Kondisi Geografis Perekonomian GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Kondisi Geografis

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50’-7 50’ Lintang Selatan dan 104 48’-108 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya: a. sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta b. sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah c. sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia d. sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Banten Kawasan Utara merupakan daerah berdataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung- gunung ada di kawasan tengah. Selain itu, Jawa Barat yang memiliki lahan yang subur berasal dari endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai menyebabkan sebagian besar dari luas tanahnya digunakan untuk pertanian. Ini lebih dimungkinkan karena Jawa Barat yang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 190,2 mm, dan rata-rata hari hujan untuk tahun 2005 ini adalah 20 hari.

4.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan di berbagai daerah. Untuk itu pemerintah telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan.

4.2.1. Penduduk

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 39,96 juta jiwa. Pada tahun 2002 baru mencapai 37,20 juta jiwa, meningkat lagi menjadi 38,10 juta jiwa di tahun 2003, sedangkan tahun 2004 menjadi 39,10 juta jiwa. Pada tahun 2005 penduduk terbanyak di Jawa Barat ada di Kabupaten Bandung, yaitu sebesar 4,26 juta jiwa kemudian diikuti oleh Kabupaten Bogor 4,10 juta jiwa. Jumlah rumah tangga pada tahun 2005 di Jawa Barat mencapai 10.781.410 rumah tangga. Tertinggi berada di wilayah Kabupaten Bandung, yaitu 1.100.960 rumah tangga, Kabupaten Bogor sebesar 967.136 rumah tangga dan ketiga terbesar adalah Kota Bandung sebesar 672.896 rumah tangga. Di tahun 2005, kepadatan penduduk Jawa Barat mencapai 1.378,65 orang per kilo meter persegi. Kota Bandung masih merupakan daerah terpadat, yaitu sebesar 13.792,48 orang per kilo meter persegi, sedangkan yang terendah Kabupaten Ciamis hanya sebesar 681,70 orang per kilo meter persegi.

4.2.2. Tenaga Kerja

a. Komposisi Penduduk Usia Kerja Penduduk Usia Kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun dan lebih. Mereka terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja yakni yang bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. TPAK Jawa Barat tahun 2005 sebesar 62,88 lebih tinggi dibanding tahun 2004 sebesar 62,45 atau naik sebesar 0,69 persen. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai penganggur. Pada tahun 2005, jumlah angkatan kerja di seluruh Provinsi Jawa Barat sebanyak 17.040.084 orang. Yang aktif bekerja sebanyak 88,09 persen, dan yang menganggur sebanyak 11,91 persen. b. Komposisi Penduduk Yang Bekerja Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Hal lain dapat pula mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Sebagian besar penduduk Jawa Barat yang bekerja pada tahun 2005, memiliki jenis pekerjaan utama sebagai tenaga produksi, tenaga usaha pertanian dan tenaga usaha penjualan. Persentase penduduk yang bekerja pada sektor tersebut masing-masing 34,38 persen, 29,26 persen, dan 21,37 persen. Sedangkan yang bekerja sebagai tenaga ahli dan profesional masih sedikit. Tenaga profesional hanya berjumlah 3,77 persen, tenaga kepemimpinan sebanyak 0,54 persen, dan anggota TNI 0,53 persen. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Jumlah penduduk Jawa Barat yang mencari kerja pada tahun 2005 berjumlah 4.614.356 orang. Dari total tersebut, pencari kerja lulusan SLTA sebanyak 71,42 persen, lulusan Sarjana sebanyak 6,5 persen, SLTP 9,45 persen, lulusan Sarjana Muda 10,59 persen, dan lulusan SD 3,50 persen. Dapat disimpulkan bahwa dari semua pengangguran terbuka yang ada di Provinsi Jawa Barat, sebagian besar berpendidikan rendah.

