51
BAB III ASET NEGARA DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO
A. Keuangan Negara dalam BUMN Persero
1. Keuangan negara
Badan Usaha Milik Negara Persero adalah suatu bidang usaha yang modalnya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari harta negara. Hal ini baik
langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan hukum dengan keuangan negara. UU KN Pasal 1 ayat 1, menerangkan bahwa
; “keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
.” Keuangan negara meliputi kekayaan negara yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara.
Pendekatan yang dipergunakan untuk merumuskan definisi keuangan negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses dan tujuan.
93
a. Dari sisi obyek, keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fisikal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan,
94
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
93
Riawan Tjandra, Op.Cit, hlm. 3.
94
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 2 huruf g.
Universitas Sumatera Utara
52
b. Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi seluruh obyek sebagaimana
tersebut di atas yang dimiliki negara, danatau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan NegaraDaerah, dan badan lain
yang ada kaitannya dengan keuangan negara. c.
Dari sisi proses, keuangan negara mencangkup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
95
d. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan danatau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah negara. Terlihat bahwa definisi keuangan negara seperti yang disebutkan dalam
UU KN, lebih dekat dengan definisi yang pernah diberikan dalam Seminar ICW Indonesia Corruption Watch tanggal 30 Agustus- 5 September 1970 di Jakarta.
Definisi yang dianut oleh UU KN menggunakan pendekatan luas, dengan tujuan:
96
a. Terdapat perumusan definisi keuangan negara secara cermat dan teliti
untuk mencegah terjadinya multi interprestasi dalam segi pelaksanaan anggaran;
b. Agar tidak terjadi kerugian negara sebagai akibat kelemahan dalam
perumusan undang-undang; dan
95
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 1Tahun 2002 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 2.
96
Riawan Tjandra, Op.Cit, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
53
c. Memperjelas proses penegakan hukum apabila terjadi mal administrasi
dalam pengelolaan keuangan negara. Adanya rumusan pengertian dan ruang lingkup kekayaan negara yang
diatur dalam UU KN, berdasarkan pendekatan dari sisi prosesnya menyebabkan adanya suatu pemahaman bahwa aset BUMN Persero adalah aset negara yang
pembinaan, pengelolaan dan pengawasannya melibatkan negara atau pemerintah. Hal ini tidak sejalan dengan teori-teori perseroan yang berkembang saat ini.
BUMN Persero merupakan badan usaha yang berbentuk PT, yang seharusnya bertindak secara mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya. Peran pemerintah
dalam menjalankan pengelolaan keuangan negara khususnya terhadap kekayaan negara yang dipisahkan, seharusnya bersifat terbatas dari sisi pembinaan dan
pengelolaan harta tersebut, hal ini juga sesuai dengan maksud dari arti kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN Persero yang berbentuk PT memiliki cara
pembinaan dan pengelolaannya sendiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam UU PT.
2. Pengertian aset negara yang dipisahkan
Keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fisikal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
97
Bidang pengelolan keuangan negara yang sangat luas dikelompokan menjadi beberapa sub bidang yaitu: sub
97
W. Riawan Tjandra, Op.Cit, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
54
bidang pengelolaan fisikal, sub bidang pengelolaan moneter dan sub bidang pengelolaan negara yang dipisahkan.
98
Badan Usaha Milik Negara Persero adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Adapun
kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN untuk dijadikan penyertaan
modal negara pada persero danatau perum serta PT lainnya.
99
Maksud dipisahkan dari ketentuan tersebut dalam penjelasan UU BUMN adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
100
Jika dikaitkan dengan pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, maksud dari harta yang dipisahkan itu sebenarnya tidak lagi berada dalam ranah
keuangan negara, karena harta yang dipisahkan itu pengelolaan dan pembinaannya tidak didasarkan pada APBN. Berdasarkan ketentuan hukum,
APBN menjadi landasan atau dasar dari pengelolaan keuangan negara yang dilakukan pemerintah untuk penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, harta
negara yang telah ditempatkan menjadi harta BUMN Persero, maka pembinaan dan pengelolaannya bukan lagi menjadi tugas negarapemerintah melainkan
menjadi tugas dari organ perusahaan tersebut.
98
Ibid, hlm. 4.
99
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 1 angka 10.
100
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN Penjelasan Pasal 1 angka 10.
Universitas Sumatera Utara
55
3. Sumber keuangan negara
Sumber-sumber keuangan negara meliputi 6 hal, yaitu:
101
a.
Pajak, Pajak merupakan salah satu pos penerimaan negara yang utama.
Pajak merupakan hak pungutan resmi pemerintah berdasarkan undang- undang. Pajak itu dikenakan kepada wajib pajak, yaitu individu,
kelompok, maupun suatu badan usaha yag wajib membayar pajak kepada pemerintah.
b. Retribusi, Retribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah
berdasarkan undang-undang yang berlaku. Pembayar retribusi ini merupakan pihak yang telah menerima manfaat atas fasilitas pemerintah,
seperti retribusi pasar, retribusi parkir, dan jenis retribusi lainnya. c.
Keuntungan BUMN, BUMN adalah perusahaan negara yang mengelola sumber daya yang strategis dan menguasai hajat hidup banyak orang.
