87
Badan hukum sebagai subjek hukum yang mempunyai kekayaan terpisah dari kekayaan perseronya dapat juga dinyatakan pailit. Dengan pernyataan
pailit, organ badan hukum tersebut akan kehilangan hak untuk mengurus kekayaan badan hukum. Pengurus hrta kekayaan badan hukum yang
dinyatakan pailit beralih pada kuratornya. Oleh karena itu, menurut ketentuan Pasal 24 UU KPKPU, gugatan hukum yang bersumber pada hak
dan kewajiban harta kekayaan debitur pailit harus diajukan pada kuratornya.
163
Dalam hal permohonan pernyataan pailit ditujukan kepada badan usaha yang tidak berbadan hukum maka, permohonan pailitnya
bukan ditujukan kepada badan usahanya tetapi kepada orang pribadi sebagai pengurus badan usaha tersebut.
d. Harta warisan.
Dalam UU KPKPU, bahwa pengajuan permohonan pernyataan pailit harus diajukan kepada pengadilan paling lambat 90 sembilan puluh hari setelah
debitur meninggal. Dan putusan pernyataan pailit berakibat demi hukum dipisahkannya harta kekayaan orang yang meninggal dari harta kekayaan
ahli warisnya. Dalam kepailitan harta warisan tidak berlaku adanya perdamaian, kecuali apabila warisannya telah diterima oleh ahli waris
secara murni.
164
B. Kepailitan Badan Usaha Milik Negara Persero
Diaturnya permohonan pernyataan pailit terhadap BUMN, dalam UU KPKPU memperlihatkan bahwa legislator menyadari bahwa BUMN baik
163
Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm. 97.
164
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 207-211.
Universitas Sumatera Utara
88
berbentuk Perum maupun Persero tidak terlepas dari problem pasang surutnya keadaan keuangannya akibat dari sistem pengelolaan perusahaan yang tidak
profesional. Terhadap BUMN baik berbentuk Persero maupun Perum berdasarkan ketentuan UU KPKPU dapat dinyatakan Pailit,
165
tetapi Pasal 2 ayat 5 UU KPKPU mengatur secara khusus bahwa terhadap BUMN yang bergerak di bidang
kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan Penjelasan Pasal 2 ayat 5 UU KPKPU
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham. Merujuk dari penjelasan tersebut bahwa BUMN yang bergerak dibidang publik adalah Perum, karena Perum dalam UU BUMN
memiliki karekteristik yang sama dengan bunyi penjelasan Pasal 2 ayat 5 tersebut, sehingga mengenai hal kepailitan BUMN Perum akan berbeda dengan
kepailitan BUMN Persero yang tunduk pada konsep aturan bagi PT. Kepailitan BUMN Persero tunduk kepada ketentuan UU KPKPU dan berlaku terhadapnya
ketentuan-ketentuan kepailitan seperti halnya PT swasta lainnya, misalnya dalam hal mengajukan permohonan pailit, pihak manapun dapat melakukan pengajuan
permohonan kepailitan terhadap BUMN Persero. Tabel 1
Berikut daftar BUMN Persero yang pernah diajukan untuk dipailitkan.
166
BUMN Persero Beban Utang
Keterangan Alasan
PenolakanPembatalan Dok
Kodja Bahari
Promes US 4,1 juta
Hongkong Chinese Bank
Tiga kali digugat pailit
tetapi ditolak
oleh Asetmodal
perusahaan adalah
milik negara, sehingga
165
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2.
166
Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 221.
Universitas Sumatera Utara
89
pengadilan. berdasarkan Pasal 50
UU PN asetmodal perusahaan
tersebut tidak dapat dilakukan
penyitaan. Hutama Karya
Rp. 2,3 miliar di PT.
Jaya Readymix
Dipailitakan pengadilan tetapi
dibatalkan MA Syarat
untuk dinyatakan pailit tidak
terbukti, karena dalam perkara ini debitur
terbukti
hanya memiliki
satu kreditur.
Jasindo Rp. 450 miliar di
empat bank asing Permohonan
pernyataan pailit ditolak
oleh pengadilan
Permohonan pernyataan pailit harus
dilakukan oleh
menteri keuangan. Garuda
Indonesia US
4.384.357 kepada
PT. Magnus
Permohonan pernyataan pailit
ditolak oleh
pengadilan Permohonan
pailit tidak dapat dibuktikan
secara sederhana.
Dirgantara Indonesia
Gaji para mantan kryawan
yang belum
dibayar sebesar Rp. 200
miliar Permohonan
pernyataan pailit dikabulkan oleh
pengadialan tetapi dibatalkan
oleh MA PT.
Dirgantara Indonesia
masuk dalam BUMN yang
seluruh sahamnya
dimiliki oleh negara, oleh
karena itu
permohonan pailit
untuk perusahaan
BUMN hanya bisa diajukan oleh menteri
keuangan
PT. IGLAS Rp.
102.531.936,00 dan
US 164.816,38 di PT.
Interchemen Plasagro Jaya.
Permohonan pernyataan pailit
ditolak oleh
pengadilan, dipailitkan oleh
MA, di tingkat peninjauan
kembali permohonan
pernyataan pailit ditolak
Kepemilikan negara
dalam aset PT. IGLAS adalah 100, dan oleh
karena itu pengajuan permohonan
pernyataan pailit harus dilakukan
oleh menteri
keuangan, bukan pihak kreditur.