4.3. Sosial

Kebijakan pembangunan di bidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat kompleks. Selain berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Bahkan keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat dievaluasi dan dijadikan sebagai indikator tahun-tahun selanjutnya. Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja, namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya sedangkan segi mental meliputi kondisi mental penduduknya. Salah satu upaya mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup usahapemerataan pembangunan dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Jawa Barat telah mengupayakan berbagai usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, agama dan kehidupan sosial lainnya. Bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, agama dan kehidupan sosial lainnya merupakan beberapa aspek yang ditampilkan dalam publikasi ini.

4.3.1. Pendidikan

Peningkatan Sumber Daya Manusia SDM merupakan modal untuk penggerak pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan disamping Sumber Daya Alam. Kebijakan pemerintah di dunia pendidikan sangat menentukan arah dan mutu pendidikan itu sendiri. Untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran pemerintah sangat membutuhkan data-data dunia pendidikan yang akurat. Pada tahun ajaran 20052006, rasio perbandingan antara jumlah murid terhadap jumlah guru untuk Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Umum serta Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Kejuruan Lanjutan adalah 29,24: 18,68: 14,93: 13,15.

4.3.2. Kesehatan dan Keluarga Berencana

Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk yang selalu bertambah dari tahun ke tahun. Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Pada tahun 2005 jumlah Rumah Sakit di Jawa Barat adalah 177 buah dengan 18.467 tempat tidur. Puskesmas dan Balai Pengobatan mencapai 6.134. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah tenaga medis berkurang dibandingkan dengan tahun berikutnya. Pada tahun 2005, jumlah dokter umum mencapai 1.622 dan dokter gigi mencapai 656. Pada tahun 2005, jumlah sarana pelayanan KB yang dimanfaatkan oleh akseptor KB baru di Provinsi Jawa Barat terbanyak adalah Pos KB desa yang berjumlah 8.883 buah. Sedangkan petugas jasa konsultasi maupun jasa pelayanan KB adalah Bidan sebesar 5.433 orang. Alat kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh akseptor baru adalah suntik sebanyak 464.941 akseptor, Pil 238.095 orang dan IUD sebanyak 79.704 akseptor. Program KB sedikit banyak dipengaruhi pula oleh kondisi perekonomian masyarakat Indonesia, dimana pada tahun 2005 di Provinsi Jawa Barat terdapat 1.353.588 keluarga pra-sejahtera, dan 8.762.760 keluarga sejahtera mulai dari tingkatan KS I sampai dengan KS III Plus.

4.3.3. Agama

Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila Pertama Falsafah Negara, yaitu kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Hasil yang telah dicapai dalam bidang agama, disajikan sebagai data keagamaan. Pada tahun 2005 jumlah tempat peribadatan umat Islam tercatat sebanyak 66.441 yang terdiri dari 37.906 Mesjid dan 28.535 Mushola. Tempat peribadatan agama lainnya berjumlah 1.945 yang terdiri dari Gereja Protestan 1.629, Gereja Katolik 110, Pura 25 dan Vihara 181.

4.3.4. Kehidupan Sosial Lainnya

Pada tahun 2005 terdapat 124.371 keluarga yang menempati tempat tinggal tidak layak, 280.389 anak terlantar dan 8.448 anak jalanan. Sementara itu, perkara pidana biasa yang dapat diputuskan di pengadilan negeri yang berada di Jawa Barat pada tahun 2005 berjumlah 9.037 kasus. Dari jumlah tersebut, pengadilan negeri Bekasi memutuskan perkara terbanyak, sebanyak 1.464 kasus, dan pengadilan negeri Kuningan memutuskan paling sedikit, 98 kasus. Untuk pengadilan tinggi di Jawa Barat, jumlah perkara pidana masuk sebanyak 329 kasus dan yang berhasil diputuskan sebanyak 348 kasus. Sedangkan jumlah perkara perdata yang masuk sebanyak 396 dan yang berhasil diputuskan sebanyak 462 kasus.