Sebagai perusahaan negara, BUMN memiliki kewajiban utama dalam melayani kepentingan umum dan kadangkala BUMN pun dapat
memperoleh laba dari hasil kegiatannya. Apabila suatu BUMN mampu bekerja secara efektif dan efisien, maka BUMN dapat memperoleh laba
yang besar sehingga secara otomatis meningkatkan penerimaan negara pula sebagai pemegang saham.
d. Pinjaman dan Hibah Bantuan, setiap negara memiliki sumber
penerimaan, akan tetapi apabila dari penerimaan tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsi negara, maka dapat mengajukan pinjaman
berupa investasi maupun pinjaman dari dalam atau luar negeri. Pinjaman
101
Ilmu Fakta Sumber-Sumber Keuangan Negara, Ilmu-fakta.blogspot.com diakses Minggu, 25 Maret 2012.
Universitas Sumatera Utara
56
yang diperoleh pemerintah merupakan utang yang nantinya harus dibayar kembali beserta bunganya sedangkan hibah atau bantuan biasanya didapat
dari negara lain dan tidak perlu dikembalikan. e.
Penjualan kekayaan negara, suatu negara memiliki sumber daya yang menjadi kekayaan negara. Oleh karena itu, kekayaan negara berupa barang
tambang, hasil hutan, hasil pertanian, dan sebagainya, dapat dijual ke negara lain untuk memperoleh tambahan penerimaan negara. BUMN
umumnya adalah pihak yang melakukan penjualan kekayaan negara. f.
Penerimaan Bea dan Cukai, bea dan cukai adalah pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap barang-barang tertentu yang masuk
atau yang keluar dari suatu Negara. Oleh karena itu, barang-barang tertentu yang masuk atau keluar suatu wilayah negara diharuskan
membayar sejumlah biaya yang dapat disetarakan sebagai pajak tidak langsung.
B. Pengelolaan Keuangan Negara di Tinjau dari UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
1. Pengelolaan keuangan negara
Pengelolaan keuangan negara dapat dilihat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD. Ada dua unsur yang dapat ditarik dari pengertian
Universitas Sumatera Utara
57
perbendaharaan negara, unsur pertama, yaitu mengenai hal pengelolaan dan unsur yang kedua mengenai hal pertanggungjawaban.
Pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari pelaksanaan pemerintahan negara. Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan
pejabat pengelola
keuangan negara
sesuai dengan
kedudukan dan
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
102
Tidak hanya itu, berdasarkan unsur-unsur dari pengertian perbendaharaan negara juga mencangkup pertanggungjawaban keuangan negara, yaitu melakukan
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD.
103
. Pengelolaan keuangan negara didasarkan atas legal framework di pusat
dan daerah. Di pusat landasan hukum pengelolaan keuangan negara antara lain meliputi:
104
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara e.
Undang-Undang Propenas f.
Undang-Undang APBN g.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
102
Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 15.
103
. Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 2 Huruf i.
104
W. Riawan Tjandra, Op.Cit, hlm. 35.
Universitas Sumatera Utara
58
h. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negaralembaga i.
Peraturan Presiden Pelaksana APBN j.
Peraturan Presiden Rencana Pembangunan Tahunan Undang-Undang APBNAPBD merupakan dasar bagi pemerintah pusat
maupun daerah untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negaradaerah. Pejabat yang ditugaskan yaitu Menteri Keuangan, GubernurWali KotaBupati
dalam melakukan tugasnya seyogianya memperhatikan dan menerapkan asas-asas hukum yang mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu
meningkatkan pelayanan dalam pengelolaan keuangn negaradaerah. Peningkatan pelayanan merupakan wujud pengabdian dengan tetap berpatokan pada asas-asas
pengelolaan keuangan negara.
105
Asas-asas pengelolaan keuangan negara yang terdapat dalam UU KN, antara lain sebagai berikut.
106
a. Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pengelolaan keuangan negara. c.
Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
105
Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit, hlm. 15.
106
Ibid, hlm. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
59
d. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. e.
Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah asas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa keuangan
untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara dengan tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun.
Untuk melindungi
keuangan negara
dalam pengelolaan
dan pertanggungjawabannya maka pemrintah dalam hal ini memberikan perlindungan
terhadap aset negara baik berupa uang atau barang dari suatu perbuatan penyitaan oleh pihak mana pun. Larangan tersebut diatur dalam Pasal 50 UU PN.
Perbendaharaan negara juga mengatur tentang pengelolaan investasi dan pengelolaan barang milik negara, yang dalam pengelolaan tersebut salah satunya
ditujukan untuk penyertaan modal pada BUMN Persero. Negara melalui satuan unit-unit usahanya yaitu BUMN Persero melakukan kegiatan usaha yang
menghasilkan barang danatau jasa serta mengelola kekayaan negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
2. Pengelolaan investasi negara
Pengelolaan investasi negara di dalam BUMN Persero adalah suatu usaha yang dilakukan pemerintah dengan melakukan investasi jangka panjang untuk
memperolah manfaat ekonomi, sosial danatau manfaat lainnya.
107
Manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya yang dimaksud adalah:
107
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 14 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
60
a. Keuntungan berupa dividen, bunga, dan pertumbuhan nilai perusahaan
yang mendapatkan investasi pemerintah sejumlah tertentu dan jangka waktu tertentu;
b. peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah
tertentu dalam jangka waktu tertentu; c.
peningkatan pemasukan pajak bagi negara sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagai akaibat langsusng dari investasi yang
bersangkuatan; danatau d.
peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan.
Investasi pemerintah dilakukan dalam bentuk investasi surat berharga dan investasi langsung. Investasi surat berharga meliputi investasi dengan cara
pembelihan saham, danatau investasi dengan cara pembelian surat utang dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi yang dimaksud
adalah keuntungan berupa dividen, bunga capital gain, dan pertumbuhan nilai perusahaan yang mendapatkan investasi pemerintah sejumlah tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Sementara, investasi langsung adalah berupa pernyetaan modal danatau
pemberian pinjaman oleh badan investasi pemrintah untuk membiayai kegiatan usaha. Penyertaan modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan usaha
dengan mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian PT danatau pengambilalihan PT. Kemudian, pemberian pinjaman adalah bentuk investasi
pemerintah pada badan usaha, badan layanan umum, pemerintah provinsi,
Universitas Sumatera Utara
61
kabupatenkota, dan badan layanan umum daerah dengan hak memperoleh pengembalian berupa pokok pinjaman, bunga, danatau biaya lainnya.
108
Investasi langsung meliputi bidang infrastruktur dan bidang lainnya yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Kerja sama investasi antara badan investasi pemerintah dengan badan
usaha danatau badan layanan umum dengan pola kerja sama pemerintah dan swasta public private partnership; danatau
b. kerja sama investasi antara badan investasi pemerintah dengan badan
usaha, badan layanan umum, pemerintah provinsikabupatenkota, badan layanan umum daerh, daatau badan hukum swasta non public private
partnership .
109
Pengelolaan investasi negara di dalam BUMN Persero merupakan investasi pemerintah secara langsung melalui penyertaan modal dengan
mendirikan perseroan atau mengambil alih suatu perseroan menjadi BUMN Persero. Pemerintah melakukan investasi melalui penyertaan modal berarti ada
pengalihan kepemilikan aset yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modalsaham negara pada BUMN Persero atau PT swasta. Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negaradaerahswasta ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
110
3. Pengelolaan barang milik negara
108
Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit, hlm. 31.
109
Ibid, hlm. 32.
110
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 41 ayat 4.
Universitas Sumatera Utara
62
Pengelolaan barang milik negara terhadap BUMN Persero merupakan hal yang penting juga untuk dikaji. Pemerintah melakukan investasi secara langsung
dalam dunia usaha yaitu melalui penyertaan modal. Penyertaan modal tersebut berupa aset negara baik uang ataupun barang yang dapat dinilai dengan uang.
Barang yang menjadi objek penyertaan modal tersebut dapat dikategorikan sebagai Barang Milik Negara BMN, karena berasal dari uang negara.
Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggran Pendapatan Belanja Negara APBN atau berasal dari perolehan
yang lainnya yang sah.
111
Dalam hal ini, batasan pengertian barang-barang yang berasal dari perolehan yang sah adalah barang-barang yang menurut ketentuan
perundang-undangan, ketetapan pengadilan, danatau perikatan yang sah ditetapkan sebagai barang milik negara.
112
Selanjutnya, dalam Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, dari pengertian BMN yang berasal dari perolehan lain yang sah
dimaksud dirinci dalam 4 bagian, yaitu: a.
Barang yang diperoleh dari hibasumbangansejenisnya. b.
Diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjiankontrak. c.
Diperoleh berdasarkan ketentuan perundang-undangan. d.
Diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
111
Herri Waloejo, Kebijakan Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara dalam Prespektif Hukum Keuangan Negara
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, hlm. 3.
112
Pokja RPP Pengelolaan BMND pada KPMK
, “Pengelolaan Barang Milik Negara
State Property Management ”, pbmkn.perbendaharaan.go.idartikel004.htm
Universitas Sumatera Utara
63
Barang dari hiba berasal dari pihak-pihak diluar dari pemerintah pusat, seperti pemerintah negara lain, pemerintah daerah dan pihak swasta. Barang dari
pelaksanaan perjanjiankontrak, seperti barang yang diperoleh dari kontraktor kontrak kerja sama KKKS terkait eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas
bumi. Sedangkan barang yang diperoleh dari ketentuan perundang-undangan, seperti barang eks asing.
113
Barang milik negara sebagai penyertaan modal terhadap BUMN Persero dalam peraktiknya adalah barang milik negara yang dipisahkan. Hal ini
didasarkan pada pengertian penyertaan modal itu sendiri. Penyertaan modal pemerintah adalah pengalihan kepemilikan BMN yang semula merupakan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modalsaham negara pada BUMN Persero.
114
Pemindahtanganan barang milik negara boleh dilakukan setelah memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Pemindahtanganan barang
milik negara kepada pihak lain dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.
