Konsep Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak. Pembangunan ekonomi menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur output dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian di samping kenaikan output. Pada umumnya pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan Sukirno, 2004. Menurut Boediono 1985, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Jadi persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

2.2. Konsep Kemiskinan

Definisi tentang kemiskinan sangat beragam, terutama bila kemiskinan dilihat dari pendekatan subjektif. Konsep kemiskinan itu antara lain dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan bahan diberbagai keadaan hidup. Penggunaan istilah ini termasuk: a. Penggambaran kebutuhan material termasuk kekurangan bahan pokok dan pelayanan. b. Keadaan ekonomi, dimana kekurangan kekayaan biasanya dianggap sebagai modal, uang, barang material, atau sumber daya. c. Hubungan sosial, termasuk pengecualian sosial, ketergantungan, dan kemampuan untuk hidup dalam apa yang dianggap masyarakat sebagai hidup “normal”, contohnya, kemampuan untuk mendidik anak dan berpartisipasi dalam aktivitas masyarakat. Kemiskinan juga merupakan bentuk ketidakmampuan terhadap pihak penguasa sehingga mereka masuk dalam pihak kategori yang lemah, yang tidak bisa berbuat apa-apa, terancam dan tereksploitasi dan juga kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat Mubyarto, 2002. Indikator kemiskinan menurut BPS dilihat dari tingkat pendapatan minimum yaitu dilihat dari konsumsi kalori per kapita per hari sebesar 2100 kalori. Lingkungan masyarakat pada umumnya memandang kemiskinan bila pihak tersebut tidak mampu mengikuti standar kehidupan masyarakat sekitar atau dengan kata lain seseorang akan dikatakan miskin apabila pihak tersebut tidak dapat memenuhi konsumsi. Konsep tentang kemiskinan Bappenas dilihat dari kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar menurut Bappenas terpenuhinya kebutuhan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dalam melihat hak-hak ini Bappenas menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan kebutuhan dasar, pendekatan pendapatan, dan pendekatan kemampuan dasar. Pendekatan kebutuhan dasar melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pedidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan seperti membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan keputusan Mubyarto, 2002.

2.3. Ketimpangan Pendapatan