42
sebagai badan
hukum sampai
dengan selesainya
likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
74
C. Pengelolaan BUMN Persero sebagai Perseroan Terbatas
Berdasarkan pengaturan UU BUMN sekarang ini, jenis BUMN disederhanakan menjadi dua, yaitu perusahaan Perseroan dan Perusahaan Umum.
Pengertian Persero dijelaskan dalam UU BUMN sebagai berikut,
75
bahwa perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang
berbentuk PT yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Berdasarkan pengertian persero tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
bentuk hukum badan usaha persero adalah PT. Hal ini berarti ketentuan tentang PT berlaku juga untuk persero. Dijelaskan dalam pasal 11 UU BUMN yang
menyatakan bahwa terhadap persero berlaku juga seluruh ketentuan dan prinsip- prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PT
terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007.
76
Badan Usaha Milik Negara Persero memilih bentuk badan hukum PT sebagai bentuk badan hukumnya. Badan hukum ini memiliki karakteristik
diantaranya, sebagai berikut:
77
1. Makna usahanya untuk memupuk keuntungan, pelayanan dan pembinaan
organisasi yang baik, efektif, efisien, dan ekonomi secara business-zakelijk,
74
Habib Adjie, Op.Cit, hlm. 29.
75
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 1 angka 2.
76
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang Bandung : Citra Aditya Bakti, 2008, hlm. 63.
77
Ibrahim R, Op.Cit, hlm 122.
Universitas Sumatera Utara
43
cost-accounting principles, management effectivennes, dan pelayanan umum
yang baik, memuaskan dan memperoleh laba. 2.
Status adalah badan hukum perdata, yang berbentuk PT. 3.
Hubungan usaha diatur menurut hukum perdata. 4.
Modal seluruhnya atau sebagian merupakan milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dimungkinkan adanya joint atau mixedenterprise
dengan swasta nasional danatau asing dan adanya penjualan saham milik negara.
5. Tidak memiliki fasilitas negara.
6. Dipimpin oleh seoarang direksi dan status pegawai sebagai pegawai
perusahaan biasa. 7.
Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang saham. Intensitas terhadap perusahaan bergantung besarnya jumlah saham yang dimiliki berdasarkan
perjanjian pemerintah dengan pemilik lainnya. Pemilihan BUMN Persero sebagai PT karena didasarkan kepada tujuan
dibentuknya BUMN dan cara pengelolaan BUMN tersebut. Tujuan persero adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi, serta
mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
78
Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan
pasar melalui penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi, baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Dengan demikian, dapat
meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang bersangkutan sehingga akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait.
79
78
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 12.
79
Sentosa Sembiring, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
44
Sebagaimana halnya PT yang dimiliki oleh swasta, BUMN Persero dalam pengelolaannya juga mempunyai organ yang terdiri dari:
a. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, menteri bertindak selaku RUPS
dalam hal seluruh saham persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada persero dan PT dalam hal tidak seluruh sahamnya
dimiliki oleh negara. Dalam melaksanakan tugasnya, menteri dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi
80
kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.
b. Direksi persero, organ BUMN Persero yang bertanggung jawab atas
pengurusan BUMN Persero untuk kepentingan dan tujuan BUMN Persero sesuai dengan anggaran dasar persero, serta mewakili BUMN Persero baik
di dalam maupun di luar pengadilan. c.
Komisaris persero, organ persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegitan
pengurusan persero. Pemilihan bentuk badan hukum PT dimaksud agar BUMN Persero di
kelola dengan cara profesional. Pengelolaan persero dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat Good Corporate
Governance . Prinsip-prinsip ini tercermin jelas dalam pasal-pasal UU PT. Good
Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem dan
proses yang digunakan oleh organ perusahaan Direksi, Dewan Komisaris, RUPS guna
memberikan nilai
tambah kepada
pemegang saham
secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
80
Hak substitusi adalah hak yang diberikan kepada seseorang pemegang kuasa dalam menangani suatu perkara untuk menunjuk pihak lain sebagai penggantinya apabila pemegang
kuasa tersebut berhalangan.