115
Untuk terlaksananya tertib Pengelolaan BMN diperlukan adanya kesamaan presepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh dari fungsi-
fungsi yang
terkait dalam
pengelolaan BMN.
Penghapusan dan
pemindahtanganan BMN yang merupakan salah satu fungsiruang lingkup
113
Margono, Penatausahaan Barang Milik Negara Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, hlm. 1.
114
Herri Waloejo, Op.Cit, hlm. 4.
115
Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit, hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
64
pengelolaan BMN dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan dan melandasi asas-asas sebagai berikut:
116
a. Asas fungsional, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah
dibidang pengelolaan, BMN dilaksanakan oleh pengelola danatau pengguna BMN sesuai fungsi, wewenang, dan tangung jawab masing-
masing. b.
Asas kepastian hokum, pengelolaan BMN harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan, serta asas kepatutan dan
keadilan. c.
Azas transparansi keterbukaan, penyelenggaraan pengelolaan BMN harus transparan dan membuka diri terhadap hak dan peran serta
masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar dan keikutsertaannya dalam mengamankan BMN.
d. Efisiensi penggunaan, BMN diarahkan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan Tupoksi pemerintahan secara optimal.
e. Akuntanbilitas publik, setiap kegiatan pengelolaan BMN harus dapat
dipertaggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
f. Kepastian nilai pendayagunaan, BMN harus didukung adanya akurasi
jumlah dan nominal BMN. Kepastian nilai merupakan salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca Pemerintah dan pemindahtanganan BMN.
116
Herri Waloejo, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
65
Obyek penghapusan dan pemindahtanganan BMN adalah barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal berasal dari perolehan lainnya
yang sah sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96PMK.062007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, yaitu tanah danatau bangunan maupun selain tanah danatau bangunan.
117
Sementara itu, pemindatanganan barang milik negara selain tanah danatau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 dilakukan setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Kemudian, pemindahtanganan barang milik negara selain tanah danatau bangunan yang bernilai lebih dari Rp.
10.000.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000.000,00 dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian
hukum ketika dilakukan pemindahtanganan barang milik negara kepada pihak lain.
118
Subjek penghapusan dan pemindahtanganan BMN antara lain:
119
a. Subjek pelaksana
1 Pengelola barang untuk barang milik negara yang pada pengelola
barang. 2
Pengguna barang untuk barang milik negara yang masih digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi.
b. Subjek mitra penghapusan dan pemindahtanganan barang milik negara
1 Pemerintah Daerah PEMDA;
2 Badan Usaha Milik Negara BUMN;
117
Ibid, hlm. 5.
118
Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit, hlm. 35.
119
Herri Waloejo, Op.Cit, hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
66
3 Badan Usaha Milik Daerah BUMD;
4 Badan Hukum lainnya;
5 Perorangan.
Barang Milik Negara yang ada di dalam BUMN Persero merupakan barang milik negara yang dipisahkan dari APBN. Hal ini berarti pembinaan dan
pengelolaan BMN tidak lagi didasarkan kepada sistem APBN. BMN yang menjadi penyertaan modal untuk BUMN Persero di dalam APBN hanya
diperhitungkan sebagai modalsaham negara, sehingga hanya dicatat sebagai pengeluaran negara dalam bentuk penyertaan modal. Selanjutnya pembinaan dan
pengelolaan barang tersebut dilakukan oleh BUMN Persero sepenuhnya.
C. Status Hukum Aset Negara di dalam BUMN Persero Terkait Adanya Putusan MK. No. 48 dan 62PPU-XI2013
Berdasarkan ketentuan UU KN Pasal 2 huruf g, yang menyatakan bahwa keuangan negara meliputi kekayaan negaradaerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara. Menimbulkan pemahaman hukum dalam hal pembinaan dan pengelolaan harta yang dipisahkan masih tetap berada dalam ranah keuangan negara. Padahal
apabila suatu harta negara diklasifikasi sebagai harta yang dipisahkan maka harta tersebut tidak lagi menjadi rana APBN dalam pembinaan dan pengelolaannya.
Dari sisi negara terdapat tantangan berupa banyaknya kepentingan dari berbagai badan negarakementerian untuk intervensi pengelolaan BUMN.
Pengembangan BUMN mendatang, seharusnya mengedepankan 3 prinsip utama,
Universitas Sumatera Utara
67
yaitu clear objectives terdapat mandat yang jelas bagi pengelola BUMN sehingga mereka hanya bertanggung jawab pada satu pintu dan kejelasan objektiv
perusahaan bersifat komersial atau sosial, transparency prinsip high disclosure baik untuk pemerintah maupun BUMN dan political insulation di mana tugas
pemerintah dibatasi sebagai pengawas dan pengarah, sementara pengelola dilakukan oleh profesional secara mandiri sehingga governance BUMN dapat
dijalankan dengan baik.
120
Tuntutan kepada sektor usaha termasuk BUMN untuk melakukan reformasi dalam tata kelolanya Good Corporate Governance meningkat seiring
dengan tuntutan agar korporasi lebih accountable dan responsif terhadap tuntutan konsumen. Oleh karena itu, pemaksaan BUMN mengikuti ketentuan rezim
keuangan negara antara lain, UU KN dan UU PN justru merupakan excessive and unnecessary regulation
berakibat counter productive yang akan membelenggu dan membatasi direksi BUMN dalam operasionalnya sehingga berpotensi pada
BUMN kehilangan momentum untuk mendapatkan oppotunity gain.
