Latar Belakang Rekayasa sistem manajemen ahli dalam perencanaan produksi rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis

kesatuan sistem manajemen ahli. Rencana produksi merupakan integrasi model prakiraan harga dan volume permintaan, model prakiraan pasokan bahan baku, model perencanaan produksi, model ketersediaan kapasitas produksi dan kinerja rantai pasok. Kajian sistem rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis yang diteliti adalah untuk jenis SIR 20, yang dilakukan di PT Perkebunan Nusantara PTPN VIII dan perkebunan besar milik swasta di PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Porsi produksi SIR 20 pada perkebunan negara relatif kecil jika dibanding dengan RSS sehingga untuk kepentingan verifikasi dan validasi model digunakan data dan informasi dari PT. BSP karena jumlah produksi SIR relatif berimbang. Sistem rantai pasok yang menjadi fokus penelitian adalah pabrik sebagai pengolah dan kebun sebagai pemasok bahan baku yang berada dalam satu entitas yang sama inbound supply chain. Pabrik dan kebun memiliki sistem manajemen yang terpisah dengan tingkat otoritas keputusan pada lingkup kerja masing-masing.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, baik secara akademik maupun penerapannya sehingga berkontribusi nyata dalam pengembangan agroindustri Beberapa kegunaan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Model perencanaan produksi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menyusun rencana produksi yang dinamis dan terintegrasi, sehingga mampu mengoptimalkan kinerja rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis. 2. Rancangan sistem manajemen ahli menjadi sarana kordinasi antara pengambil keputusan pada pengelola pasokan bahan baku, pabrik karet spesifikasi teknis dan distributor. 3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan perencanaan produksi dalam suatu tatanan rantai pasok agroindustri dan pengembangan sistem pengambilan keputusan yang memanfaatkan pengetahuan pakar. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok Supply Chain Management merupakan pendekatan untuk mengintegrasikan seluruh mata rantai pengadaan barang mulai dari hulu ke hilir, yang terlibat secara langsung dan bersama-sama bekerja mengelola aliran barang, aliran uang dan aliran informasi untuk memproduksi dan mendistribusikan barang ke pemakai akhir. Pendekatan manajemen rantai pasok mengkordinasikan dan mengintegrasikan semua aktifitas proses dalam satu kesatuan, sehingga keseluruhan rantai bekerja bersama agar menjadi lebih kompetitif Levi et al. 2003; Chopra dan Meindl, 2001; Vokura et al., 2002 Tujuan penerapan pendekatan manajemen rantai pasok menurut Levi et al. 2002 adalah pengelolaan sumber daya secara efisien yang mengintegrasikan suppliers, manufacturers, warehouses and store, sehingga barang dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, pada lokasi dan waktu yang tepat untuk meminimumkan biaya sistem secara keseluruhan systemwide dan memenuhi tingkat pelayanan service level yang diinginkan. Penurunan biaya diantaranya berupa biaya transportasi, biaya penyimpanan dan biaya karena terjadinya idle capacity. Sistem rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang terlibat secara langsung dan bersama-sama bekerja dari hulu ke hilir mengelola aliran barang, aliran uang dan aliran informasi untuk menciptakan dan mengantarkan produk ke tangan pemakai akhir. Manajemen rantai pasok merupakan pendekatan terintegrasi dari upstream yaitu pemasok atau downstream yaitu konsumen. Aktifitas rantai pasok dibedakan ke dalam inbound logistic yaitu aliran material dan jasa dari pemasok ke produsen dan outbound logistic yaitu aliran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan-kegiatan logistik masuk in-bound logistics diantaranya prakiraan kebutuhan dan pembelian, sedang bagian logistik ke luar out bound logistics berkaitan dengan kegiatan perencanaan distribusi dan transportasi Blanchard, 2004 ; Rutner, 2007. Keberhasilan perusahaan besar dalam menerapkan SCM memungkinkan terjadinya kompetisi antar supply chain bukan lagi antar perusahaan, melainkan antar jaringan. Prinsip utama dalam SCM adalah saling berbagi sharing terhadap aliran material, aliran informasi yang menggabungkan keseluruhan elemen dalam rantai pasok. Menurut Frazelle 2001 dan Croxton et.al 2001 manajemen rantai pasok mengacu pada berbagai trade-off dalam cara mengelola delapan proses bisnis kunci yaitu : 1. Pengelolaan hubungan dengan konsumen customer relationship management 2. Pengeloaan layanan konsumen customer service management 3. Pengelolaan permintaan demand management 4. Pemenuhuan pesanan order fulfilment 5. Pengelolaan aliran manufaktur manufacturing flow management 6. Pengadaan procurement 7. Komersialisasi pengembangan produk product development commercialization 8. Pengembalian return

