AGROINDUSTRI KECAP : TINJAUAN ANALISIS KETERKAITAN KEBELAKANG DAN KEDEPAN DALAM PRESPEKTIF MANAJEMEN RANTAI PASOK (Supply Chain Management).

(1)

AGROINDUSTRI KECAP : TINJAUAN ANALISIS KETERKAITAN

KEBELAKANG DAN KEDEPAN DALAM PRESPEKTIF MANAJEMEN

RANTAI PASOK

(Supply Chain Management)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

DIAN NOVITASARI

NPM: 1024010012

K e p a d a

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR

SURABAYA

2014


(2)

AGROINDUSTRI KECAP : TINJAUAN ANALISIS KETERKAITAN

KEBELAKANG DAN KEDEPAN DALAM PRESPEKTIF MANAJEMEN

RANTAI PASOK

(Supply Chain Management)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Diajukan Oleh:

DIAN NOVITASARI

NPM: 1024010012

K e p a d a

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR


(3)

(4)

SURABAYA

2014

Dian Novitasari. 1024010012. Agroindustri Kecap : Tinjauan Analisis Keterkaitan

Kebelakang dan Kedepan Dalam Prespektif Manajemen Rantai Pasok

(Supply

Chain Management). Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat,

MM. Dan Dr. Ir. A. Rachman Waliulu, SU.

ABSTRAK

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan strategis yang ditanam

oleh sebagian masyarakat Indonesia dan sebagai sumber protein yang murah.

Dalam sistem agribisnis kedelai, pada dasarnya menuntut keterkaitan yang

harmonis antara subsistem input, subsistem produksi, subsistem pengolahan

hasil dan subsistem pemasarannya. Salah satu subsistem agribisnis dalam

bidang industri pengolahan hasil pertanian yaitu pada subsistem III atau

pengolahan. Salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang menggunakan

komoditas kedelai sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya adalah

industri kecap. Peranan pengolahan kedelai menjadi kecap sangat penting guna

meningkatkan permintaan, meningkatkan daya tahan kedelai, menciptakan nilai

tambah, serta meningkatkan devisa negara sesuai dengan tujuan sektor

agroindustri. Setiap aktivitas agroindustri memiliki keterkaitan pada

masing-masing kegiatan antara lain, keterkaitan kebelakang yaitu kaitannya

dengan bahan baku untuk proses produksi dan keterkaitan kedepan yaitu

kaitannya dengan pemasaran produknya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan kebelakang

dan kedepan dalam prespektif manajemen rantai pasok pada Agroindustri Kecap

‘SEHATI’, dan mengetahui besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses

pengolahan kedelai hitam menjadi kecap dalam satu kali proses produksi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

kualitatif dengan alat analisis chi square atau chi kuadrat dan metode analisis

nilai tambah. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling. Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah keterkaitan kebelakang dan

kedepan dalam prespektif manajemen rantai pasok yaitu sebagi berikut : dari

beberapa pemasok kedelai hitam, keterkitan kebelakang paling erat dihasilkan

oleh kedelai hitam Pacitan yaitu sebesar 5,392 yang menjadi pemasok utama.

Sedangkan untuk keterkaitan ke depan dari beberapa pemasaran kecap yaitu

pemasaran grosir, subgrosir dan retailer masih kurang terlihat dari penyebaran

pemasaran kecap yang masih dalam lingkup lokal dan jumlah pembelian kecap

yang masih sedikit namun keterkaitan ke depan dari masing-masing pemasaran

yang memiliki keterkaitan paling erat dihasilkan oleh pemasaran grosir yaitu

sebesar 21,312 yang merupakan pelanggan utama. Dari beberapa kemasan

kecap, KD 150 merupakan produk yang paling diminati oleh para pelanggan hal

tersebut dikarenakan keunikan dan keragaman produk (kompetitor tidak memiliki

produk yang serupa), kemasan yang ekonomis (untuk kebutuhan rumah tangga)

dan harga yang terjangkau. Sedangkan besar nilai tambah yang diperoleh pada

pengolahan kedelai hitam per kilogram rata-rata menjadi kecap sebesar Rp.

14.700,- dengan ratio nilai tambah sebesar 45%.


(5)

Kata Kunci : Agroindustri Kecap, Keterkaitan kebelakang, keterkaitan kedepan,

Manajemen Rantai Pasok

Dian Novitasari. 1024010012. Agroindustri Kecap : Tinjauan Analisis Keterkaitan

Kebelakang dan Kedepan Dalam Prespektif Manajemen Rantai Pasok

(Supply

Chain Management). Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat,

MM. Dan Dr. Ir. A. Rachman Waliulu, SU.

ABSTRACT

Soybean is one of the strategic crops planted by some communities in

Indonesia and as a cheap source of protein . In soybean agribusiness system ,

essentially requires a harmonious relationship between the input subsystem , the

subsystem production , processing subsystems and subsystem marketing . One

subsystem agribusiness in agricultural product processing industry is the third or

processing subsystem . One of the agro-processing industries which use

soybean as the main raw material in the production process are soy industry .

The role of processing soybeans into soy sauce is very important in order to

increase demand , increase endurance soybeans , creating added value , and

increase foreign exchange in accordance with the purpose of the agro-industry

sector . Each activity has been linked to the agro-industry respectively among

other activities , ie backward linkages relation to raw materials for the production

process and forward linkages are related to the marketing of its products .

The purpose of this study was to analyze backward and forward linkages

in the supply chain management perspective on Agroindustri Ketchup ' SEHATI '

, and know the great value added generated from the processing of soybeans

into soy sauce black in a single production process.

The method used in this study is a qualitative analysis method by means

of chi-square analysis or chi squared and added value analysis methods .

Sampling method used was purposive sampling . Data collection through primary

data and secondary data .

The results of this study are backward and forward linkages in the supply

chain management perspective is as follows : from a few suppliers of black

soybeans , most closely keterkitan backward black soybeans produced by the

amount of 5,392 Pacitan which became the main supplier . As for the forward

linkages of some wholesale marketing is the marketing of soy sauce , subgrosir

and retailers are still less visible than the spread ketchup marketing is still in the

local scope and the amount of soy sauce purchases are still little but forward

linkage of each relationship marketing has generated the most closely by

wholesale marketing that is equal to 21.312 which is the main customer . From

some ketchup packaging , KD 150 is a product that is most in demand by

customers in this case because the uniqueness and diversity of products (

competitors do not have a similar product ) , packaging costs ( for household )

and affordable price . While great added value obtained in the processing of

black soybean per kilogram averaged into ketchup is Rp . 14.700 , - with ratio

value added of 45% .


(6)

Keywords : Agroindustry Ketchup , backward linkages , forward linkages ,

Supply Chain Management

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan sukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

mnyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Agroindustri Kecap : Tinjauan Analisis

Keterkaitan Kebelakang dan Kedepan Dalam Prespektif Manajemen Rantai

Pasok

(Supply Chain Management)

.

Peneliti menyedari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak

terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Prof. Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM selaku dosen pembimbing utama dan

selaku dosen pembimbing akademik serta Dr. Ir. A. Rachman Waliulu, SU

selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan

pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu dan tenaganya dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing peneliti.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Seluruh dosen serta staff pengajar Program Studi Agribisnis yang selalu

memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.


(7)

5. Pak Yatim selaku pengelola Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ yang telah banyak

membantu untuk kelancaran penelitian.

6. Seluruh keluarga besarku dan orang yang menyayangiku terutama orang tuaku

dan Zaenal Aripin, SP yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat,

motivasi, masukan dan kasih sayang yang tak terhingga.

7. Sahabat-sahabatku serta teman temanku Program Studi Agribisnis dan

Agroteknologi, serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu persatu.

Namun demikian peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun

penyajian laporan penelitian skripsi ini, masih jauh dari sempurna dan masih

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kepada

pembaca, kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan laporan penelitian skripsi ini. Akhir kata, peneliti mengharapkan

semoga laporan penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya

dan para pembaca umumnya.