4.4. Perekonomian

Perekonomian di Jawa Barat menunjukkan perkembangan yang signifikan baik dari jumlah maupun keragamannya, hal ini menggambarkan bahwa Jawa Barat masih dianggap sebagai wilayah yang potensi untuk mengembangkan dan membangun berbagai kegiatan ekonomi. Munculnya berbagai kegiatan ekonomi baru di Jawa Barat tidak terlepas dari potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang ada, serta peningkatan fasilitas dan kemudahan berbagai akses untuk tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi dunia usaha. Disamping itu peningkatan kelompok lapangan usaha sekunder yang signifikan di Jawa Barat memacu tumbuhnya kegiatan ekonomi baru di sektor tersier yang memanfaatkan peluang dan menjembatani kegiatan ekonomi dari hulu ke hilir. Tahun 2000 Primer; 20,24 Sekunder; 32,32 Tersier; 47,24 Tahun 2005 Primer; 14,99 Sekunder; 50,55 Tersier; 34,47 Sumber: BPS, 2005 Gambar 4.1. Struktur Ekonomi Jawa Barat Menurut Kelompok Lapangan Usaha Tahun 2000 dan Tahun 2005 Bahwa peran kelompok lapangan usaha primer dalam perekonomian Jawa Barat perannya terus menurun yaitu dari 20,44 persen pada tahun 2000 menjadi 14,99 persen pada tahun 2005, penurunan peran kelompok primer lebih dipengaruhi oleh penurunan sektor pertanian di Jawa Barat. Penurunan peran kelompok lapangan usaha primer ini tidak terlepas dari perkembangan ekonomi kelompok lapangan usaha sekunder yang ditopang dengan peningkatan sektor industri yang sangat pesat, yaitu 47,24 persen pada tahun 2000 menjadi 50,55 persen pada tahun 2005, peningkatan kelompok ini juga membangkitkan peningkatan kelompok lapangan usaha tersier dari 32,32 persen pada tahun 2000 menjadi 34,47 persen pada tahun 2005. Peranan Jawa Barat terhadap total PDRB Indonesia meningkat dari 13,64 persen pada tahun 2004 menjadi 14,61 persen pada tahun 2005. Dengan nilai absolute PDRB atas dasar harga berlaku yang mencapai 387 triliyun rupiah pada tahun 2005, Jawa Barat merupakan provinsi ke 3 terbesar penyumbang kontribusi total nilai PDRB. Tabel 4.1. Peranan Perekonomian Beberapa Provinsi di Pulau Jawa Terhadap Nasional Tahun 2004-2005 PDRB milyar Rp Peranan Terhadap Nasional Provinsi 2004 2005 2004 2005 Jawa Barat 301,102 387,353 13,64 14,61 Banten 73,714 84,622 3,35 3,19 DKI Jakarta 375,562 436,251 17,05 16,46 Jawa Tengah 193,435 234,435 8,78 8,84 DI Yogyakarta 22,024 25,248 1,00 0,95 Jawa Timur 341,065 43,392 15,49 15,22 Pulau Jawa 1.306.812 1.571.302 59,33 59,28 Luar Jawa 985.708 1.079.426 40,67 40,72 Indonesia 2.202.520 2.650.728 100,00 100,00 Sumber: BPS, 2005 Keterangan: Angka Diperbaiki Angka Sementara Jawa Barat selain memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia, juga merupakan daerah penyangga ibukota dan sebagai wilayah pemasok berbagai kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Di samping itu Jawa Barat juga masih memiliki potensi untuk berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian yang sangat intensif karena stabilitas ekonomi nasional akan sangat dipengaruhi stabilitas ekonomi Jawa Barat. Peran sektor industri pengolahan dalam struktur perekonomian Jawa Barat pada tahun 2005 telah mencapai 44,68 persen meningkat dibandingkan perannya pada tahun 2000 yang mencapai 40,84 persen. Sektor