCo. biz ditampilkan pada Gambar 20. Gambar 20 Perkembangan harga TSR 20 dan RSS3 di pasar fisik dan bursa SICOM pada Bulan Desember 2011 IRCo.biz, 2012 Selain faktor harga, faktor lain yang mendorong permintaan dan harga karet spesifikasi teknis adalah harga minyak mentah. Dampak kenaikan harga minyak mentah secara langsung mengakibatkan kenaikan harga karet sintetis yang menggunakan minyak mentah sebagai bahan baku, sehingga harga karet sintetis menjadi lebih tinggi. Tingginya harga karet sintetis akan mendorong peningkatan permintaan karet alam. Perkembangan impor dari negara industri sebagai pengimpor karet dunia secara umum meningkat dari tahun 2003 sampai 2008. Akibat perlambatan pertumbuhan industri sebagai dampak krisis global pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah impor karet alam negara pengimpor, kecuali impor oleh negara China tetap tumbuh seiring menguatnya industri di negara tersebut. Jumlah impor karet alam oleh negara pengimpor utama berdasarkan data IRSG 2010 disajikan pada Tabel 6. 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 1 2 5 6 7 8 9 12 13 14 15 16 19 20 21 22 23 27 28 29 30 Harga TSR 20 dan RSS 3 di Pasar Fisik dan Bursa SICOM USD centkg TSR 20 Fisik RSS 3 Fisik TSR 20 Berjangka RSS 3 Berjangka Tabel 6 Jumlah impor karet alam oleh negara pengimpor utama metrik ton Tahun USA Jepang China Singapura Korea Jerman 2003 1.119,8 791,8 1.149,6 140,1 342,2 283,0 2004 1.156,2 800,7 1.205,9 145,8 352,3 270,2 2005 1.169,7 848,6 1.445,4 148,6 370,5 282,2 2006 1.011,6 885,9 1.885,3 181,7 364,7 295,5 2007 1.028,5 850,0 1.888,6 156,0 378,0 330,3 2008 1.052,3 849,2 1.947,9 157,3 359,1 281,5 2009 704,8 596,0 2.463,2 111,2 332,1 229,8 Sumber : IRSG 2010 China adalah negara pengimpor karet alam terbesar di dunia, dengan permintaan mencapai 2,46 juta ton pada tahun 2009. Berbeda dengan Amerika Serikat sebagai pengimpor kedua terbesar, dan negara industri sebagai pengimpor utama lainnya pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah impor karena dampak krisis ekonomi di negara tersebut. Gambar 21 Perkembangan jumlah impor negara pengimpor utama IRSG, 2010

4.1.3 Bahan baku dan Proses Produksi Karet Spesifikasi Teknis

Bahan baku karet spesifikasi teknis dapat berupa lateks kebun atau koagulum. Lateks kebun dapat diolah menjadi karet spesifikasi teknis bermutu tinggi dengan jenis mutu SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF, sedang koagulum lapangan seperti slab, lump dan ojol diolah menjadi SIR 10 dan SIR 20 yang memiliki mutu rendah. Lateks dapat dihasilkan dari kebun sendiri dengan tetap - 500.0 1,000.0 1,500.0 2,000.0 2,500.0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 IMPOR KARET ALAM USA Jepang China Singapura Korea Jerman menjaga kestabilan molekul-molekul sehingga tidak terjadi koagulasi. Kemampuan kebun karet untuk menghasilkan lateks dipengaruhi beberapa faktor diantaranya : 1. Kegiatan Sadap Karet Penyadapan dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharapkan mampu menghasilkan lateks dalam jumlah banyak, dengan biaya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00 pagi. 2. Penentuan Matang Sadap Langkah awal untuk dapat melakukan kegiatan penyadapan karet adalah menentukan tingkat matang sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60 atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70 pada umur 4-5 tahun. Faktor penentu kamatangan sadap yang lainnya adalah : a. Umur Tanaman. Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4.5-6 tahun tergantung pada klon dan lingkungan. Secara rata-rata pohon karet dapat menghasilkan getah sampai umur 25 tahun. b. Pengukuran lilit batang Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya kulit batang. Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih, ketinggian 100 cm dpo di atas pertautan okulasi, tebal kulit 0,6 – 0,8 cm dan kondisi pohon sehat ditandai warna daun hijau mengkilat. c. Iklim dan cuaca Produksi lateks kebun menurun pada musim hujan karena terhambatnya proses penyadapan. Tetesan air hujan mengandung ion-ion dapat menggumpalkan karet membentuk lump. Pada saat kemarau tanaman karet mengalami gugur daun yang juga mempengaruhi jumlah hasil sadapan lateks. Pengaruh iklim pada produktifitas penyadapan karet sangat dipengaruhi musim. Secara umum musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret. Selain penyimpangan iklim di Indonesia adalah adanya fenomena ENSO El Nino and Southern Oscillation, dimana El Nino biasanya berasosiasi dengan terjadinya kemarau panjang sedangkan La Nina berasosiasi dengan kejadian banjir Boer, 2003. Untuk menghasilkan karet spesifikasi teknis dengan bahan baku lateks kebun atau dengan koagulum lapang melalui beberapa tahapan proses yang dilakukan pada mesin-mesin pemrosesan. Tahapan proses produksi yang berasal dari koagulum yang dihasilkan dari petani umumnya diproses mengikuti tahapan pembersihan dilanjutkan dengan pengecilan ukuran bahan baku, penggilingan, peremahan, pengeringan dan pengempaan sampai dihasilkan bongkahan karet kering. Proses produksi yang menggunakan bahan baku dari kebun sendiri umumnya memiliki proses yang lebih pendek karena proses penyadapan mengikuti syarat mutu yang diinginkan. Maspanger dan Honggokusumo, 2004 dalam Utomo 2008. Diagram alir proses pengolahan karet spesifikasi teknis ditampilkan pada Gambar 22. Produksi karet spesifikasi teknis secara komersial di Indonesia mulai tahun 1968 dengan skema SIR. Teknologi pengolahan karet remah dan skema SIR terus berkembang sejalan dengan upaya peningkatan efisiensi dan mutu serta kondisi bahan olah karet rakyat yang berasal dari petani. Suparto et al. 2002. Beberapa alasan berkembangnya karet alam jenis SIR 20 di Indonesia, diantaranya : 1. Perkebunan rakyat dengan luas mencapai 80 dari total area tanam karet Indonesia, sulit untuk menjaga kestabilan lateks cair. Hasil sadap dari tanaman karet langsung membeku secara alami maupun setelah penambahan koagulan sehingga langsung menjadi koagulum yang hanya bisa menghasilkan karet spesifikasi teknis bermutu rendah. 2. Permintaan karet spesifikasi teknis SIR 20 relatif tinggi, sehingga rakyat cenderung menghasilkan koagulum karena tingginya permintaan bahan baku. Gambar 22 Proses pengolahan karet spesifikasi teknis BPTK, 2002 dalam Utama, 2008

