Sektor Pertambangan Sektor Pariwisata

Jumlah industri utama pada tahun 2004 adalah industri makanan, minuman, dan tembakau 795 unit dengan tenaga kerja 99.419 orang, industri tekstil pakaian jadi dan kulit 1.384 unit dengan tenaga kerja 247.492, industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk alat-alat kayu 106 unit dengan tenaga kerja 16.428 orang, jumlah industri kertas dan barang dari kertas cetakan dan penerbitan 151 unit dengan tenaga kerja 32.986 orang, industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi 621 unit dengan tenaga kerja 54.735 orang, industri logam dasar 47 unit dengan tenaga kerja 9.858 orang, industri mesin dan peralatan lain 265 dengan tenaga kerja 66.389 orang, dan industri pengolahan lain berjumlah 1.434 unit dengan tenaga kerja 330.056 orang.

4.5.7. Sektor Pertambangan

Daerah Jawa Barat mempunyai berbagai potensi bahan tambang dan galian, seperti minyak dan gas bumi di daerah Cirebon dan Indramayu, tambang emas di Gunung Pongkor, Gunung Limbung, dan Purwakarta. Selain itu, Jawa Barat juga memiliki bahan galian marmer di daerah Tasikmalaya, Bandung, dan Sukabumi. Batu kwarsa banyak terdapat di Bogor, Sukabumi, Bekasi dan Cirebon, fosfat banyak terdapat di daerah Ciamis dan Sukabumi, serta bentonit, zeloit dan gips tersebar di beberapa daerah. Hasil produksi bahan galian tahun 1998 menunjukkan data sebagai berikut: andesit 1.342.321 ton, batu kapur 3.481.841 ton, bentonit 43.576 ton, diatom 19.361 ton, feldsfar 5.457 ton, gypsum 1.648 ton, marmer 103 ton, sirtu 274.474 ton, pasir 48.626 ton, pasir kuarsa 126.286 ton, tanah liat 85.182 ton, trass 42.936 ton, zeolit 1.452 ton, dan yarosit 324 ton. Sedangkan tahun 2005 produksi bahan galian tersebut sebagai berikut: andesit 196,098 ton, batu kapur 7,519 ton, bentonit 47,978 ton, feldsfar 2,050 ton, marmer 41,466 ton, sirtu 26.791,073 ton, pasir 464,598 ton, pasir kuarsa 226,158 ton, tanah liat 62,732 ton, trass 165 ton, dan zeolit 5,284 ton.

4.5.8. Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Barat. Daerah ini memilki objek wisata yang beragam baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Wisata alam antara lain kawasan Puncak, Salabintana, Lembang, Tangkuban Parahu, Gunung Papandayan, Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Hutan Juanda di Bandung, Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango, Taman Nasional Ujung Kulon, Pantai Pelabuhan Ratu di Sukabumi, dan masih banyak lagi objek wisata lainnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota

Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, berpengaruh negatif terhadap PDRB per kapita masing-masing kabupatenkota. Tahun berikutnya, tahun 1998 terjadi penurunan PDRB kabupatenkota yang signifikan di Jawa Barat, kecuali Kabupaten Indramayu dan Kota Bekasi yang mengalami peningkatan PDRB per kapita. Setahun berikutnya, tahun 1999 PDRB per kapita mayoritas kabupatenkota mulai tumbuh lagi, dengan angka pertumbuhan yang tipis. Pada tahun 2000 terjadi penurunan pada beberapa daerah, seperti : Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Purwakarta, Kota Bogor, dan Kota Sukabumi. Masa Otonomi Daerah, tahun 2001-2005 mengalami perubahan, angka pertumbuhan PDRB bertambah di sebagian daerah di Jawa Barat. Kebijakan Otonomi Daerah telah memberikan angin segar, khususnya pada sebagian daerah yang bisa berhasil di dalam menjalankan pemerintahan daerahnya. Pengamatan struktur pertumbuhan ekonomi daerah melalui penggabungan secara sistematis terhadap laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita masing- masing kabupatenkota mengklasifikasikan kabupatenkota ke dalam kategori menurut Klasen Typologi. Setelah dicermati, rata-rata pertumbuhan untuk tingkat provinsi pada periode 1997-2000 sebesar -0,18 persen naik menjadi 5,66 persen pada periode 2001-2005. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan.