Kapasitas Produksi Rekayasa sistem manajemen ahli dalam perencanaan produksi rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis

3. Resources Profile Approach Teknik perhitungan resource profile hampir sama dengan dua metode sebelumnya yang menggunakan pendekatan data waktu baku. Selain itu juga membutuhkan data lead time yang diperlukan pada stasiun-stasiun kerja tertentu. Pendekatan ini membutuhkan input due date untuk tiap-tiap stasiun kerja. Due date merupakan waktu dimana suatu pekerjaan harus selesai.

2.6 Prakiraan dan Pengelolaan Permintaan

Berbagai definisi dan pemahaman tentang prakiraan forecasting telah dikembangkan, secara garis besar prakiraan adalah proses menganalisis data historis masa lalu yang diproyeksikan ke dalam sebuah model untuk meperkirakan keadaan di masa yang akan datang Groover, 2001. Teknik prakiraan dikelompokkan atas ; 1 metode kualitatif dan 2 metode kuantitatif. Peramalan dengan metode kualitatif adalah peramalan dengan melibatkan pendapat pribadi dan pakar. Metode kuantitatif dibedakan menjadi dua kategori yaitu; 1 model deret waktu time series yang, dan 2 metode kausal yaitu didasarkan pada hubungan sebab akibat. Metode time series relatif banyak digunakan dalam melakukan prakiraan untuk menyusun rencana produksi, beberapa metode time series adalah, 1 metode pemulusan terdiri atas rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial, 2 metode ARIMA yaitu gabungan metode autoregresif dan rata-rata bergerak. 3 metode Fourier, dan 4 metode jaringan syaraf tiruan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengimplementasikan hasil prakiraan adalah nilai kesalahan peramalan dan jangka waktu periode prakiraan. Prakiran pasti mengandung kesalahan, besarnya nilai kesalahan dapat dihitung sebagai selisih antara nilai prakiraan dengan nilai sesungguhnya yang dikenal dengan istilah error kesalahan. Menurut Groover 2001 dan Makridarkis et al. 1998, besarnya nilai error dapat digunakan untuk menganalisa ketepatan metode yang digunakan. Formula umum perhitungan nilai kesalahan prakiraan adalah : e t = x t - F t dimana : e t : kesalahan pada periode ke-i x t : nilai sesungguhnya pada periode ke-i F t : nilai hasil prakiraan pada periode ke-i Ukuran nilai kesalahan sebagai ukuran bias atau selisih tidak efektif untuk menghitung jumlah kesalahan. Untuk menghindari kondisi saling menetralkan antara nilai kesalahan positif dan negatif sehingga ada kemungkinan nilai kesalahan menjadi nol, pada umunya digunakan perhitungan nilai kesalahan adalah Mean Square Error MSE dengan formula : Nilai kesalahan hasil prakiraan menunjukkan kemampuan model prakiraan mengurangi ketidakpastian yang terjadi. Panjang periode prakiraan menentukan akurasi hasil peramalan, prakiraan untuk perioe yang lebih pendek lebih akurat karena faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan. Periode yang lebih panjang mengkibatkan semakin besarnya kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Santoso, 2009. Terjadinya perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, mengakibatkan hasil prakiraan memiliki bias yang tinggi, sehingga diperlukan penyesuaian pada hasil prakiraan sehingga adaptif terhadap perubahan. Menurut Hanna 2009 prakiraan adalah kunci untuk menyeimbangkan antara kelebihan atau kekurangan pada tingkat produksi atau pasokan. Pada umumnya perencanaan produksi disusun berdasarkan hasil prakiraan permintaan. Prakiraan permintaan merupakan bagian dari aktifitas pengelolaan permintaan demand management. Pada dekade 30 tahun yang lalu prakiraan permintaan dianggap suatu aktifitas yang kurang penting. Era berkembangnya kekuatan bersaing melalui keberhasilan pengelolaan rantai pasok, demand management menjadi salah satu faktor penting untuk menciptakan keunggulan. Berbagai metode dikembangkan sehingga terjadi sinkronisasi dan kolaborasi antara sisi permintaan dan pasokan dalam sistem rantai pasok. Gambaran evolusi dari konsep demand management disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Evolusi manajemen permintaan Crum dan Palmatier, 2003 Pada konsep demand management hasil prakiraan permintaan yang dijadikan landasan dalam kegiatan produksi harus dapat beradaptasi dengan perubahan sehingga penyesuaian demand updating bisa dilakukan dalam horizon waktu yang lebih pendek. Proses mengelola permintaan dalam model demand mangement yang dikembangkan oleh Crum dan Palmatier 2003 yang ditunjukkan pada Gambar 6, meliputi ; 1 perencanaan permintaan, 2 komunikasi permintaan, 3 pengaruh permintaan dan 4 prioritas permintaan. Gambar 6 Demand management process model Crum dan Palmatier, 2003 Pemasok dan konsumen melakukan komunikasi dalam rangka berkolaborasi dalam penyebaran informasi yang berkaitan dengan rencana permintaan. Hasil perencanaan dianalisis sehingga dapat diidentifikasi faktor yang mempengaruhi tercapainya rencana. Tidak semua rencana permintaan dapat evolusi manajemen permintaan direalisasi, namun diperlukan suatu proses penyesuaian berdasarkan skala tingkat kepentingan sehingga pengelolaan permintaan ini dapat mengurangi faktor-faktor ketidakpastian.