4.1.4. Sistem Rantai Pasokan Karet Spesifikasi Teknis

Agroindustri karet spesifikasi teknis memiliki peran penting sebagai pemasok bahan baku bagi industri hilir. Struktur dari rantai pasok agroindustri lumpslab Sortasi slicer, preblending pembersihan washing tank Penambahan HNS SIR 3CV, SMBS SIR 3L Penerimaan, penyaringan, pengenceran, koagulasi Lateks Kebun Cougulum Crusher Maceratorcreper Shredder Dryer Pengempaan pengemasan Maceratorcreper Hammer Mill Dryer Pengempaan pengemasan SIR 3, SIR 10, SIR 20 karet spesifikasi teknis jika digambarkan mengikuti pohon industrinya dari paling hulu sampai hilir membentuk rantai yang bercabang dan kompleks. Agroindustri karet spesifikasi teknis dapat dikelompokkan menjadi; 1 karet spesifikasi teknis yang diproduksi secara terintegrasi dalam satu unit usaha yang meliputi perkebunan karet, unit produksi dan pengumpulan lateks kebun, proses pengolahan lateks menjadi karet spesifikasi teknis dan 2 karet spesifikasi teknis yang diproduksi tanpa adanya integrasi antar pelaku yang melibatkan petani sebagai penghasil bahan baku, pedagang perantara dan kelembagaan petani sebagai pengumpul bokar dan pabrik karet sebagai pengolah. Penelitian untuk mempelajari rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis dilakukan pada PTPN VIII dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Pertimbangan untuk memilih perkebunan besar negara dan swasta adalah ; 1 memiliki unit yang terintegrasi dari kebun sebagai pemasok, pabrik sebagai pengolah, 2 pemasaran dilakukan oleh unit usaha terpisah, 3 pernah memiliki kerjasama dalam pasokan bahan baku dengan petani karet yang berada di sekitar lokasi dan, 4 memiliki unit pabrik pengolahan karet spesifikasi teknis yang beroperasi di bawah kapasitas terpasang. Sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis terdiri atas rantai pemasok bahan baku, produksi,distributor,industri pengguna dan konsumen sebagaimana ditampilkan pada Gambar 23. Factory Warehouse Kebun Sendiri Petani Pedagang Pengumpul Distributor Pasar Ekspor Konsumen Lokal Industri Pengguna Konsumen Akhir Gambar 23 Rantai pasok karet alam pada PTPN VIII Untuk peningkatan produksi karet spesifikasi teknis dalam rangka pemanfaatan kapasitas terpasang pada lantai produksi maka perlu dirancang suatu sistem manajemen ahli untuk perencanaan produksi sehingga jumlah kebutuhan pasokan bahan baku dapat direncanakan. Selain pasokan berupa lateks yang berasal dari kebun sendiri, pasokan bahan baku juga diperoleh dari petani karet dalam bentuk bokar bahan olah karet. Petani tidak secara langsung memasok bahan olah karet ke agroindustri karet spesifikasi teknis. Secara spasial petani terpisah dengan jarak yang relatif jauh dengan pusat pengolahan karet spesifikasi teknis, kondisi ini mengakibatkan suatu struktur pasar bahan olah karet yang kompleks. PTPN VIII sebagai salah satu badan usaha milik negara merupakan penghasil berbagai jenis karet alam yang terdiri dari karet lateks pekat, ribbed smoked sheet RSS dan karet spesifikasi teknis SIR. Keragaman hasil produksi tahun 2009 dari PTPN VIII disajikan pada Gambar 24, komposisi terbesar dibandingkan total ekspor adalah jenis RSS mencapai 71, sedangkan untuk SIR 10 sebesar 20 dan SIR 10 hanya 4. Perkebunan karet yang dikelola oleh PTPN VIII seluas 25.536 hektar yang tersebar di 14 kebun karet. Jumlah pabrik yang menghasilkan RSS ada 13 pabrik dengan 2 pabrik pengolah TPC, 3 pabrik concentrated latex dengan kapasitas terpasang 35.750 ton. Hasil produksi karet spesifikasi teknis pada PTPN pada umumnya relatif rendah dibanding produksi RSS lampiran 1- 4, karena harga RSS lebih tinggi dibanding SIR 20. Perkembangan harga SIR relatif meningkat dibanding harga RSS, sehingga perlu dilakukan kajian perubahan strategi produksi sehingga mengikuti pola permintaaan TSR dunia yang cenderung meningkat, mengikuti pertumbuhan industri pengguna terutama industri otomotif. Harga karet spesifikasi teknis relatif murah dibanding dengan harga RSS, namun dengan besarnya volume penjualan SIR 20 secara keseluruhan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi PTPN VIII dengan volume penjualan sebagai faktor kali peningkatan pendapatan. Pemanfaatan kapasitas pengolahan pabrik karet spesifikasi teknis diharapkan akan mendorong penyerapan bokar yang dihasilkan petani karet yang berada disekitar pabrik, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan produktifitas kebun yang dimiliki oleh petani. Gambar 24 Komposisi jumlah ekspor karet alam kg produksi PTPN VIII Selain di PTPN VIII penelitian juga dilakukan di PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk PT BSP. Sedikit berbeda dalam struktur rantai pasok PT. BSP dengan PTPN VIII fungsi distribusi dilakukan secara langsung melalui bursa komoditas juga dengan pelelangan langsung di perusahaan. Pola produksi dilakukan dengan gabungan make to stock dan make to order. Strategi berproduksi berdasarkan pesanan merupakan upaya untuk memenuhi kontrak yang diperoleh dari perdagangan terutama berdasarkan transaksi di pasar komoditas. Hasil produksi dari strategi make to stock merupakan upaya untuk memanfaatkan kelebihan jumlah pasokan bahan baku dari jenis high grade atau pasokan koagulum yang berasal dari petani. Jenis karet yang diproduksi juga beragam dan yang paling banyak adalah jenis lateks pekat Lampiran 8-10. Secara umum perbandingan antara komposisi jenis karet yang diproduksi memiliki kecendrungan berimbang dengan jumlah terbesar yang diproduksi adalah lateks pekat mencapai 27, SIR 3CV sebesar 24 , sedangkan SIR 1020 sebesar 23 dengan teta[ mempertimbangkan pergerakan harga dari jenis karet. Lateks pekat memiliki harga relatif tinggi dibanding produk lainnya, namun jika ditinjau dari jumlah permintaan dan kenaikan harga maka karet jenis SIR 20 mengalami pertumbuhan yang relatif signifikan. RSS ; 10.397.708 TPC; 486.315 SIR 3L; 241.920 SIR 3WF; 59.220 SIR 5; 52.920 SIR 10; 2.943.360 SIR 20; 584.640