121
Berkaitan dengan apakah kekayaan BUMN merupakan keuangan negara, banyak ahli menegaskan bahwa kekayaan negara menyangkut BUMN berbentuk
Persero bukanlah harta kekayaan negara secara keseluruhan. Melainkan kekayaan negara yang dipisahkan dalam BUMN yang berbentuk saham yang dimiliki oleh
negara. Pemahaman yang keliru terjadi saat keuangan negara ditafsirkan sebagai seluruh aset BUMN merupakan aset pemerintah. Jika demikian berarti seluruh
piutang maupun utang BUMN juga piutang pemerintah dan mestinya utang-utang BUMN adalah utang pemerintah. Pada hal, ketika suatu bagian kekayaan negara
120
Republik Indonesia Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48PUU-XI2013, hlm. 49.
121
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
68
masuk pada BUMN, maka bagian kekayaan pemerintah yang disertakan di dalamnya tunduk kepada ketentuan rezim korporasi. Dari konsepsi inilah para
Pemohon melakukan Uji Materi Pasal 2 huruf g dan huruf i, UU KN ke Mahkamah Konstitusi.
122
Mengenai ketentuan dalam Pasal 2 huruf g UU KN telah dilakukannya uji materil ke Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 48 dan 62 PUU-XI2013 dalam pemohonannya bahwa ketentuan Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 menegaskan batasan hukum pengelolaan keuangan negara
adalah keuangan sebagaimana diatur dan dirumuskan dalam undang-undang tentang APBN, sehingga hak dan kewajiban negara secara yuridis-konstitusional
dan yuridis formal ada pada UU APBN dalam rangka mencapai tujuan bernegara guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
123
Ketentuan Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ketika dijabarkan dalam ketentuan Pasal 2 huruf g dan huruf i UU
KN, mengandung benturan norma, benturan regulasi, dan benturan kewenangan yang langsung maupun tidak langsung berpotensi menyebabkan kerugian bagi
orang perorang, masyarakat atau badan hukum privat.
124
Implikasinya terhadap kedudukan aset BUMN Persero yang berdasarkan ketentuan Pasal 2 huruf g
termasuk sebagai aset negara yang pembinaan dan pengelolaannya merupakan bagian dari keuangan negara. Pada hal seharunya berdasarkan pengertianmaksud
harta yang dipisahkan dari keuangan negara, mengartikan bahwa pembinaan dan pengelolaan asetnya tidak lagi didasari oleh sistem APBN.
122
Ibid, hlm. 48.
123
Ibid , hlm. 32.
124
Ibid, hlm. 33.
Universitas Sumatera Utara
69
Isi pokok permohonan, berdasarkan register perkara Nomor 48PUU- XI2013 dan Nomor 62PUU-XI2013, para Pemohon mengajukan permohonan
pengujian materill terhadap ketentuan UU KN dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Ketentuan yang diuji materilkan adalah Pasal 2 huruf g dan huruf i UU KN, yang berbunyi sebagai berikut:
Keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 meliputi: huruf g: “Kekayaan negarakekayaan daerah yang dikelolah sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pad
a perusahaan negara perusahaan daerah.” Huruf i: “kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah. Serta pengujian materil ketentuan Pasal 6 ayat 1, Pasal 9 ayat 1 huruf b, Pasal
10 ayat 1 dan ayat 3, serta Pasal 11 huruf a Undang-Undang tentang Badan Pemeriksa Keuangan selanjutnya disebut UU BPK pada perkara Nomor
62PUU-XI2013.
125
Ketentuan Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pasal 9 ayat 1 UU BPK berbunyi bahwa BPK meminta keterangan danatau
dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan
Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pasal 10 ayat 1 yang
125
Ibid, hlm. 98.
Universitas Sumatera Utara
70
menyatakan bahwa BPK menilai danatau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang
dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMNBUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Selanjutnya Pasal 10 ayat
3 huruf b menyatakan bahwa pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negaradaerah kepada bendahara, pengelola BUMNBUMD, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK. Pasal 11 hurf a menyatakan bahwa BPK dapat memberikan pendapat kepada
DPR, DPD, DPRD, Pemerintah PusatDaerah, Lembaga Negara lain, Bank Indonesia, BUMNBUMD, Badan layanan umum, yayasan, dan lembaga atau
badan lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaannya.
126
Para pemohon pada pokoknya menyatakan bahwa dengan diberlakukannya ketentuan-ketentuan
a quo,
telah mengakibatkan
terjadinya kerugian
konstitusional dialami oleh para pemohon, dengan alasan:
127
1. Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 mengamanatkan APBN sebagai wujud
pengelolaan keuangan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan ditujukan untuk memperluas makna keuangan negara sehingga negara
menjadi tidak fokus mencapai tujuan bernegara melalui penggunaan keuangannya.