Surabaya, Januari 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

I. PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

7

D. Ruang Lingkup Penelitian

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Landasan teori

12

1. Kedelai

12

2. Kondisi Kedelai di Indonesia

14

3. Kecap Manis

16

4. Agribisnis

20


(9)

6. Keterkaitan Sektor Agroindustri

29

7. Manajemen Rantai Pasok Agroindustri

31

a. Supplier

(Pemasok)

36

b. Manufacturer

(Manufaktur)

36

c. Distribution

(Distribusi)

37

d. Retailer

(Pengecer)

37

e. Customer

(Pelanggan)

38

8. Model Manajemen Rantai Pasok (SCM)

42

9. Pemasaran

42

10. Konsep Nilai Tambah

43

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

45

III. METODE PENELITIAN

49

A. Lokasi dan Obyek Penelitian

49

B. Penentuan Responden

49

C. Teknik Pengumpulan Data

50

D. Definisi dan Pengukuran Variabel

53

E. Analisis Data ...

55

1. Analisis Chi Square (Chi Kuadrat)

56

2. Analisis Nilai Tambah

57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

58

A, Gambaran Umum Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ Kabupaten

Tulungagung

58

1. Sejarah dan Perkembangan Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

58

2. Lokasi Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

60

3. Struktur Organisasi Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

61


(10)

4. Aspek Sumberdaya Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

62

5. Produk Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

66

6. Pengolahan Limbah

67

B. Pelaku Rantai Pasok Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

68

1. Pemasok Kedelai Hitam Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

(Supplier’ Suppliers)

68

a. Pedagang Pengumpul Pacitan

69

1. Profil Pedagang Pengumpul Pacitan

69

2. Kinerja Pedagang Pengumpul Pacitan

70

3. Sistem Pembelian Bahan Baku Kedelai Hitam

71

4. Pemilihan Mitra

72

5. Kesepakatan Kontrak

73

6. Sistem Transaksi

74

b. Pedagang Grosir Blitar

75

1. Profil Pedagang Pengumpul Pacitan

75

2. Kinerja Pedagang Pengumpul Pacitan

75

3. Sistem Pembelian Bahan Baku Kedelai Hitam

76

4. Pemilihan Mitra

77

5. Kesepakatan Kontrak

77

6. Sistem Transaksi

78

c. Pedagang Grosir Tulungagung

78

1. Profil Pedagang Pengumpul Pacitan

78

2. Kinerja Pedagang Pengumpul Pacitan

79

3. Sistem Pembelian Bahan Baku Kedelai Hitam

79

4. Pemilihan Mitra

80


(11)

6. Sistem Transaksi

80

2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang antara Pengadaan

Bahan Baku dengan Proses Produksi Kecap

81

a. Keterkaitan ke Belakang antara Pengadaan Bahan Baku

Kedelai Hitam Pacitan dengan Proses Produksi Kecap

83

b. Keterkaitan ke Belakang antara Pengadaan Bahan Baku

Kedelai Hitam Blitar dengan Proses Produksi Kecap

88

c. Keterkaitan ke Belakang antara Pengadaan Bahan Baku

Kedelai Hitam Tulungagung dengan Proses Produksi

Kecap

93

d. Keterkaitan ke Belakang antara Pengadaan Bahan Baku

Kedelai Hitam secara Global dengan Proses

Produksi Kecap

100

C. Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ (Industri Pengolahan Kecap)

102

a. Pengadaan Bahan Baku

(Procurement)

102

b. Proses Produksi

(Processing)

104

c. Analisis Nilai Tambah

110

D. Pemasaran Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

113

1. Pemasaran Produk Kecap

113

a. Pemasaran Grosir

115

1. Profil Pemasaran Grosir

1115

2. Kinerja Pemasaran Grosir

116

3. Penetapan Harga Kecap pada Pemasaran Grosir

117

4. Sistem Transaksi

118

b. Pemasaran Subgrosir

119

1. Profil Pemasaran Subgrosir

119

2. Kinerja Pemasaran Subgrosir

119

3. Penetapan Harga Kecap pada Pemasaran Subgrosir

119

4. Sistem Transaksi

121


(12)

1. Profil Pemasaran Retailer

121

2. Kinerja Pemasaran Retailer

121

3. Penetapan Harga Kecap pada Pemasaran Retailer

122

4. Sistem Transaksi

123

2. Omset Penjualan Kecap Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

123

3. Analisis Keterkaitan ke Depan antara Proses Produksi

dengan pemasaran Kecap

125

a. Keterkaitan ke Depan antara Proses Produksi dengan

Pemasaran Grosir

125

b. Keterkaitan ke Depan antara Proses Produksi dengan

Pemasaran Subgrosir

129

c. Keterkaitan ke Depan antara Proses Produksi dengan

Pemasaran Retailer

131

d. Keterkaitan ke Depan antara Proses Produksi dengan

Pemasaran secara Global

137

V. KESIMPULAN DAN SARAN

139

A. Kesimpulan

139

B. Saran

139

DAFTAR PUSTAKA

141


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

Judul

d.1 Produksi Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai

Tahun 2010-2013

1

d.2 Konsumsi Kecap Manis di Indonesia Tahun 2002-2005

2

d.3 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Pulau Jawa

Tahun 2008-2013

4

1.4 Daftar Industri Kecap di Kabupaten Tulungagung Tahun 2012

5

2.1 Komposisi Zat Gizi Kedelai Tiap 100 Gram

14

2.2 Produksi, Luas Lahan, dan Produktivitas Kedelai di Indonesia

Tahun 2010-2012

15

2.3 Komposisi Zat Gizi Kecap Manis Tiap 100 Gram

18

3.1 Format Analisis Nilai Tambah

57

4.1 Sumberdaya Manusia Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ Tahun 2013 64


(14)

4.3 Pemasok Kedelai Hitam Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

69

4.4 Pengadaan Bahan Baku Kedelai Hitam Agroindustri

Kecap ‘SEHATI’ Tahun 2012

81

4.5 Pemakaian Bahan Baku Kedelai Hitam Agroindustri Kecap

‘SEHATI’ Tahun 2012

82

4.6 Pengadaan Bahan Baku Kedelai Hitam Pacitan

dan Pemakaian Kedelai Hitam Tahun2012

84

4.8 Pengadaan Bahan Baku Kedelai Hitam Blitar

dan Pemakaian Kedelai Hitam Tahun 2012

88

4.9 Pengadaan Bahan Baku Kedelai Hitam Tulungagung

dan Pemakaian Kedelai Hitam Tahun 2012

94

4.10 Perbandingan Keterkaitan ke belakang antara pengadaan

bahan baku kedelai hitam dengan Proses produksi kecap

Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

98

4.11 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Keterkaitan ke belakang

antara pengadaan bahan baku dengan proses produksi dari

masing-masing Pemasok Kedelai Hitam

99

4.12 Pengadaan dan Nilai Pembelian Bahan Baku Kedelai Hitam

Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ secara Global Tahun 2012

103

4.13 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kecap Agroindustri Kecap

‘SEHATI’ Tahun 2012

111

4.14 Penggolongan Pemasaran Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

115

4.15 Pelanggan Pemasaran Grosir Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

116

4.16 Harga Produk Pemasaran Grosir

117

4.17 Harga Botol Kecap Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

118

4.18 Harga Produk Pemasaran Subgrosir

120

4.19 Harga Botol Kecap Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

120


(15)

4.22 Omset Penjualan Per Bulan Tahun 2012

124

4.23 Pelanggan Grosir Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

126

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

Judul

2.1 Kacang Kedelai Kuning dan Hitam

13

2.2 Perkembangan Produksi Kedelai Tahun 2010-2012

15

2.3 Pola Panen Kedelai

16

2.4 Kaitan Antara Produksi Primer dan Industri

23

2.5 Para Pelaku dalam Rantai Pasok Produk Agroindustri

35

2.6 Sistematik Rantai Pasokan dilihat dari Prespektif Prosesor

Dalam Rantai Pasokan Produk makanan hasil Pertanian

40

2.7 Skema Kerangka Pemikiran

47

4.1 Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

60

4.2 Struktur Organisasi Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

62


(16)

4.4 Struktur Rantai Pasok Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

68

4.5 Pembersihan Kedelai

105

4.6 Alat Perebusan Kedelai

105

4.7 Alat Pengupas Kedelai

106

4.8 Tempe Kedelai Hitam

107

4.9 Penjemuran Tempe Kedelai

107

4.10 Mesin penggiling Tempe

108

4.11 Penggolongan Pemasaran Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

115

4.12 Omset Penjualan Produk Kecap Agroindustri Kecap

‘SEHATI’

124

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

Judul

1. Kuesioner Untuk Kepala Bagian Pengadaan Bahan Baku

143

2. Kuesioner Untuk Kepala Bagian Produksi

145

3. Kuesioner Untuk Kepala Bagian Pemasaran

148

4. Peta Lokasi Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

149

5. Pelanggan Subgrosir menurut Pengambilan Produk Kecap

Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ Per Bulan

150

6. Pelanggan Retailer menurut Pengambilan Produk Kecap

Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

154

7. Analisis Chi Square Keterkaitan Kebelakang

174


(17)