2.2 Pengkuran Kinerja Rantai Pasok

Untuk membangun kinerja yang efektif diperlukan suatu sistem pengukuran dalam manajemen rantai pasok untuk mencapai perbaikan secara berkelanjutan. Sistem pengukuran kinerja dibutuhkan untuk melakukan pemantauan dan pengendalian, menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan bersaing. Beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penerapan manajemen rantai pasok, salah satu pendekatan tersebut adalah Model Supply Chain Operations Reference SCOR yang dikembangkan oleh kelompok perusahaan yang bergabung dalam Supply Chain Council Pujawan, 2005 ; Aranyam et al., 2006 ; Bolstorff, 2007. SCOR adalah suatu kerangka untuk menggambarkan aktiftas bisnis antar komponen rantai pasok mulai dari hulu suppliers ke hilir customers untuk memenuhi permintaan pelanggan dan tujuan dari rantai pasok. Model ini terdiri atas 5 komponen utama dalam mengelola proses yaitu : perencanaan plan, sumber daya source, proses produksi make, pengiriman deliver dan pengembalian return seperti yang disajikan pada Gambar 1. Fungsi dari ke lima proses inti dalam model SCOR dijelaskan sebagai berikut :

1. Perencanaan plan yaitu proses merencana untuk mencapai keseimbangan

antara permintaan dan pasokan yang terkait dengan kegiatan pengadaan procurement, produksi dan distribusi. Perencanaan terdiri atas perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan material, perencanaan kapasitas, perencanaan kebutuhan distribusi, serta melakukan penyesuaian aligment antara supply chain plan dan financial plan. 2. Pengadaan sumber daya source merupakan proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dan proses penerimaan dari pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok. Jenis proses berbeda tergantung apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineer to order. Gambar 1 Komponen utama proses manajemen dalam SCOR model Bolstorf dan Rosenbaum, 2003 3. Produksi make merupakan proses untuk mentransformasi bahan baku atau komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan produksi dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target persediaan sesuai dengan strategi produksi make to stock, make to order atau engineer to order. Kegiatan yang dilakukan antara lain penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi, pengendalian kualitas, mengelola persediaan. 4. Pengiriman delivery merupakan proses untuk memenuhi permintaan pelanggan, meliputi pengelolaan pesanan, transportasi dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya menangani pesanan pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman dan mengirim tagihan kepada pelanggan 5. Pengembalian return yaitu proses yang meliputi kegiatan menerima pengembalian produk dari pelanggan karena berbagai alasan, mengidentifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian produk, penjadwalan serta melakukan pengiriman kembali. Kerangka SCOR menyediakan berbagai variasi ukuran kinerja untuk mengevaluasi rantai pasok yang disusun dalam beberapa tingkatan metrik ukuran yang berasosiasi pada salah satu dari atribut kinerja yaitu 1 reliability berkaitan dengan keandalan dalam pemenuhan pesanan, 2 responsiveness berkaitan dengan kecepatan waktu respon dalam memenuhi pesanan, 3 flexibility berkaitan dengan fleksibilitas dalam beradaptasi terhadap perubahan, 4 cost berkaitan dengan biaya-biaya dalam pengelolaan proses rantai pasok 5 asset berkaitan dengan efektifitas dalam mengelola asset untuk mendukung kepuasan konsumen Bolstorf dan Rosenbaum, 2003; Marimin et al. 2011. Salah satu ukuran yang dapat dikembangkan untuk mengukur kegiatan perencanaan yang mengacu pada metrik fleksibilitas dan realibilitas adalah bullwhip effect.

2.3 Bullwhip Effect

Menurut Pujawan 2005 dan Wang 2006 bullwhip effect atau efek cambuk adalah suatu keadaan yang terjadi dalam rantai pasok dimana pergerakan informasi permintaan dari sisi hilir pelanggan mengalami distorsi dan teramplifikasi sehingga terdapat variansi nilai yang cukup signifikan ketika informasi sampai pada rantai di sisi hulu. Distorsi informasi tersebut mengakibatkan serangkaian efek yang akan mengacaukan rantai pasok. Kekacauan ini disebabkan oleh terjadinya amplifikasi yang berakibat pada variabilitas permintaan dari hulu ke hilir. Diantara penyebab utama dari bullwhip effect adalah penyesuaian prakiraan permintaan demand forecast updating dan fluktuasi harga. Ilustrasi terjadinya distorsi informasi dalam rantai pasok dari hilir