4.2 Pendekatan Sistem

Sistem adalah kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai suatu atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan sintesa untuk memperoleh harmonisasi konflik kebutuhan antar pelaku sistem sehingga memberikan penyelesaian masalah secara sistematis untuk menghasilkan suatu operasi sistem yang dianggap efektif. Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan sistem dimulai dengan analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, validasi model dan implementasi model Eriyatno, 1999. Kajian sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis pada penelitian ini, dimulai dengan membahas aspek yang berkaitan dengan analisis kebutuhan.

4.2.1 Analisis Kebutuhan

Sistem manajemen ahli yang direkayasa harus mampu memenuhi kebutuhan pihak yang berkepentingan yang berada dalam lingkungan kajian sistem. Sistem rantai pasok pada agroindustri karet spesifikasi teknis yang dikelola oleh perkebunan besar melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan. Pihak- pihak yang berkepentingan memiliki kebutuhan yang saling menguntungkan, atau memiliki potensi saling konflik. Pendekatan sistem untuk memperoleh harmonisasi konflik kebutuhan antar pelaku dalam sistem. Pihak yang berkepentingan stakeholder dalam rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis yang menjadi objek kajian baik pada PTPN VIII maupun PT BSP pada penelitian ini dibatasi pada tiga mata rantai yaitu, 1 pemasok yang terdiri atas unit kebun milik petani perkebunan rakyat, 2 prosesor yaitu unit pabrik milik yang memproduksi karet spesifikasi teknis, 3 distribusi sebagai unit pemasaran. Untuk melengkapi informasi dalam menganalisis kebutuhan perlu dilibatkan konsumen utama, dalam penelitian ini konsumen sebagi salah satu pengguna karet alam utama adalah pabrik ban. Pabrik pengolahan berlokasi pada daerah perkebunan karet yang menampung hasil sadapan karet dari kebun sendiri dan dari kebun rakyat baik berbentuk lateks maupun lump. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah sebagai pemilik perkebunan negara, fungsi pemasaran hasil perkebunan dilaksanakan oleh badan usaha PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara KPB Nusantara. Pada PT BSP disribusi dilakukan oleh unit pemasaran yang masih berada dalam satu kesatuan entitas dengan agroindustri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan setiap pihak dalam pengelolaan rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis maka penting dilakukan analisis kebutuhan dari pihak yang berkepentingan dalam struktur rantai pasok. Identifikasi kebutuhan sistem dilakukan melalui wawancara dengan pemasok pengelola kebun PTPN VIII dan petani karet pemasok PTPN VIII, prosesor pengelola pabrik PTPN VIII kebun Cikumpay, distributor PT. KPBN, konsumen pembeli di PT. KPBN dan pabrik ban. Hasil wawancara untuk mengindentifikasi kebutuhan pihak yang berkepentingan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Analisis kebutuhan pelaku utama pengelolaan rantai pasok karet spesifikasi teknis No Pihak Kebutuhan 1 Petani karet 1. Harga jual bokar stabil dan layak 2. Jaminan pemasaran 3. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan 4. Bimbingan dan pendampingan 2 Pengelola kebun 1. Informasi kebutuhan lateks atau bokar 2. Jadwal penyadapan kebun 3. Ketersediaan tenaga kerja 4. Jadwal dan ketersediaan transportasi 5. Peningkatan produktifitas kebun 3 Pengelola pabrik 1. Rencana kegiatan produksi 2. Peningkatan utilisasi mesin 3. Pemenuhan jumlah permintaan dan target produksi 4. Peningkatan mutu karet yang diproduksi 4 Distributor 1. Peningkatan jumlah penjualan 2. Margin keuntungan dan pendapatan yang tinggi 3. Prakiraan tingkat permintaan dan harga 4. Ketersediaan karet dalam jumlah, waktu yang tepat 5. Jaminan mutu karet 5 Konsumen 1. Kestabilan harga 2. Kestabilan pasokan 3. Kualitas karet yang sesuai 4. Kemudahan akses informasi pasar dan produk 6 Pemerintah 1. Peningkatan kinerja perkebunan negara 2. Peningkatan pendapatan negara 3. Peningkatan kesejahteraan petani