10. Aktivitas Penelitian di Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

191

11. Event Promosi Produk Kecap Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

192

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki luas lahan pertanian yang

cukup besar dan memiliki potensi besar dalam meningkatkan produksi industri

pengolahan hasil pertanian. Data produksi beberapa komoditas pertanian di

Indonesia menunjukkan tingkat produksi yang tinggi. Data menunjukkan bahwa

produksi komoditas padi pada tahun 2013 menduduki peringkat terbesar, yaitu

69.270.000 ton; jagung sebesar 19.377.030 ton pada tahun 2012; dam kedelai

sebesar 907.031 pada tahun 2010 (BPS,2013)

Tabel 1.1. Produksi Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2010-2013

(Badan Pusat Statistik. 2013)

Tahun

Padi (Ton)

Jagung (Ton)

Kedelai (Ton)

2010

66 469 394

18 327 636

907 031

2011

65 756 904

17 643 250

851 286

2012

69 045 141

19 377 030

854 150


(18)

*= Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 1.1, komoditas yang mengalami penurunan jumlah

produksi adalah komoditas jagung dan kedelai. Kedelai sebagai komoditas

pertanian harus memliliki keterkaitan kedepan dan kebelakang sebagai suatu

sistem agribisnis. Dalam sistem agribisnis kedelai pada dasarnya menuntut

keterkaitan yang harmonis antara subsistem input, subsistem produksi,

subsistem pengolahan hasil dan subsistem pemasarannya. Sektor perindustrian

merupakan sektor yang cukup diandalkan dalam perekonomian Indosnesia,

terutama dari sektor industri pengolahan hasil pertanian. Hal tersebut

menjadikan industri pengolahan hasil produk pertanian sangat berperan dalam

pertumbuhan perekonomian, karena sektor pertanian masih mejadi penghasil

utama sebagian besar masyarakat Indonesia (Wawan, 2008).

Salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang menggunakan

komoditas kedelai sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya adalah

industri kecap. Peranan pengolahan kedelai menjadi kecap sangat penting guna

meningkatkan permintaan, meningkatkan daya tahan kedelai, menciptakan nilai

tambah, serta meningkatkan devisa negara sesuai dengan tujuan sektor

agroindustri. Kecap merupakan salah satu produk pangan hasil olahan dari

kedelai yang telah lama dikonsumsi oleh masyarakat indonesia.

Tabel 1.2 Konsumsi Kecap Manis di Indonesia Tahun 2002-2005 (Badan Pusat

Statistik)

Tahun

Konsumsi (000 liter)

Rata-rata pertumbuhan/ tahun (%)

2002

181.987

22,16

2003

191.757

5,09

2004

194.493

1,41

2005

294.117

33,87

Tabel 1.2 menunjukkan, kebutuhan konsumsi kecap terus meningkat

seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan daya beli. Kondisi


(19)

tersebut menunjukkan pola konsumsi kecap dan potensi pasarnya mempunyai

prospek yang cerah. Cerahnya industri kecap mendorong terjadinya

peningkatan jumlah perusahaan yang bergerak di industri kecap. Peningkatan

tingkat konsumsi ini tentunya mendorong perusahaan untuk meningkatkan

jumlah produksi. Tetapi terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh

agroindustri kecap. Salah satu kendala utama adalah terjadinya fluktuasi harga

kedelai sebagai bahan baku pembuatan kecap. Seperti fenomena yang saat ini

terjadi yaitu kenaikan harga kedelai akibat dampak pelemahan nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika. Kenaikan harga kedelai mengakibatkan ketersediaan

bahan baku kedelai tidak terjamin.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan bahwa untuk

mencukupi kebutuhan dalam negeri, pemerintah akan melakukan impor

kedelai dengan harapan adanya stabilitas nilai tukar rupiah. Mengingat produksi

dalam negeri jauh lebih kecil daripada kebutuhan dalam negeri. Sementara itu

petani juga kurang tertarik untuk menanam kedelai karena harga jualnya kurang

menguntungkan jika dibandingkan menanam komoditas lain. Hal tersebut

mengakibatkan produksi dalam negeri terus mengalami penurunan (Kompas,

2013)

Masalah lain yang harus dihadapi oleh industri kecap adalah belum

optimalnya penyediaan bahan baku, mengingat semakin banyaknya industri

kecap serta industri lain yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku, seperti

tahu, tempe, sari kedelai dan lain-lain. Dengan berbagai pertimbangan yang

telah dijabarkan di atas, dipandang penting untuk mengatahui dan menganalisis

keterkaitan aktivitas agroindustri kecap baik keterkaitan kebelakang yaitu pada

pengadaan bahan baku (hulu), pengolahan, dan keterkaitan kedepan yaitu pada

pemasaran (hilir) sehingga kontinuitas aktivitas agroindustri kecap dapat terjaga.


(20)

Selain itu kualitas hubungan antar pelaku yang terkait dalam aktivitas

agroindustri kecap juga mempengaruhi kontinuitas aktivitas agroindustri karena

apabila kualitas hubungan antar pelaku buruk maka kegiatan dalam agroindustri

akan terganggu. Seluruh aktivitas agroindustri memliliki hubungan keterikatan

baik dalam prosesnya maupun pelakunya sehingga digunakan prespektiff

manajemen rantai pasok yang didefinisikan sebagai salah satu cara baru dalam

memandang mata rantai penyediaan barang, dimana masalah logistik dilihat

sebagai rangkaian yang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang

jadi yang dipakai konsumen akhir.

B. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya bahwa produksi kedelai

Indonesia sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri

bahkan impor masih sangat tinggi. salah satu hal yang menyebabkan masalah

tersebut adalah masih rendahnya produktivitas tanaman kedelai. Pulau jawa

sebagai sentra produksi memiliki rata-rata produktivitas pada tahun 2008-2009

mencapai 14,51 kw/ha dengan luas areal panen 409.653 ha, dan produksi

kedelai 592.966 ton (Tabel 1.3)

Tabel 1.3 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Pulau Jawa Tahun

2008- 2013 (BPS, 2013. Diolah)

Tahun

Luas panen (Ha)

Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi (Ton)

2008

389 780

13,32

518 997

2009

460 479

14,05

646 839

2010

440 871

13,87

611 417

2011

404 382

14,20

574 118

2012

382 039

15,80

603 641

2013 *

380 367

15,85

602 789

Rata-rata

409 653

14,51

592 966

* :

Angka Sementara

Kedelai sebagai komoditas pertanian harus memliliki keterkaitan kedepan

dan kebelakang sebagai suatu sistem agribisnis . Suatu sistem agribisnis


(21)

kedelai pada dasarnya menuntut keterkaitan yang harmonis antara subsistem

input, subsistem produksi, subsistem pengolahan hasil dan subsistem

pemasarannya.

Salah satu subsistem agribisnis dalam bidang industri pengolahan hasil

pertanian yaitu pada subsistem III atau pengolahan. Agroindustri kecap ‘SEHATI’

sebagai industri manufaktur yang menggunakan bahan baku dari sektor

pertanian dalam proses produksi untuk menghasilkan produk kecap.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Tulungagung (2012), tercatat sebanyak 20 perusahaan yang bergerak dalam

industri kecap.

Tabel 1.4 Daftar Industri Kecap di Kabupaten Tulungagung Tahun 2012

(Disperindag, 2012. Diolah)

No

Nama Perusahaan

Nama Produk

Jumlah Produk

(/Bulan)

Satuan

1

Tirta Harta

Kecap Manis

192.000

Liter

2

Karya Makmur

Kecap

67.392

Botol

3

Bumi Indah L

Kecap

60.300

Botol

4

Tawon

Kecap Manis

57.200

Liter

5

Bintang Mars

Kecap

40.704

Botol

6

Sehati

Kecap

36.000

Botol

7

Inti Mandiri

Kecap

36.000

Botol

8

Berlian

Kecap Manis

12.300

Liter

9

Bintang Maju

Kecap Manis

12.300

Liter

10

Matahari

Kecap Manis

6.500

Liter

11

Traju Mas

Kecap Manis

9.000

Liter


(22)

13

SY

Kecap

34.560

Botol

14

Kuda Beranak

Kecap

7.000

Liter

15

Surya Dunia

Kecap

10.500

Liter

16

Putra Jaya

Kecap

25.000

Liter

17

Raja Kuda Anggrek

Kecap

15.000

Liter

18

Barokah

Kecap

21.600

Liter

19

Sempurna

Kecap

12.000

Botol

20

Cathay

Kecap Manis

9.000

Liter

Berdasarkan Tabel 1.4, agroindustri kecap ‘SEHATI’ merupakan salah

satu industri yang bergerak dalam bidang produsen kecap di Kabupaten

Tulungagung. Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ merupakan industri kecap yang

cukup terkenal di Kabupaten Tulungagung yang berdiri sejak tahun 2006.