2. Undang-Undang Keuangan Negara sebagai undang-undang organik Pasal 23
ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan berbagai peraturan perundangan serta perangkat peraturan pelaksanaan yang terkait
dengan keuangan negara tidak menciptakan pengakuan, jaminan, dan
126
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 6 ayat 1, Pasal 9 ayat 1, Pasal 10 ayat 1 dan 3 serta Pasal 11 huruf a.
127
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 42PUU-XI2013, Op.Cit, hlm. 99.
Universitas Sumatera Utara
71
kemampuan untuk menciptakan kepastian hukum yang adil dan persamaan dihadapan hukum.
3. Dengan menjadikan perusahaan negara sebagai salah satu ruang lingkup
keuangan negara menyebabkan perusahaan negara tersebut alat politik negara, sehingga perusahaan negara cendrung distortif terhadap pasar dan protektif
dalam memberikan
penjelasan mengenai
perseroan karena
lebih memperhatikan kebutuhan dan tuntutan pemilik modal awal dan pemegang
saham mayoritas, yaitu negara. 4.
Ruang lingkup keuangan negara berdasarkan Pasal 23 ayat 1 Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebatas yang terwujud
dalam APBN, sehingga ketentuan dalam Pasal 2 huruf g dan i UU KN bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pasal 2 hurf g dan i UU KN tidak memberikan kepastian hukum terhadap
status kekayaan BUMN termasuk kekayaan negara atau bukan, dikarenakan terdapat banyak perusahaan sebagai badan hukum yang mendapat fasilitas dari
pemerintah, dalam hal ini apakah kekayaan perusahaan tersebut menjadi kekayaan negara.
6. Cakupan ruang lingkup kewenangan yang diatur dalam UU BPK ternyata
menjangkau BUMN yang secara nyata dipisahkan dari sistem APBN sehingga menimbulkan disparitas, disharmonisasi dan inkonsistensi kewenangan BPK.
Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi ini bahwa ada perbedaan pandangan antara Pemerintah dengan pemohon mengenai keuangan negara.
Universitas Sumatera Utara
72
Pendapat pemerintah dalam pokok perkara putusan Mahkamah Konstitusi ini, dijelaskan oleh Saldi Isra mengatakan bahwa:
128
BUMN dalam sebuah negara kesehjateraan memegang peran strategis, yaitu sebagai agent of development sekaligus menjalankan social function.
Dalam kerangka itulah kekayaan negara yang dipisahkan dalam BUMN dan BUMD tetap termasuk dalam konteks kuangan negara. Sehingga harus
dikelola dan diawasi sesuai ketentuan pengelolaan keuangan negara. Mandat konstitusi tersebut menempatkan negara sebagai pihak yang
memikul tanggung jawab untuk mengintervensi proses pencapaian kesehjateraan rakyat. Negara dituntut bertindak aktif agar pengajuan
kesehjateraan umum dapat diwujudkan.
Dasar pemikiran diterbitkannya UU Keuangan Negara adalah dalam rangaka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 dengan dibentuknya pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintah dalam berbagai bidang.
Menurut Mulia P. Nasution bahwa:
129
Ruang lingkup pengelolaan keuangan negara sebagai penjabaran ketentuan UUD 1945 meliputi tidak saja APBN, tetapi juga pengelolaan seluruh hak-
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan hak dan kewajiban tersebut.
Menurut Saldi Isra mengatakan bahwa:
130
“maksud keuangan negara dalam UUD 1945 harus dipahami atau dimaknai sebagai semua keuangan yang digunakan di
dalam penyelenggaraan negara baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, termasuk penyelenggaraan urusan negara pada badan-badan usaha milik negara
dan daerah.” Kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah
adalah bagian dari kekayaan negara yang merupakan salah suatu unsur keuangan negara yang wajib dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal ini diterangkan oleh parah
128
Ibid, hlm. 106.
129
Ibid, hlm. 107.
130
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
73
ahli mewakili pemerintah dalam putusan Mahkamah Konstitusi, pendapatnya antara lain oleh Muchsan yang menyatakan bahwa:
131
Dalam rangka untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam pelayanan ini, pemerintah mengunakan organ-organ, baik publik, semi
publik, ataupun privat murni, menurut hemat saya, BUMN atau BUMD merupakan lembaga yang semi publik, artinya memang mempunyai ciri
publik ataupun juga mempunyai ciri privat. Ibarat dalam kata sehari-hari ini merupakan lembaga privat yang berpalat merah.
Menurut Saldi Isra mengatakan bahwa:
132
“yang dikelola sebagai BUMN adalah cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka
tidak mungkin negara melepaskan proses pengelolaannya begitu saja tanpa mengintervensi. Jika itu dilakukan, maka penguasaan negara dalam bentuk
pengelolaan a kan kehilangan arti dan bentuk.” Adapun menurut Sri Edy Swasono
mengatakan bahwa:
133
“kekayaankeuangan BUMN telah sesuai dengan definisi keuangan negara yang benar, betul-betul sesuai dengan benar, yaitu UU KN, dan
sesuai pula dengan paham demokrasi ekonomi dan hak sosial rakyat yang tertanam di dalamnya, sebagaimana yang tertulis pada Pasal 23 Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 .” Serta menurut Miko Kamal mengatakan
bahwa:
134
”implementasi dari kewenangan negara menguasai cabang-cabang produksi penting itu adalah turun tangannya negara mendirikan BUMN dengan
modal yang berasal dari kekayaan negaradaerah yang dipisahkan.”