2.7 Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan pendekatan terpadu sebagai metodologi pemecahan masalah yang kompleks dan bersifat interdisiplin dalam suatu sistem. Ciri-ciri pendekatan sistem adalah memiliki suatu metodologi perencanaan dan pengelolaan, bersifat multidisiplin terorganisir, menggunakan model matematik, berpikir secara kualitatif serta dapat diaplikasikan dengan komputer. Menurut Eriyatno 1999 persyaratan suatu substansi yang dikaji melalui pendekatan sistem adalah : 1 kompleks yang menggambarkan interaksi antar elemen yang cukup rumit, 2 dinamis dalam arti terdapat faktor yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, 3 probabilistik yaitu diperlukan suatu fungsi peluang didalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau merupakan suatu gugus dari tujuan-tujuan. Tahapan pemecahan masalah dalam pendekatan sistem dimulai dengan analisis kebutuhan, identifikasi sistem dan formulasi masalah dari suatu sistem nyata. Pengkajian masalah menggunakan pendekatan sistem didasari alasan 1 memastikan bahwa pandangan menyeluruh telah dilakukan, 2 mencegah analis menyajikan secara dini definisi masalah yang spesifik, 3 mencegah analis menerapkan secara dini model tertentu, 4 memastikan lingkungan masalah didefinisikan secara luas sehingga berbagai kebutuhan yang relevan dapat dipenuhi Simatupang 1995; Eriyatno, 1999.

2.8 Sistem Manajemen Ahli

Sistem Manajemen Ahli SMA merupakan integrasi dari Sistem Penunjang Keputusan SPK dan Sistem Pakar Turban, 2001. SPK didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer interaktif yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur Gorry dan Scott Morton, 1971 dalam Turban, 2001. Sedangkan sistem pakar adalah suatu sistem yang menggunakan pengetahuan manusia yang tersimpan pada suatu komputer untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan keahlian pakar. Dalam proses pengambilan keputusan, banyak masalah tidak terstruktur dan bahkan semi terstruktur yang sangat kompleks sehingga solusinya memerlukan keahlian yang dapat diberikan oleh suatu sistem pakar. Banyak SPK canggih yang dilengkapi dengan satu komponen yang disebut sub sistem manajemen berbasis pengetahuan. Komponen ini dapat menyediakan keahlian yang diperlukan untuk memecahkan beberapa aspek masalah dan memberikan pengetahuan yang dapat meningkatkan operasi komponen SPK yang lain Turban, 2001. Selanjutnya Turban 2001 menyatakan integrasi sistem pakar dengan SPK dapat berupa memasukkan sistem pakar ke dalam komponen-komponen SPK atau dengan membuat sistem pakar sebagai komponen yang terpisah dari SPK. Nama lain untuk integrasi sistem pakar dengan SPK adalah SPK intelejen dan Sistem Manajemen Ahli. Konfigurasi model dasar dalam sistem manajemen ahli ditampilkan pada Gambar 7. Gambar 7 Konfigurasi model dasar sistem manajemen ahli Turban, 2001 Sistim Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog Model Sistem Manajemen Basis Model SMA Mekanisme Inferensi rule-base skenario Pengetahuan Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Data Sistem Manajemen Data Pengguna SPK Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk mempermudah kerja atau bahkan mengganti tenaga ahli, penggabungan ilmu dan pengalaman dari beberapa tenaga ahli. Pada prinsipnya sistem pakar tersusun dari beberapa komponen yang mencakup Marimin, 2005 : 1. Fasilitas akuisisi pengetahuan 2. Sistem berbasis pengetahuan knowledge based system 3. Mesin inferensi inference engine 4. Fasilitas untuk penjelasan dan justifikasi 5. Penghubung antara pengguna dan sistem pakar user interface Fasilitas akuisisi pengetahuan digunakan sebagai alat untuk mengisi atau mendapatkan pengetahuan, fakta, aturan dan model yang diperlukan oleh sistem pakar dari berbagai sumber. Tahap akuisisi pengetahuan merupakan tahap penting, kritis dan sangat menentukan keberhasilan sistem pakar yang akan dikembangkan untuk pemecahan persoalan yang biasanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar. Sistem basis pengetahuan merupakan bagian yang memuat obyek-obyek pengetahuan serta hubungan yang dimiliki antar obyek-obyek tersebut. Basis pengetahuan merupakan sumber kecerdasan sistem dan hal ini dimanfaatkan oleh mekanisme inferensi untuk mengambil kesimpulan. Basis pengetahuan dapat dilakukan dengan cara jaringan semantik, ekspresi logika, obyek-atribut-nilai, frame, script, kaidah produksi, jaringan neural, representasi fuzzy dan pattern invocked program. Mesin inferensi merupakan komponen sistem pakar yang memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan dari basis pengetahuan sehingga tercapai kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan melalui pemilihan aturan –aturan yang ada pada basis pengetahuan yang dianggap sesuai dengan fakta yang dimasukkan oleh pengguna. Mekanisme inferensi juga dapat memberikan prioritas kepada setiap aturan yang dipilih dari basis pengethauan.Terdapat dua strategi dalam mesin inferensi yaitu strategi penalaran dan strategi pengendalian Marimin, 2005. Fasilitas penjelasan merupakan bagian yang menerangkan penalaran, aksi ataupun rekomendasi yang dilakukan oleh sistem pakar. Interaksi manusia-mesin