Untuk dapat mengembangkan bisnis ini dan bersaing unggul dalam persaingan

yang ada dengan produsen produk sejenis, maka Agroindustri Kecap ‘SEHATI’

harus mampu mengkoordinasikan seluruh kegiatan perusahaan pada bagian

hulu

(upstream) dalam menyediakan bahan-bahan baku atau input hingga pada

bagian hilir

(downstream)

dalam proses distribusi dan pemasaran produk.

Berjalannnya agroindustri pengolahan kecap di hilir untuk menghasilkan

sebuah produk, tentu saja harus didukung oleh kontinuitas produksi dari hulu

yang menyediakan bahan baku agar aktivitas produksi juga berjalan sesuai

dengan rencana yang digambarkan dalam keterkaitan yang terjadi dari hulu

hingga hilir. Hal tersebut berkaitan kualitas hubungan dan pendekatan dari

beberapa pelaku yang memliki keterkaitan dalam aktivitas agroindustri, mulai

dari pemasok hingga pelanggan harus tetap terjaga. Keterkaitan antar pelaku

dari hulu sampai hilir tersebut digambarkan pada konsep manajemen rantai

pasokan yang merupakan integrasi dari pemasok, produsen, gudang

(warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk

yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi yang


(23)

tepat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan

pelanggan.

Sejak tahun 2006, Agroindustri kecap ‘‘SEHATI’ bekerjasama dengan

beberapa pemasok yang berasal dari pacitan dan blitar. Agroindustri kecap

‘‘SEHATI’’ memberikan informasi kepada pemasok kedelai yang bermitra,

mengenai kriteria dan kuantitas dari kedelai yang diinginkan. Dari kerjasama

yang telah terjalin menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat, yakni bagi

pemasok kedelai dalam hal kepastian akan kedelai yang dibeli baik harga yang

sesuai dengan kesepakatan maupun dalam hal kepastian pasar, sedangkan

pihak Agroindustri kecap ‘‘SEHATI’’ mendapatkan kepastian pasokan produk

sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang telah disepakati. Selain itu,

Agroindustri kecap ‘‘SEHATI’’ juga melakukan kerjasama dengan beberapa agen

dan retailer yang tersebar didaerah sekitar kabupaten tulungagung yang meliputi

kediri, blitar, trenggalek selaku usaha yang mendistribusikan kecap tersebut ke

konsumen. Jadi kerjasama yang dilakukan tidak hanya sebatas mitra jual beli,

namun terdapat juga pertukaran informasi yang terjalin didalamnya, termasuk

kriteria kedelai yang diiinginkan agroindustri sehingga dapat menghasilkan

prodkuk kecap yang bermutu dan informasi konsumen kepada agroindustri jika

terjadi kerusakan kemasan atau mutu kecap yang kurrang bagus bisa

dikembalikan ke agen dan agen akan mendapatkan ganti produk dari

agroindustri.

Para pelaku usaha agroindustri kecap ‘‘SEHATI’’ yakni Pemasok kedelai

(Pedagang Pengumpul Pacitan, Pedagang Grosir blitar dan Pedagang Grosir

Tulungagung), Perantara Pemasok ke Agroindustri, Agroindustri kecap

‘‘SEHATI’’, Agen atau retailer (Grosir, Subgrosir dan Retailer) selaku penyalur

langsung menyampaikan dari bahan baku kedelai yang kemudian mengalami


(24)

proses pengolahan menjadi kecap yang memberikan nilai tambah dan produk

jadi sampai ke tangan konsumen dengan kualitas yang sesuai dengan keinginan

konsumen yaitu berupa rasa, kemasan dan harga yang baik. Hal tersebut dapat

diintegrasikan, kolaborasi, maupun peningkatan koordinasi meliputi seluruh

anggota rantai pasokan. Kerjasama pemasaran kecap maupun peningkatan

kualitas yang telah dilakukan merupakan bentuk upaya pengelolaan Manajemen

rantai pasok yang terintegrasi. Konsep Manajemen Rantai Pasok dilakukan agar

peningkatan daya saing suatu produk tidak hanya dilakukan melalui perbaikan

produktivitas dan kualitas produk, tetapi juga melalui pengemasan, pemberian

merek, efisiensi, transportasi dan informasi.

Pada kenyataanya, agroindustri Kecap ‘SEHATI’ masih merasakan

banyak keluhan antara lain belum optimalnya kontinuitas bahan baku kedelai

yang diakibatkan karena kelangkaan kedelai, naiknya harga kedelai di pasaran

dan banyaknya pesaing agroindustri kecap di Kabupaten Tulungagung sehingga

secara langsung juga bersaing bahan baku dan bersaing mendapatkan

pelanggan atau konsumen. Selain itu, ada keluhan lain yang dialami

agroindustri terhadap hubungannya dengan pelanggan maupun pemasoknya

seperti halnya keterlambatan pengiriman, prioritas pemenuhan permintaan yang

masih rendah, tunggakan dari pelanggan, keluhan yang dialami konsumen

mengenai kemasan serta kurangnya informasi dan komunikasi. Hal-hal

tersebut merupakan suatu masalah yang dapat menunjukan adanya keterkaitan

terhadap bahan baku dan kualitas hubungan yang berbeda-beda antara

Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ dengan para pemasok sampai pada pelanggannya.

Oleh karena itu, seperti agroindustri lain, Agroindustri kecap ‘SEHATI’

dalam menjalankan usahanya selalu berusaha untuk mencapai keuntungan


(25)

selain berusaha menjaga kelanggengan dari masing-masing pelaku yang terkait

dan pengembangan usahanya.

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana keterkaitan kebelakang dan kedepan pada kegiatan agroindustri

kecap ‘SEHATI’ dalam prespektif manajemen rantai pasokan?

2. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kedelai

menjadi kecap per satu kali produksi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis keterkaitan kebelakang dan kedepan pada kegiatan

agroindustri kecap ‘SEHATI’ dalam prespektif manajemen rantai pasokan.

2. Untuk mengetahui besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan

kedelai menjadi per satu kali produksi.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawatimur, sekaligus bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman penulis.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan perusahaaan dalam menjalankan operasional perusahaan

mengetahui seberapa besar nilai tambah pengolahan kecap per satu kali

produksi dan menjaga hubungan kerjasama dengan pemasok sampai pada

pelanggannya.

3. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai informasi yang

berkenaan dengan topik keterkaitan kegiatan agroindustri dilihat dalam prespektif

Manajemen Rantai Pasok.


(26)

D. Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan mengenai analisis keterkaitan kebelakang dan kedepan

dalam prespektif manajemen rantai pasok di orientasikan pada kegiatan

agroindustri sebagai suatu subsistem terpenting dalam agribisnis. Kegiatatan

dari agroindustri meliputi :

1. Untuk menjawab keterkaitan kebelakang yang digambarkan dalam manajemen

rantai pasok meliputi pengadaan bahan baku

(Procurement)

yang ada di

Agroindustri kecap ‘‘SEHATI’’ yang digambarkan melalui aliran bahan baku yang

terjadi mulai dari pemasok kedelai (Pedagang Pengumpul Pacitan, Pedagang

Grosir Blitar dan Pedagang Grosir Tulungagung), perantara pembelian, sampai

pada Agroindustri kecap ‘‘SEHATI’’ yang menggunakan kedelai sebagai bahan

baku pengolahan kecap. Data yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitas

kedelai, cara transaksi, dan bukti transakti pembelian yang diperolah dari

Agroindustri kecap selaku pengguna kedelai.

2. Untuk menjawab analisis nilai tambah diperoleh dari Agroindustri kecap

‘‘SEHATI’’ selaku tempat pengolahan

(Processing)

kedelai menjadi kecap.

Perhitungan nilai tambah dilakukan dalam satu kali proses produksi.