Tujuan negara melakukan pemisahan kekayaan negara adalah untuk menempatkan kekayaan negara sehingga dapat dikelola secara korporasi yang
nantinya menjadi salah satu upaya yang dapat menjaga potensi penerimaan yang telah menjadi hak negara sehingga menghasilkan manfaat bagi peningkatan
131
Ibid, hlm. 110.
132
Ibid,
133
Ibid,
134
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
74
perekonomian negara serta meningkatkan kesehjateraan dan kecerdasan masyarakat.
135
Berdasarkan putusan Nomor 48 dan 62 PUU-XI2013 Mahkamah Konstitusi menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Hakim
Mahkamah konstitusi dalam putusannya berpendapat bahwa BUMND menyelenggarakan amanah konstitusional dalam Pasal 31, Pasal 32, dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai kepanjangan tangan dari negara dalam menjalankan sebagaian fungsi negara
untuk mencapai tujuan negara. Oleh karena itu, dari prespektif modal badan hukum, keuangan yang menjadi modalnya sebagian atau seluruhnya berasal dari
kuangan negara. Dari prespektif ini dan fungsi badan hukum dimaksud, tidak dapat sepenuhnya dianggap sebagai badan hukum privat.
136
Pendapat hakim dalam putusan Nomor 62 PUU-XI2013 menyatakan modal usaha BUMN dan BUMD tersebut adalah tetap sebagai keuangan negara
dan demikian BPK berwenang memeriksanya. Menurut Mahkamah, pemisahan kekayaan negara dimaksud dilihat dari prespektif transaksi bukanlah merupakan
transaksi yang mengalihkan suatu hak, sehingga akibat hukumnya tidak terjadi peralihan hak dari negara kepada BUMN, BUMD atau nama lain yang sejenisnya.
Dengan demikian kekayaan negara yang dipisahkan tersebut masih tetap menjadi kekayaan negara, dan oleh karena itu BPK mempunyai kewenangan untuk
memeriksa pengelolaan aset BUMN.
137
135
Ibid, hlm. 112.
136
Ibid, hlm. 226.
137
Republik Indonesia Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62PUU-XI2013, hlm. 231.
Universitas Sumatera Utara
75
Pendapat Mahkamah tentang kedudukan BUMN kiranya sama dengan pendapat dari Muchsan yang menyatakan bahwa BUMN adalah lembaga yang
semi publik, dengan arti bahwa BUMN terdapat padanya ciri publik dan ciri privat. Sehingga dari pendapat Muchsan tersebut bisa dimaknai bahwa BUMN
tidak dapat sepenuhnya dianggap sebagai badan hukum privat. Lahirnya putusan Mahkamah Konstitusi ini menegaskan bahwa aset
BUMN adalah aset negara yang merupakan ruang lingkup dari kuangan negara walaupun pembinaan dan pengelolaannya tidak didasari dengan sistem APBN,
namun pengelolaan dan pembinaannya harus tetap dipantau dan diawasi. Karena sifat BUMN yang modalnya berasal dari negara dan tidak hanya mencari
keuntungan juga sebagai badan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan sosial. Dari putusan tersebut apabila di perhatikan secara seksama, pemerintah
memandang bahwa semua BUMN itu sama, karena tidak ada pembedaan antara BUMN yang bergerak dibidang publik dengan BUMN yang tujuannya mencari
kuntungan. Padahal apabila dilihat dari jenis-jenis BUMN, bahwa BUMN terdapat dua bentuk, yaitu Perum dan Persero. Dalam penjelasan para ahli yang
mewakili pemerintah dalam putusan tersebut kebanyakan BUMN yang dimaksudkan adalah BUMN yang bergerak di bidang publik, sebagai wujud dari
pelaksanaan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Lantas bagaimana dengan BUMN Persero, yang jelas-jelas ciri dan sifatnya
identik dengan PT, hal ini kiranya terhadap BUMN Persero tentang status asetnya dapat diperdebatkan kembali.
Ada beberapa putusan pengadilan mengenai BUMN Persero yang secara substansi berbeda dengan putusan Nomor 48 dan 62 PUU-XI2013. Kekayaan
Universitas Sumatera Utara
76
negara yang diperuntukkan untuk digunakan sebagai pernyetaan modal negara ke dalam BUMN menurut Fatwa Mahkamah Agung pada tanggal 16 Agustus 2006
bukan lagi merupakan kekayaan negara. Sebab Mahkamah menyatakan bahwa modal BUMN berasal dari kekayaan yang dipisahkan dari APBN, oleh karena itu,
kriminalisasi kebijakan oleh pemimpin BUMN dipandang kurang tepat apabila dijerat dengan UU Tindak Pidana Korupsi, karena tidak ada unsur kekayaan
negara di dalamnya.