4.2.2 Formulasi permasalahan

Tujuan dari perancangan sistem model manajemen ahli perencanaan produksi pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja dari pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis. Kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan pelaku sistem berdasarkan analisis kebutuhan dengan tujuan yang telah ditetapkan disusun dalam bentuk formulasi permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dapat diformulasikan sebagai berikut : 1. Pihak yang terlibat belum melakukan suatu kordinasi dalam perencanaan kegiatan produksi sehingga pengambilan keputusan secara sendiri-sendiri 2. Pengelola kebun dalam agroindustri tidak memiliki rencana penyadapan dan jadwal pengiriman bahan olah karet dan lateks sesuai dengan kondisi penyadapan dan kebutuhan pabrik pengolah. 3. Pengelola pabrik belum mengoptimalkan utilisasi mesin karena kurangnya pasokan bahan olah karet. 4. Pengelola pabrik membutuhkan suatu mekanisme perencanaan produksi yang mengikuti perkembangan permintaan dan harga karet. 5. Pengelola pabrik membutuhkan suatu sistem pengambilan keputusan yang memudahkan dalam melakukan penyesuaian dalam periode yang lebih pendek. 6. Agroindustri membutuhkan suatu mekanisme pengukuran keberhasilan penyusunan rencana produksi dan kemampuan pemasok dalam menjamin ketersediaan bahan baku. 7. Petani sebagai pemasok bahan olah karet tidak memiliki keterkaitan dan tidak terdapat suatu mekanisme jaminan pasokan dan pembelian dengan agroindustri. 8. Distributor membutuhkan suatu prakiraan untuk memprediksi jumlah produksi yang dapat ditawarkan dalam perdagangan.