Universitas Sumatera Utara
45
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
81
Pengertian mengenai Good Corporate Governance menurut Ernst and Young adalah:
“Corporate governance terdiri atas sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri dari atas pemegang saham institusional, Dewan
Direksi dan Komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur
keuangan, inve
stor terkait dan persaingan produk.”
82
Istilah lain dari corporate governance dapat mencangkup segala hubungan perusahaan, yaitu hubungan antara modal, produk, jasa dan penyedia sumberdaya
manusia, pelanggan, dan bahkan masyarakat luas. Istilah tersebut juga dapat mencangkup segala aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan sebuah
perusahaan dapat dipertanggungjawabkan di depan para pemegang saham perusahaan publik.
83
Tata kelola BUMN Persero menuntut adanya pemisahan manajemen dan pengelolaan perusahaan dari kepemilikan perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan
agency theory yang menekankan pentingnya pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan untuk menyerahkan pengelolaan perusahaannya tersebut kepada tenaga-tenaga profesional, yang bertugas untuk kepentingan dan memiliki
keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan.
84
Keleluasaan yang dimiliki oleh manajemen pengelola perusahaan harus dilandaskan kepada prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance. Penerapan
81
Mas Achmad Daniri, dalam Salinan Putusan Mahkama Konstitusi RI No. 48PUU- XI2013, hlm. 51.
82
Hessel Nogi S. Tangkilisan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance, dalam Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum
Bandung: PT Refika Aditama, Tahun 2006, hlm. 69.
83
Bismar Nasution, Prinsip Keterbukaan dalam Good Corporate Governance Jakarta: Hukum Bisnis, jilid 6 Tahun 2003, hlm. 5.
84
Johannes Ibrahim, Op.Cit, hlm. 71.
Universitas Sumatera Utara
46
prinsip-prinsip tersebut ditegaskan dengan keluarnya Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117M-MBU2002 tentang Penerapan Peraktik Good Corporate
Governance pada BUMN, yang telah diubah dengan Peraturan Meteri BUMN No.
Per-01MBU2012, tanggal 01 Agustus 2011 dan UU BUMN, yang mewajibkan BUMN untuk menerapakan Good Corporate Governance secara konsisten
danatau menjadikan prinsip tersebut sebagai landasan operasionalnya.
85
Secara umum, prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan oleh perusahaan dalam rangka Good Corporate Governance adalah:
86
a. Akuntabilitas accountability, yaitu kejelasan pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab masing-masing organ-organ perusahaan yang diangkat setelah melalui fit and proper test, sehingga pengelolaan
perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien; b.
Kemandirian independency, yaitu suatu keadaan, perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manapun, terutama pemegang saham mayoritas, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat; c.
Transparansi transparancy, yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan keputusan, dan penyampaian informasi mengenai segala
aspek perusahaan terutama yang berkaitan dengan kepentingan stakeholders
dan publik secara benar dan tepat waktu;
85
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha
Jakarta: Kencana,2008, hlm. 115.
86
Johannes Ibrahim, Op.Cit, hlm. 72.
Universitas Sumatera Utara
47
d. Pertanggungjawaban responsibility, yaitu perwujudan kewajiban organ
perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keberhasilan
maupun kegagalannya dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan; dan
e. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit antara lain dengan melakukan pemisahan tanggung jawab dan kewenangan yang
disertai dengan mekanisme kerjasam antara organ-organ perusahaan. Melakukan pengawasan ketika organ-organ tersebut melaksanakan tugasnya untuk
menghindari adanya benturan kepentingan atau tekanan, melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat, dan pengungkapan informasi
material mengenai perusahaan melalui media yang dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, serta menetapkan visi, misi, tujuan dan
strategi secara jelas sehingga kinerja perusahaan maupun kontribusi masing- masing individu dapat dinilai secara objektif.
87
D. Keterkaitan BUMN Persero dengan Perseroan Terbatas