138
Sesuai dengan prinsip PT apabila ada suatu kerugian yang diakibatkan karena kesalahan atau kelalaian Direksi atau organ lain maka dapat di
tuntut kepengadilan, dengan menggunakan prinsip piercing the corporate veil. Status hukum aset negara yang dipisahkan sebagai aset BUMN Persero
juga didukung oleh keputusan MK Nomor 77PUU-IX2011 tanggal 25 September 2012 yang lalu telah menyatakan bahwa piutang BUMN bukan piutang
negara, dan utang BUMN bukan utang negara, serta ditegaskan juga bahwa kerugian BUMN bukan kerugian negara.
139
Dalam pertimbangan hukumnya Mahkamah mengutip pendapat dari Darmito Hartono yang menyatakan bahwa,
berdasarkan teori badan hukum terdapat dua jenis badan hukum yaitu badan hukum yang bersifat publik dan badan hukum yang bersifat privat.
Badan hukum yang bersifat privat adalah perseoran terbatas yang bersifat publik seperti badan layanan umum atau Perum. Dalam hal piutang dari
nasabah debitur para Pemohon disebut piutang privat. Hal tersebut disebabkan karena dana yang berasal dari APBN telah dipisahkan dalam
bentuk saham ke dalam badan hukum PT BUMN tersebut. Sehingga hal tersebut diatur menurut penjelasan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara selanjutnya disebut UU BUMN. Bahwa yang dipisahkan dalam APBN adalah
pemisahan kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya
pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem anggaran pendapatan dan belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya
didasarkan pada prinsip perusahaan yang sehat. Sehingga dalam hal ini terjadi teori transformasi dari badan hukum publik kemudian menjadi
138
Republik Indonesia Putusan Mahkamah Agung tanggal 16 Agustus 2006
139
Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 77PUU-IX2011 tanggal 25 September 2012
Universitas Sumatera Utara
77
badan hukum privat dimana kekayaan tersebut dipisahkan menjadi saham. Negara dalam hal ini adalah sebagai pemegang saham bukan negara
sebagai badan hukum publik.
140
Pendapat Mahkamah dalam putusan ini adalah bahwa BUMN adalah badan usaha
yang memiliki kekayaan terpisah dari kekayaan negara, sehingga kewenangan pengurusan kekayaan, usaha, termasuk penyelesaian utang-utang BUMN tunduk
pada hukum PT berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UU PT.
141
International Court of Justice ICJ dalam penyelesaian kasus Barcelona
Traction, Light Power Co, dalam putusannya menyatakan bahwa, pemisahan hak kekayaan antara perusahaan dan pemegang saham adalah manifestasi penting
dalam pembedaan ini. Selama perusahaan masih hidup, pemegang saham tidak punya hak terhadap korporasi.
142
Berdasarkan dari putusan ICJ tersebut kiranya negara sebagai pemegang saham tidak mempunyai hak untuk mengintervensi
kebijakan bisnis yang diambil oleh BUMN Persero. Beberapa putusan tersebut menunjukan bahwa kekayaan negara yang
disertakan dalam BUMN Persero bukan lagi merupakan harta kekayaan negara yang pembinaan dan pengelolaan dilaksanakan oleh negara. Kerugian yang
dialami, merupakan kerugian komersial bukan kerugian publik. Negara sebagai pemegang saham menanggung resiko sebesar saham yang disetor.
Badan Usaha Milik Negara Persero dalam pembinaan dan pengelolaan seharusnya bertindak secara mandiri dengan memperhatikan tata kelola yang baik.
Hal ini bertujuan agar BUMN Persero dapat mengembangkan sayapnya dalam
140
Republik Indonesia Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PUU-IX2011, hlm. 69.
141
Ibid, hlm. 71.
142
Achmad Zen Umar Purba, dalam salinan Putusan Mahkama Konstitusi RI No. 48PUU-XI2013, hlm. 83.
Universitas Sumatera Utara
78
dunia bisnis, sehingga negara sebagai pemegang saham dapat mendapatkan manfaat dari kegiatan persero.
Keluarnya Putusan MK No. 48 dan 62PUU-XI2013 menegaskan status hukum aset BUMN Persero adalah aset negara. Putusan ini pada dasarnya
bertentangan dengan putusan-putusan hakim lainnya, tetapi apabila putusan ini hanya dilihat dari pengertian keuangan negara saja maka putusan MK No. 48 dan
62PUU-XI2013 adalah tepat. Hanya saja pendapat hakim yang mengatakan bahwa BUMN Persero adalah suatu badan hukum yang semi privat adalah suatu
kekeliruan dan bertentangan dengan teori-teori hukum perseroan serta hukum positif yang mengatur tentang perseroan. PT adalah badan hukum privat dan
bukan badan hukum publik. Penegasan pengertian keuangan negara tersebut berdampak pada
permasalahan yang lain yaitu upaya pengajuan permohonan kepailitan pada BUMN Persero yang akan dibahas pada bab berikut. Apakah suatu BUMN
Persero dapat dipailitkan atau tidak, dengan memperhatikan ketentuan bahwa terhadap aset negara tidak dapat dilakukan penyitaan.
Universitas Sumatera Utara
79
BAB IV PENERAPAN SITA UMUM TERHADAP ASET BADAN USAHA MILIK
NEGARA PERSERO PAILIT
A. Kepailitan Sebagai Sita Umum