3. Untuk menjawab analisis keterkaitan kedepan yang digambarkan dalam

manajemen rantai pasok yaitu pemasaran produk

(Marketing)

yang terbagi

menjadi 3 tipe yaitu pemasaran grosir, subgrosir dan retailer, mulai dari produk

jadi kemudian didistibusikan pada agen dan retailer yang berada disekitar wilayah

Tulungagung (Trenggalek, Blitar dan Kediri). Konsumen terakhir tidak dianalisis

karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Data analisis keterkaitan kedepan

diperoleh dari Agroindustri kecap ‘‘SEHATI’’ yang meliputi produk yang

dihasilkan, jumlah produk yang didistribusikan pada masing-masing wilayah,

produk yang diserap dan dikembalikan oleh konsumen.

4. Untuk menjawab tingkat keterkaitan digunakan Analisis Chi Kuadrat untuk

mengetahui tingkat signifikasi keterkaitan yang dihasilkan antara pengadaan


(27)

kedelai hitam dari masing-masing pemasok dengan pemakaian kedelai hitam

untuk proses produksi dan mengetahui keterkaitan antara proses produksi atau

produk yang dihasilkan agroindustri dengan pembelian produk kecap pada

masing-masing tipe pemasaran (grosir, subgrosir dan retailer).

5. Data yang digunakan pada tahun 2012 yang diperoleh dari Agrroindustri kecap

‘‘SEHATI’’.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Jan Price, 2002 Analisis Sistem Agribisnis Kedelai, Hasil analisa sistem

agribisnis kedelai di daerah penelitian menunjukkan belum adanya keterkaitan

yang harmonis antara masing-masing sub sistem yang ada. Sub sistem


(28)

kedelai hitam dari masing-masing pemasok dengan pemakaian kedelai hitam

untuk proses produksi dan mengetahui keterkaitan antara proses produksi atau

produk yang dihasilkan agroindustri dengan pembelian produk kecap pada

masing-masing tipe pemasaran (grosir, subgrosir dan retailer).

5. Data yang digunakan pada tahun 2012 yang diperoleh dari Agrroindustri kecap

‘‘SEHATI’’.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Jan Price, 2002 Analisis Sistem Agribisnis Kedelai, Hasil analisa sistem

agribisnis kedelai di daerah penelitian menunjukkan belum adanya keterkaitan

yang harmonis antara masing-masing sub sistem yang ada. Sub sistem


(29)

agribisnis kedelai di Kecamatan Sukalayu yang dibangun dari sub sistem-sub

sistem yang kurang harmonis ini berdampak pada rendahnya produksi dan

produktivitas kedelai sehingga mengakibatkan kurangnya kontribusi ekonomi

agribisnis kedelai terhadap masing-masing pelaku dalam sistem tersebut.

Rosana, 2006, penelitian Analisis Permintaan Kedelai pada Industri

Kecap. Hasil analisa penelitian permintaan kedelai pada industri kecap yaitu

kebutuhan kedelai yang terus meningkat setiap tahunnya akibat pertumbuhan

penduduk dan banyaknya industri pengguna kedelai berakibat pada peningkatan

impor kedelai yang berkelanjutan. Khususnya pada industri kecap, pengguna

kedelai juga meningkat seiring dengan besarnya produksi kecap dan mengingat

produk kecap juga diekspor dalam jumlah yang besar selain dikonsumsi oleh

rumah tangga. Dari hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel-variabel

produksi kecap, harga kecap, harga kedelai, permintaan kedelai tahun

sebelumnya, nilai tukar rupiah, banyaknya perusahaan kecap berpengaruh

nyata.

Anggono (1993), Analisis Agroindustri Kecap, Studi Kasus Pada CV.

Laron Putra Manunggal, Tuban, Jawa Timur. Hasil studi menunjukkan bahwa

bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kecap dikelompokkan menjadi

dua yaitu bahan baku utama yang terdiri dari kedelai hitam, gula, garam, dan air

serta bahan baku pembantu yang berupa bumbu-bumbu. Data marjin

pemasaran kedelai menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 1990 sampai

tahun 1992. Proses pengolahan kedelai menjadi kecap dilakukan dengan cara

fermentasi kedelai hitam dan masih menggunakan teknologi tradisional. Strategi

pemasaran yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengadakan tiga jalur

saluran distribusi yaitu (1) dari pabrik langsung ke konsumen, (2) dari pabrik,

agen, pengecer kemudian ke konsumen, (3) dari pabrik, pengecer kemudian ke


(30)

konsumen. Hasil analisis hubungan antara harga produk kecap dan biaya

promosi terhadap total penerimaan menunjukkan bahwa total penerimaan

dipengaruhi secara nyata oleh harga produk dan biaya promosi.

Posisi penelitian ini, melihat pada keterkaitan dalam aktivitas agroindustri

kecap, yaitu keterkaitan kebelakang dengan bahan baku kedelai dan keterkaitan

kedepan dengan pemasaran. Manajemen rantai pasok digunakan sebagai

payung, untuk mengetahui keterkaitan antar pelaku rantai pasok produk kecap

dari pemasok kedelai sampai pada pelanggan kecap.

Sesuai dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keterkaitan

kebelakang dan kedepan pada aktivitas agroindustri kecap dalam prespektif

manajemen rantai pasok dan untuk mengetahui besar nilai tambah yang

dihasilkan dalam pengolahan kedelai menjadi kecap. Bahan baku utama kecap

dalam penelitian ini adalah kedelai dengan alasan kedelai merupakan salah satu

bahan baku yang paling berpengaruh dan selama ini kedelai masih menghadapi

beberapa masalah yang berdampak pada berlangsungnya produksi agroindustri.

B. Landasan Teori

1. Kedelai

Kacang kedelai

(Glycine max (L) Merril)

adalah sebagai salah satu hasil

pertanian yang sangat penting artinya sebagai bahan makanan, karena jumlah

dan mutu protein yang dikandungnya sangat tinggi bila dibandingkan

kacang-kacangan lainnya. Tanaman kedelai telah lama diusahakan di Indonesia

sejak tahun 1970. sebagai bahan makanan kedelai banyak mengandung

protein, lemak dan vitamin, sehingga tidak mengherankan bila kedelai mendapat

julukan : gold from the soil (emas yang muncul dari tanah) ataupun cow from

China artinya sapi dari Cina (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1991).


(31)

Berdasar warna kulitnya, kedelai dapat dibedakan atas kedelai putih,

kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Kedelai yang ditanam di

Indonesia adalah kedelai kuning atau putih, hitam dan hijau. Perbedaan warna

tersebut akan berpengaruh dalam penggunaan kedelai sebagai bahan pangan,

misalnya untuk kecap digunakan kedelai hitam, putih atau kuning sedangkan

susu kedelai dibuat dari kedelai kuning atau putih. (Suliantari dan Winniati,

1990)

Gambar 2.1 Kacang kedelai kuning dan hitam

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah

padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang

kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan.

Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam

rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah

harganya. Dapat dilihat pada Tabel 2.1 Komposisi zat gizi kedelai kering dan

basah. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah

penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe,

kecap, susu kedelai, tauco,

snack

, dan sebagainya.

Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi Kedelai Tiap 100 Gram

(Widya Karya Pangan dan gizi,

2000)

Zat Gizi

Kedelai Basah

Kedelai Kering

Energi (kkal)

286,0

331,0


(32)

Lemak (g)

15,6

18,9

Karbohidrat (g)

30,1

34,8

Kalium (g)

196,0

227,0

Fosfor (g)

506,0

585,0

Besi (mg)

6,9

8,0

Vit A (SI)

95,0

110,0

Vit B (mmg)

0,93

1,07

Air (g)

20,0

7,5

Bila dilihat dari komposisi kacang kacangan secara umum, maka sekitar

25% dari kalori (energi) yang terdapat dalam kacang-kacangan adalah protein.

Kacang-kacangan biasanya kekurangan metionin, yaitu salah satu asam amino

esensial yang diperlukan untuk membuat suatu protein lengkap (Winarno, 1993).

Nilai protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan memiliki mutu yang lebih

baik dari jenis kacang-kacangan lain. Disamping itu, protein kedelai merupakan

satu-satunya leguminosa yang mengandung semua asam amino esensial (yang

jumlahnya 8 buah atau 10 buah bila dimasukkan sistein dan tirosin) yang sangat

diperlukan oleh tubuh. Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh,

jadi harus dikonsumsi dari luar. Namun, perlu juga diakui bahwa kedelai

memang memiliki sedikit kekurangan, yaitu mengandung sedikit asam amino

metionin (Winarno, 1993)

2. Kondisi Kedelai di Indonesia

Produksi kedelai pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 843,15 ribu ton biji

kering atau mengalami penurunan sebesar 8,13 ribu ton (0,96 persen)

dibandingkan tahun 2011. Produksi kedelai pada tahun 2013 (ARAM I)

diperkirakan 847,16 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan sebesar

4,00 ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012.