pertanian mengalami penurunan dari 14,70 persen pada tahun 2000 menjadi 11,90 persen pada tahun 2005. Penurunan nilai tambah sektor pertanian selain dipengaruhi oleh nilai perubahan harga yang kecil juga karena pengurangan SDA, seperti banyaknya konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, yang di Jawa Barat diperkirakan mencapai 5 persen per tahun. Jika PDRB Jawa Barat dilihat dari segi penggunaannya, maka pada tahun 2005 pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan unsur pengeluaran yang dominan yaitu di atas 60 persen, diikuti oleh pembentukan modal tetap Bruto yang mencapai 15 persen. Pembentukan barang modal yang juga diterjemahkan sebagai investasi di Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 63,622 milyar rupiah atau 16,42 persen dari total penggunaan. Hal ini menjanjikan dalam pembangunan kegiatan perekonomian, dengan laju pertumbuhan yang relatif stabil antara 5-6 persen per tahun, menunjukkan bahwa iklim investasi Jawa Barat masih diminati oleh pelaku ekonomi, khususnya investor baik dari investor asing maupun investor domestik. Penambahan nilai investasi dapat memberikan gambaran adanya ekspansi usaha, pembangunan usaha baru atau peningkatan kapasitas usaha. Selain akan meningkatkan nilai tambah, investasi juga dapat membuka peluang dalam penyerapan tenaga kerja, namun perlu dicermati lebih jauh, agar peningkatan investasi ini bukan merupakan langkah yang inefisien. Neraca perdagangan ekspor dan impor Jawa Barat dari tahun 2003 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel. Perimbangan ekspor dan impor Jawa Barat dari tahun 2003-2005 menunjukkan nilai yang menggembirakan, hal ini terlihat dari net ekspor yang positif yang ditunjang oleh nilai ekspor ke luar negeri. Sedangkan perimbangan nilai ekspor dan impor Jawa Barat antar provinsi menunjukkan masih banyak mengeluarkan banyak biaya untuk impor dari provinsi lain dibandingkan dengan pendapatan yang diterima Jawa Barat dari hasil ekspor ke provinsi lain. Tabel 4.2. Neraca Perdagangan Ekspor dan Impor Jawa Barat Tahun 2003- 2005 Milyar Rupiah Uraian 2003 2004 2005 Ekspor 118.993.841,95 134.454.676,50 161.270.832,01 Antar Negara 65.801.517,46 81.222.222,40 105.200.861,75 Antar Provinsi 53.192.324,49 53.232.454,09 56.069.970,26 Impor 94.048.787,81 112.350.762,77 127.931.936,80 Antar Negara 39.701.798,73 49,548.333,47 57.854.570,46 Antar Provinsi 54.192.989,08 62.802.429,30 70.077.366,34 Net Ekspor 24.945.054,14 22.103.913,73 33.338.895,21. Antar Negara 26.099.718,73 31.673.888,93 47.346.291,29 Antar Provinsi 1.000.664,59 9.569.975,21 14.007.396,08 Sumber: BPS, 2005 Keterangan: Angka Diperbaiki Angka Sementara Struktur perekonomian Jawa Barat lebih banyak ditopang oleh Usaha Kecil dan Menengah. Peran Usaha Kecil dan Menengah dari tahun 2003-2005 menunjukkan kontribusi yang menguat yaitu dari 62,08 persen pada tahun 2003 menjadi 62,99 persen pada tahun 2005. Tabel 4.3. Struktur Perekonomian Jawa Barat Menurut Skala Usaha Tahun 2003-2005 Persen Skala Usaha 2003 2004 2005 Kecil 43,81 44,21 44,30 Menengah 18,27 18,28 18,69 Total Kecil dan Menengah 62,08 62,59 62,99 Besar 37,92 37,51 37,01 PDRB 100 100 100 Sumber: BPS, 2005

4.5. Realisasi Sektor-Sektor Ekonomi