4.2.3 Identifikasi Sistem

Rantai pasok merupakan sebuah sistem yang memiliki elemen-elemen yang teratur, saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam rangka merekayasa model perencanaan produksi untuk rantai pasok karet spesifikasi Keluaran tak dikehendaki Hasil rencana produksi tidak sesuai Pasokan bahan baku tidak sesuai Utilisasi mesin produksi rendah Peningkatan biaya Ketidaktepatan pemenuhan pesanan pesanan Masukan terkendali Produksi lateks dan bokar kebun sendiri Kapasitas olah pabrik Kebijakan produksi Ketersediaan informasi Keluaran dikehendaki Rencana produksi yang tepat Ketepatan jumlah, waktu pasokan bahan baku Peningkatan utilisasi kapasitas Ukuran kinerja produksi Masukan tak terkendali Harga karet alam dunia Permintaan dan penawaran karet dunia Mutu dan ketersediaan bokar dari petani Nilai tukar mata uang Masukan Lingkungan Pertumbuhan ekonomi dunia Kebijakan negara industri Kebijakan pemerintah Iklim dan cuaca Kondisi sosisl ekonomi Model Perencanaan Produksi Rantai Pasok Karet Spesifikasi Teknis Manajemen pengendalian rencana produksi teknis, perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor penting dari sistem dengan cara menggambarkan sistem yang dikaji dalam bentuk diagram input output, seperti yang disajikan pada Gambar 25. Identifikasi sistem diperlukan untuk memfokuskan pemodelan sistem yang dirancang . Gambar 25 Diagram input-output model perencanaan produksi karet spesifikasi teknis Pada sistem perencanaan produksi rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis, masukan terkendali adalah hal yang berkaitan dengan faktor yang dapat dikelola oleh para pemangku kepntingan yaitu pemasok, pabrik dan distributor. Pengendalian terhadap input diharapkan dapat menghasilkan output yang menjadi tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan produktifitas kebun sehingga menjamin pasokan bahan baku, peningkatan utilisasi pabrik sehingga mampu meningkatkan produksi, mengelola persediaan dan peningkatan mutu produk sehingga secara keseluruhan mampu meningkatkan penjualan dan memberikan peningkatan keuntungan bagi seluruh mata rantai pada rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis. Masukan tidak terkendali merupakan elemen sistem yang mempengaruhi pencapaian kinerja sistem, namun faktor-faktornya tidak dapat dikendalikan kondisinya. Dalam sistem perencanaan produksi agroindustri karet spesifikasi teknis masukan tak terkendali meliputi ; harga karet dunia, permintaan dan penawaran dunia, mutu dan ketersediaan bahan olah karet dari petani serta nilai tukar mata uang. Selain keluaran yang dikendaki dalam sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis juga terdapat keluaran yang tidak dikehendaki, sebagai dampak yang tidak diinginkan sehingga keberadaannya perlu ditekan. Keluaran tak dikehendaki dari hasil perencanaan produksi rantai pasok karet spesifikasi teknis adalah ketidaksesuain rencana produksi dengan dinamika pada sisi pasokan dan permintaan, ketidakmampuan pemasok dalam menyediakan bahan baku pada jumlah dan waktu yang tepat, pemanfaatan kapasitas mesin yang rendah sehingga berdampak pada peningkatan biaya. Masukan dari lingkungan merupakan kondisi di luar sistem yang mempengaruhi kinerja sistem. Faktor lingkungan yang menjadi masukan dalam sistem ini adalah pertumbuhan ekonomi dunia, kebijakan negara industri pengguna karet alam, kebijakan Pemerintah Indonesia dalam sektor karet serta faktor iklim dan cuaca yang mempengaruhi kondisi bahan baku. . 5 PEMODELAN SISTEM Rekayasa model sistem manajemen ahli perencanaan produksi karet spesifikasi teknis, pada penelitian ini menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan ini merupakan metodologi untuk mencapai tujuan dari perancangan model yang mengacu pada pola pikir sistem, berorientasi pada tujuan dengan cara pandang utuh meliputi keseluruhan sistem serta efektif dalam pengambilan keputusan.

5.1 Konfigurasi Model

Mengacu kepada kerangka pemikiran penelitian untuk mengembangkan model perencanaan produksi pada rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis, maka direkayasa suatu model pengambilan keputusan yang diintegrasikan dengan sistem pakar yang dikenal dengan sistem manajemen ahli. Model yang dirancang dari hasil pemodelan secara konseptual selanjutnya dikembangkan menjadi perangkat lunak sistem manajemen ahli yang diberi nama Proplan-TSR 20 Production Planning for Technically Specified Rubber. Pada sistem manajemen ahli, elemen-elemen sistem dipaparkan secara rinci. Sistem integrasi dari setiap elemen direkayasa secara paralel maupun serial sehingga dapat dioperasikan dan diimplementasikan sesuai dengan pencapaian tujuan dari suatu keputusan. Untuk mewujudkan perekayasaan sistem manajemen ahli dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perencanaan produksi pada rantai pasok karet spesifikasi teknis, dilaksanakan perekayasaan sistem mengikuti tahapan pengembangan sistem manajemen ahli yang diajukan oleh, Turban 2005. Konfigurasi model sistem manajemen ahli perencanaan produksi untuk rantai pasok karet spesifikasi teknis direkayasa dalam konfigurasi pemodelan yang disajikan pada Gambar 26. Komponen penyusun dalam konfigurasi sistem manajemen ahli perencanaan produksi agroindustri karet spesifikasi teknis terdiri atas enam komponen yang saling terkait yaitu : 1 sistem manajemen dialog, 2 sistem pengolahan terpusat, 3 sistem manajemen basis data, 4 sistem manajemen basis pengetahuan, 5 mekanisme inferensi, dan 6 sistem manajemen basis model.