(33)

Tabel 2.2 Produksi, Luas Lahan, dan Produktivitas Tanaman Kedelai di

Indonesia Tahun 2010-2012 (BPS, 2013)

Tahun

Produksi (Ton)

Luas Lahan (Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

2010

907 031

660 832

13,73

2011

851 286

622 254

13,68

2012

843 150

567 871

15,00

Rendahnya produksi dan produktivitas hasil pertanian disebabkan oleh

banyak hal, diantaranya adalah sempitnya penguasaan lahan pertanian per

Kepala Keluarga (KK) petani Indonesia yang rata-rata hanya 0,3 hektar. Selain

itu, kebanyakan petani Indonesia adalah turun-temurun, sementara banyak

diantara anak-anak petani yang sudah tidak mau lagi terjun dalam dunia

pertanian dan menekuni bidang lain karena melihat bidang lain lebih

menguntungkan (Hamid, 2004).

Gambar 2.2 Perkembangan Produksi Kedelai Tahun 2010-2013 (BPS, 2013)

Peningkatan produksi tersebut diperkirakan terjadi di luar Jawa sebesar

4,85 ribu ton, sementara di Jawa produksi kedelai diperkirakan mengalami

penurunan sebesar 0,84 ribu ton. Peningkatan produksi kedelai diperkirakan

terjadi karena kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu hektar (0,69 persen)

meskipun produktivitas diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,03

kuintal/hektar (0,20 persen). Perkiraan kenaikan produksi kedelai pada tahun

2013 yang relatif besar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah. Sementara itu, perkiraan


(34)

penurunan produksi kedelai yang relatif besar terdapat di Provinsi Aceh, Jawa

Tengah, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Kenaikan

produksi kedelai sebesar 4,00 ribu ton (0,47 persen) tahun 2013 terjadi pada

subround Januari–April dan perkiraan subround Mei–Agustus masing-masing

sebesar 6,45 ribu ton (3,02 persen) dan 3,84 ribu ton (1,52 persen), sementara

pada subround September–Desember produksi kedelai diperkirakan mengalami

penurunan sebesar 6,29 ribu ton (1,67 persen) dibandingkan subround yang

sama pada tahun 2012.

Gambar 2.3 Pola Panen Kedelai (BPS,2013)

Pola panen kedelai pada tahun 2013 lebih mendekati pola panen pada

tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011. Pada subround Januari–April

2013 dan 2012, puncak panen terjadi pada bulan Februari, sedangkan pada

subround Januari–April 2011 puncak panen terjadi pada bulan Maret.

3. Kecap Manis

Kecap merupakan penyedap berbagai masakan Indonesia yang terbuat

dari fermentasi kedelai. Kecap sudah mendarah daging di masakan Indonesia

semenjak jaman kerajaan. Kecap diperkirakan berasal dari Cina yang dibawa

ke Indonesia oleh imigran Cina. Kecap berbahan kedelai diproduksi dari

pengolahan kedelai hitam dengan menggunakan jamur

Aspergillus sp.


(35)

Menurut Suprapti (2005), kecap manis merupakan produk olahan yang

teksturnya kental, berwarna coklat kehitaman, dan digunakan sebagai penyedap

makanan. Tingginya kadar gula dan viskositas yang tinggi pada kecap manis ini

disebabkan adanya penambahan gula dalam proses pembuatannya. Sebagian

besar dari kecap di Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kandungan gula,

kandungan asam dan konsentrasi asam amino yang berhubungan dengan

perlakuan fermentasi

Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama,

meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini

terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai

putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada

di Jepang dan Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil

sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam

yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun

dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.

Jenis kedelai yang digunakan untuk pembuatan kecap adalah kedelai

hitam dan kedelai kuning (Judoamidjojo, dalam Ramdhan, 2002). Komposisi

kimia antara kedelai hitam dengan kedelai kuning tidak begitu berbeda. Selain

itu perbedaan jenis kedelai tersebut tidak berpengaruh pada efektifitas

fermentasi. Kedelai hitam lebih banyak digunakan oleh kalangan industri dalam

pembuatan kecap, namun beberapa perusahaan menggunakan kedelai kuning,

dan hasil samping dari pembuatan kecap tersebut dijadikan tauco (Judoamidjojo

dalam Ramdhan, 2002).

Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Kecap Manis dalam 100 gram (Kemenkes, 2012)

No.

Zat Gizi

Kandungan Gizi

No.

Zat Gizi

Kandungan Gizi


(36)

1

Energi

46 kkal

6

Fosfor

96 mg

2

Kalsium

123 mg

7

Zat Besi

6 mg

3

Protein

5,7 gr

8

Vitamin A

0 IU

4

Lemak

1,3 gr

9

Vitamin B1

0 mg

5

Karbohidrat

9 gr

10 Vitamin C

0 mg

Secara umum kecap di Indonesia dikelompokan menjadi dua golongan,

yaitu kecap asin dan kecap manis. Kecap dapat diproduksi dengan tiga metode

produksi, yaitu fermentasi kedelai, hidrolisa asam, atau kombinasi keduanya.

Kecap hidrolisa kurang populer dibandingkan dengan kecap hasil fermentasi dari

segi rasa dan aroma yang kurang baik. Hal ini disebabkan selama proses

hidrolisa, beberapa asam amino dan gula rusak, serta timbul senyawa off flavour

seperti asam levulinat, H2S dan beberapa komponen lainnya yang ada pada

kecap fermentasi tidak terbentuk.

Di Indonesia pembuatan kecap pada umumnya dilakukan secara

fermentasi. Pembuatan kecap dengan cara fermentasi meliputi dua tahap

fermentasi, yaitu fermentasi kapang dan fermentasi garam (Judoamidjojo, 1987).

Pembuatan kecap dengan cara hidrolisis oleh asam memerlukan waktu yang

lebih singkat. Kecap yang dihasilkan dengan cara hidrolisis mempunyai flavor

yang kurang baik jika dibandingkan dengan kecap hasil fermentasi. Hal ini

disebabkan karena selama proses hidrolisis dapat terjadi beberapa kerusakan

pada beberapa asam amino dan gula. Selain itu dapat terbentuk senyawa

off-flavor

seperti H2S.

Menurut Koswara (1992), pembuatan kecap di Indonesia umumnya

dilakukan secara fermentasi. Prosesnya terdiri atas dua tahap, yaitu tahap

fermentasi kapang (solid stage fermentation) dan tahap fermentasi dalam larutan

garam (brine fermentation). Selama fermentasi kapang, mikroba yang berperan

adalah

Aspergillus oryzae,

A. flavus,

A. niger, dan

Rhizopus oligosporus.


(37)

Sementara itu, selama fermentasi garam, mikroba yang berperan adalah

Zygosaccharomyces dan

Hansenula

(khamir) serta

Lactobacillus (bakteri).

Tahap fermentasi kapang diawali dengan proses pembersihan dan

perendaman kedelai hitam dalam air pada suhu kamar selama 12 jam, kemudian

direbus selama 4 – 5 jam hingga lunak. Selanjutnya kedelai ditiriskan dan

didinginkan pada tampah dan ditutup dengan lembaran karung atau lembaran

plastik, kemudian didiamkan selama 3 – 5 hari. Bahan penutup biasanya telah

digunakan berulang kali sehingga telah mengandung spora yang digunakan

sebagai inokulum. Penutupan kedelai menggunakan bahan penutup yang telah

mengandung spora merupakan tahap fermentasi kapang secara spontan.

Kapang dan misselium yang terbentuk karena fermentasi inilah yang dinamakan

koji

(Muramatsu

et al.,1993). Koji atau hasil fermentasi kapang dapat dilakukan

dengan biakan murni. Kedelai hasil rebusan setelah ditiriskan dan didinginkan

kemudian dicampurkan dengan tepung gandum yang diinokulasi dengan

Aspergillus oryzae

dan didiamkan selama 3 -5 hari.

Koji selanjutnya direndam dalam larutan garam 20 – 30 % dan dibiarkan

terfermentasi selama 3-10 minggu. Hasil fermentasi garam yang disebut

moromi

(Muramatsu

et al., 1993), kemudian ditambah dengan sejumlah air,

direbus, dan disaring. Filtratnya dipasteurisasi pada suhu 60-70 °C selama 30

menit. Filtrat tersebut dimasak bersama gula aren dan bumbu, lalu disaring.

Filtrat hasil penyaringan merupakan kecap yang sudah jadi dan siap dibotolkan.

Untuk membuat kecap manis, ke dalam filtrat ditambahkan gula merah dan

bumbu-bumbu lainnya, diaduk sampai rata dan dimasak selama 4-5 jam. Untuk

membuat kecap asin, sedikit gula merah ditambahkan ke filtrat, diaduk, dan

dimasak selama 1 jam. Setelah pemasakan kecap disaring, didinginkan

kemudian dimasukkan ke dalam botol.


(38)

4. Agribisnis

Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata

Agribusiness, dimana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business berarti

usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis

(agribusiness)

adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang terkait

dengan pertanian berorientasi profit.

Davis dan Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai berikut: "The sum

total of all operation involved in the manufacture and distribution of farm supplies:

Production operation on farm: and the storage, processing and distribution of

farm commodities and items made from them". Berikut pengertian agribisnis

sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :

Arsyad dan kawan-kawan menyatakan Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan

usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian

dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegitan usaha yang menunjang

kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian.

E. Paul Roy memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi berbagai

sub-sistem. Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan

berbagai sub-sistem menjadi sebuah sistem.

Wibowo mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari

pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang

dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama

lain.

Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi

pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),

pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.

Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang


(39)

kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

(Downey and Erickson. 1987)

Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen Agribisnis adalah suatu

kegiatan yang sangat kompleks, meliputi industri pertanian, industri pemasaran

hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan

distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen.

Pengertian agribisnis menurut Wikipedia adalah : Agribisnis adalah bisnis

berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor

hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan

pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).

Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola

aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.

Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha

yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana

dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan

dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan

serat-seratan kepada konsumen.

Agribisnis dari cara pandang ekonomi ialah usaha penyediaan pangan.

Pendekatan analisis makro memandang agribisnis sebagai unit sistem industri

dan suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara regional

atau nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro memandang agribisnis

sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu subsistem

agribisnis, baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini komodias atau

lebih dari satu lini komoditas.

Dengan definisi ini dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang

mencakup semua kegiatan pertanian yang dimulai dengan pengadaan

penyaluran sarana produksi

(the manufacture and distribution of farm supplies),

produksi usaha tani

(Production on the farm)

dan pemasaran

(marketing)


(40)

produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan

yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh

terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis

digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta

tambahan satu subsistem lembaga penunjang.

Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua

aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai

dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta

agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem

agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu:

a. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit,

makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit,

bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku

kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan

swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat perlunya

keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang

meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu

(upstream).

b. Subsistem budidaya / usahatani

Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil

perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan

ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari

petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.

c. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran

(Tata niaga) produk pertanian dan olahannya


(41)

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk

usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang

dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar

negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian

didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul

produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-lain.

Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (downstream).

Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor

penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan

lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat pedesaan.

d. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting

institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan

melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan

sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait dalam kegiatan ini adalah penyuluh,

konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan

memberikan layanan informasi yang dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik

produksi, budidaya pertanian, dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan

seperti perbankan, model ventura, dan asuransi yang memberikan layanan keuangan

berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan

lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan

tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik

manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat

terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri

sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu

membutuhkan umpan balik dari subsistem usaha tani agar dapat memproduksi


(42)

sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya,

keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usaha tani bergantung pada

sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya,

proses produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang

dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti

telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga

subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami

kegagalan, sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga

keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian.

5. Agroindustri

Agroindustri dapat diartikan dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri

adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi

agroindustri pada konteks menekankan pada food processing management

dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah

produk pertanian. Menurut FAO (Hicks, 1996), suatu industri yang

menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20% dari

jumlah bahan baku yang digunakan adalah agroindustri. Arti yang kedua adalah

bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai

kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan

tersebut mencapai tahapan pembagunan. Oleh karena itu, dapat dimengerti

kalau pada rencana pembangunan lima tahun (REPELITA) VI sebagai tahap

awal pembangunan jangka panjang kedua (PJP-II) diarahkan sebagai peletakan

dasar untuk meningkatkan sumber daya manusia, menumbuhkan sikap

kemandirian dan pengembangan pertanian yang mengarahkan pada industri

pertanian (Soekartawi, 2001).


(43)

Makna berkelanjutan

(Sustainable) yang didampingi kata agroindustri

tersebut, maka pembangunan agroindustri yang berkelanjutan

(Sustainable

agroindustrial development) adalah pembangunan agroindustri yang

mendasarkan diri pada konsep berkelanjutan, dimana agroindustri yang

dimaksudkan dibangun dan dikembangkan dengan memperhatikan aspek-aspek

manajemen dan konservasi sumber daya alam. Semua teknologi yang

digunakan serta kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan

tersebut diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia masa sekarang

maupun masa mendatang. Jadi teknologi yang digunakan sesuai dengan daya

dukung sumber daya alam, tidak ada degradasi lingkungan, secara ekonomi

menguntungkan dan secara sosial diterima oleh masyarakat. Dari definisi ini

ada beberapa ciri dari agroindustri yang berkelanjutan, yaitu yang pertama

produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam

waktu yang relatif lama sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia pada

masa sekarang dan pada masa mendatang. Kedua, sumber daya alam

khususnya sumber daya pertanian yang menghasilkan bahan baku agroindustri

dapat dipelihara dengan baik dan bahkan terus ditingkatkan karena

berkelanjutan kerajinan tersebut sangat tergantung dari tersedianya bahan baku.

Ketiga, dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan

adanya kerajinan dapat diminimalkan (Soekartawi, 2001).

Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer

menjadi produk olahan, baik produk antara

(intermediate product)

maupun

produk akhir

(finish product), termasuk di dalamnya adalah penanganan pasca

panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri

bio-energi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industri agrowisata

(Arifin, 2004). Di lain pihak, kegiatan agribisnis memiliki arti penting bagi


(44)

pengembangan agroindustri yakni kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang

ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (yang menunjang kegiatan

pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian). Esensi

utama dari suatu sistem agribisnis sebagai keterkaitan seluruh komponen dan

subsistem agribinis yang terdiri atas (1) Sub Sistem Agribisnis Hulu, (2) Sub

Sistem Pengolahan Usaha Tani, (3) Sub Sistem Pengolahan, (4) Sub Sistem

Pemasaran serta (5) Sub Sistem Penunjang. Dengan elemen-elemen tersebut

bukan hal mudah untuk dapat memutuskan suatu strategi pengembangan yang

terintegrasi, apalagi dengan fakor eksternal yang sukar untuk dikendalikan

(Gumbira-Sa’id dan Intan, 2004).

Pada masa lalu, dengan orientasi pada peningkatan produksi, maka yang

menjadi motor penggerak sektor pertanian adalah usaha tani. Hasil usaha tani

menentukan perkembangan agribisnis hilir dan hulu. Hal di atas pada dasarnya

sesuai pada masa lalu, karena target pembangunan sektor pertanian masih

diorientasikan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Saat ini,

dan di masa yang akan datang, orientasi sektor pertanian secara

berangsur-angsur berubah kepada orientasi pasar. Dengan berlangsungnya

perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih

rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka

motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usaha tani kepada

agroindustri. Dalam hal ini, untuk mengembangkan sektor pertanian yang

modern dan berdaya saing, agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus

penentu kegiatan sub-sektor usaha tani dan selanjutnya akan menentukan

sub-sektor agribisnis hulu. Paling sedikit terdapat lima alasan utama agroindustri


(45)

penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di masa depan yakni

sebagai berikut (Kementrian Pertanian, 2004):

a. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan

komparatif menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada

akhirnya akan memperkuat daya saing produk agribisnis.

b. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar

sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi

pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan.

c. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir

(forward and backward linkages), sehingga mampu menarik

kemajuan sektor-sektor lainnya.

d. Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang

dapat diperbaharui sehingga terjamin keberlanjutannya;

e. Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur

ekonomi nasional dari pertanian ke industri dengan agroindustri

sebagai motor penggeraknya.

Sementara itu ahli yang Soeharjo (1991) mendefinisikan agroindustri

merupakan salah satu cabang industri yang mempunyai keterkaitan erat

langsung dengan pertanian. Jika pertanian digambarkan sebagai proses

menghasilkan produk-produk pertanian ditingkat primer maka kaitannya dengan

industri berlangsung ke belakang

(backward linkage) dan ke depan

(forward

linkage).

Kaitan ke belakang

(backward linkage) berlangsung karena pertanian

memerlukan input yang langsung dipakai di sektor pertanian. Sedangkan kaitan

kedepan

(forward linkage) berlangsung karena sifat-sifat produksi pertanian

yang sangat tergantung pada musim, mudah rusak atau karena permintaan

konsumen yang menuntut persyaratan kualitas. Menurut Soeharjo (1991),


(46)

lingkup agroindustri adalah pada industri yang mempunyai kaitan langsung

dengan sektor pertanian. Kaitan antar produksi dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(Petani, peternak, nelayan)

Gambar 2.4 Kaitan Antara Produksi Primer dan Industri (Soeharjo,1991)

Industri hulu

(upstream) adalah agroindustri yang melakukan kegiatan

pengadaan dan penyaluran sarana produksi, alat dan mesin pertanian.

Sedangkan industri hilir

(downstream) adalah agroindustri yang melakukan

kegiatan penanganan dan pengolahan produk pertanian. Dari uraian ini maka

dapat disimpulkan bahwa dalam agroindustri sektor pertanian dan sektor industri

harus dilihat sebagai satu kesatuan (Integrated). Gangguan pada salah satu

sektor misal, tidak tersedianya input modern dapat mengganggu kelancaran

pada industri pengolahan dan arah sebaliknya juga bisa terjadi.

Agroindustri sebagai kegiatan ekonomi dan bagian dari aktivitas

agribisnis yang mengolah hasil-hasil pertanian, dimana kegiatan agroindustri ini

memiliki tiga prinsip utama yaitu prinsip nilai tambah (setiap kegiatan agroindustri

yang akan dilaksanakan harus mampu menghasilkan atau meningkatkan nilai

tambah produk tersebut), prinsip kaitan input-output (setiap agroindustri yang

mengolah hasil pertanian harus mempunyai kemampuan untuk mendorong

berkembangnya industri-industri lain) serta prinsip mutu dan kontinyuitas

(keberhasilan dan kelangsungan kegiatan agroindustri pada dasarnya ditentukan

PRODUKSI INPUT,

ALAT DAN MESIN

PERTANIAN

PENANGANAN

DAN

PENGOLAHAN

PRODUKSI

PRIMER

Industri hilir :

1. Penanganan tanpa mengubah

struktur asli (pengawetan,

penyimpanan,....)

2. Pengolahan segera setelah produk

(tebu)

3. Pengolahan yang mengubah sifat

asalnya (kedelai menjadi kecap)

Industri Hulu :

1. Sarana produksi (bibit, benih,

pupuk, insektisida, fungisida)

2. Alat pertanian (bajak, cangkul,

pompa irigasi)

3. Mesin pertanian untuk

penyiapan lahan, pembibitan,

pembudidayaan, perikanan dan

peternakan


(1)

Sel 5 : frekuensi harapan e5 = = 3,5

Sel 6 : frekuensi harapan e6 = = 4,3

Sel 7 : frekuensi harapan e7 = = 5,3

Sel 8 : frekuensi harapan e8 = = 1,7

Dengan demikian, frekuensi yang diobservasi dan frekuensi harapan

masing-maisng sel dalam Tabel 4.5. Secara lengkap tercantum pada Tabel

4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Tabel Frekuensi Observasi dan Harapan pada Pemasaran Retailer

Kuantitas

Pemesanan

KD 600

KD 300

KD 150

KD 80

Total

Baris

Rendah

(50 sd 450)

Sel 1

200 (196,4)

Sel 2

245 (240,6)

Sel 3

290 (294,7)

Sel 4

100 (98,2)

835

Sedang

(500 sd 900)

Sel 5

0 (3,5)

Sel 6

5 (4,3)

Sel 7

10 (5,3)

Sel 8

0 (1,7)

15

Tinggi

( > 950 )

Sel 9

0 (0)

Sel 10

0 (0)

Sel 11

0 (0)

Sel 12

0 (0)

0

Total Kolom

200

300

300

100

850

Catatan : bilangan dalam kurung adalah frekuensi harapan

Pengujian hipotesis bahwa Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ memiliki

hubungan atau keterkaitan ke depan antara proses produksi kecap dengan

pemasaran retailer maka dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Ho : tidak ada keterkaitan ke depan antara proses produksi dengan

pemasaran retailer

Hi : ada keterkaitan ke depan antara proses produksi dengan pemasaran

retailer

2. Taraf signifikasi α = 5% dan

Derajat kebebasan φ = (a-1)(b-1) = (4-1)(3-1) = 6

Maka diperoleh nilai kritis = 12,832


(2)

Xh2 =

= + + +

+ + + +

= 0,065 + 0,080 + 0,074 + 0,032 + 3,5 + 0,11 + 4,16 + 1,7

= 9,721

4. Keterkaitan ke depan antara proses produksi dengan pemasaran global

Tabel 4.7. Tabel Kontigensi Keterkaitan ke depan antara proses produksi

dengan pemasaran kecap (4 x 3)

Jumlah

Pembelian

KD 600

KD 300

KD 150

KD 80

Total Baris

Rendah

(1 sd 834)

217

286

380

117

1000

Sedang

(834 sd 1667)

1

0

5

1

7

Tinggi

( >1167-2500

)

1

0

6

0

7

Total Kolom

219

286

391

118

1014

Frekuensi harapan =

Total observasi = 850 (toko retailer) jumlah keseluruhan pelanggan toko

retailer

Sel 1 : frekuensi harapan e1 = = 215,97

Sel 2 : frekuensi harapan e2 = = 282,05

Sel 3 : frekuensi harapan e3 = = 385,60

Sel 4 : frekuensi harapan e4 = = 116,37

Sel 5 : frekuensi harapan e5 = = 1,51


(3)

Sel 6 : frekuensi harapan e6 = = 1,97

Sel 7 : frekuensi harapan e7 = = 2,69

Sel 8 : frekuensi harapan e8 = = 0,814

Sel 9 : frekuensi harapan e5 = 1,51

Sel 10 : frekuensi harapan e6 = = 1,97

Sel 11 : frekuensi harapan e7 = = 2,69

Sel 12 : frekuensi harapan e8 = = 0,814

Dengan demikian, frekuensi yang diobservasi dan frekuensi harapan

masing-maisng sel dalam Tabel 4.7. Secara lengkap tercantum pada Tabel

4.8

.

Tabel 4.8. Tabel Frekuensi Observasi dan Harapan pada Pemasaran Global

Kuantitas

Pemesanan

KD 600

KD 300

KD 150

KD 80

Total

Baris

Rendah

(1 sd 834)

Sel 1

217 (215,97)

Sel 2

286 (282,05)

Sel 3

380 (383,60)

Sel 4

117 (116,37)

1000

Sedang

(834 sd 1667)

Sel 5

1 (1,54)

Sel 6

0 (1,97)

Sel 7

5 (2,69)

Sel 8

0 (0,81)

7

Tinggi

( >1167-2500 )

Sel 9

1 (1,54)

Sel 10

0 (1,97)

Sel 11

6 (2,69)

Sel 12

0 (0,81)

7

Total Kolom

219

286

391

118

1014

Catatan : bilangan dalam kurung adalah frekuensi harapan

Pengujian hipotesis bahwa Agroindustri Kecap ‘SEHATI’ memiliki

hubungan atau keterkaitan ke depan antara proses produksi kecap dengan


(4)

1. Ho : tidak ada keterkaitan ke depan antara proses produksi dengan

pemasaran retailer

Hi : ada keterkaitan ke depan antara proses produksi dengan pemasaran

retailer

2. Taraf signifikasi α = 5% dan

Derajat kebebasan φ = (a-1)(b-1) = (4-1)(3-1) = 6

Maka diperoleh nilai kritis = 12,832

3. Uji statistik ; chi kuadrat hitung (Xh2) adalah sebagai berikut :

Xh2 =

= + + +

+ + + +

+ + + +

=

0,0049 + 0,055 + 0,033 + 0,0034 + 0,189 + 1,97 +1,98 +

0,81 + 0,189 + 1,97 + 4,072 +0,81

= 12,086


(5)

(6)

Event Pengajian Akbar NU Ringinpitu Tulungagung

Event Bersih desa ‘Wayangan’ Lap. Ringinpitu