Berdasarkan daftar tersebut tampak bahwa sampai sekarang belum ada BUMN Persero yang dipailitkan berdasarkan UU KPKPU.
Universitas Sumatera Utara
90
1. Syarat kepailitan BUMN Persero
Syarat Kepailitan BUMN Persero adalah apabila debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih.
167
Dalam UU KPKPU tidak menyebutkan secara langsung syarat tersebut adalah ditujukan kepada BUMN Persero, namun sebagai
konsekuensi dari ketentuan Pasal 1 angka 2 dan Pasal 11 UU BUMN yang menentukan bahwa terhadap BUMN Persero berlaku segala ketentuan dan
prinsip-prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UU PT. Konteks kepailitan berdasarkan penjelasan di atas maka BUMN berbentuk
Persero baik yang seluruh atau sebagian sahamnya milik negara sama dengan perusahaan swasta, artinya dapat diajukan permohonan pailit oleh debitur, dan
para krediturnya.
168
Dalam hal debitur adalah BUMN Persero yang bergerak dibidang perbankan maka yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit
adalah oleh OJK.
169
Selain itu BUMN Persero yang bergerak di bidang Pasar Modal berdasarkan UU KPKPU maka yang dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit adalah OJK.
170
Badan Usaha Milik Negara Persero yang kedudukannya sama seperti PT memiliki kedudukan yang juga sama dalam hal Kepailitan. Di Indonesia syarat
pengajuan permohonan pailit dilakukan dengan sederhana sumir, artinya pengadilan di dalam memeriksa perkara kepailitan itu tidak perlu terikat dengan
sistem pembuktian dan alat-alat bukti yang ditentukan dalam hukum acara
167
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 1.
168
Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 220.
169
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 3.
170
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 4.
Universitas Sumatera Utara
91
perdata. Semangat pemeriksaan secara sederhana itu terlihat dalam Pasal 2 ayat 1, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan apabila dapat dibuktikan debitur
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
Pembuktian yang sederhana tersebut sebenarnya mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah agar BUMN Persero dalam melakukan kegiatan
usahnya secara benar dan efisien serta menjadi cambuk bagi BUMN Persero untuk memenuhi kewajibannya terhadap mitra kerja. Sisi negatifnya adalah
seringnya BUMN Persero dimohonkan pailit, apabila terlambat dalam melakukan kewajibannya, padahal BUMN Persero tersebut dalam keadaan finansial yang
sehat, sehingga akan menghambat kinerja BUMN Persero. Berkenaan dengan sifat sederhananya pemeriksaan permohonan kepailitan, maka tentunya sangat
diharapkan sifat yang aktif dari hakim untuk sedapat mungkin mendengar secara seksama kedua belah pihak di depan persidangan, dan berusaha mendamaikan
diantara keduanya.
171
Remy Sjahdeini, menyatakan hendaknya syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit oleh seoarang
172
kreditur terhadap seorang debitur, selain debitur memiliki lebih dari seoarang kreditur, juga debitur tersebut harus
dalam keadaan insolven, yaitu tidak membayar sebagian besar utang-utangnya atau paling sedikit lebih dari 50 utang-utangnya, sebagaimana bunyi Pasal 1FV.
Walaupun dalam keadaan insolven tidak merupakan unsur sebagai syarat untuk dipailitkannya debitur, hendaknya hakim tetap mempertimbangkan hal ini,
terutama terhadap debitur BUMN Persero karena memiliki status dan karekteristik
171
Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 33.
172
Seorang tersebut dalam artian subjek hukum yang terdiri dari Badan Hukum dan orang perorangan atau individu.
Universitas Sumatera Utara
92
khusus yaitu saham dan harta benda tetap BUMNBUMD Persero berasal dari pemerintah.
173
2. Pengurusan dan pemberesan aset BUMN Persero dalam kepailitan
Pelaksanaan ketentuan kepailitan hingga saat ini belum dijumpai BUMN Persero yang dinyatakan pailit, sehingga dalam hal pengurusan dan pemberesan
harta BUMN Persero belum ada contoh yang menjelaskan bagaimana dilakukannya pemberesan tersebut. Namun apabila dilihat dari bentuk BUMN
Persero maka dapat diasumsikan pemberesan harta pailit BUMN Persero sama dengan pemberesan harta PT. Dengan demikian, semua aset Persero berada dalam
sita umum, dan persero kehilangan haknya untuk mengurus aset-asetnya.
174
Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, debitur pailit tidak lagi diperkenankan untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaan yang telah
dinyatakan pailit. Selanjutnya pelaksanaan pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit tersebut diserahkan kepada kurator yang diangkat oleh Pengadilan,
dengan diawasi oleh seorang hakim pengawas.
175
Kurator diberi kewenangan yang diatur dalam Pasal 69 ayat 1 UU KPKPU untuk melakukan pengurusan atau pemberesan harta pailit yang meliputi:
mengumumkan keputusan hakim tentang kepailitan itu di dalam berita negara dan surat-surat kabar yang disetujui oleh hakim pengawas, melakukan penyitaan
terhadap hrta-harta si pailit, berupa efek-efek, surat-surat berharga, uang tunai dan benda-benda lainnya, kecuali barang-barang yang tersebut dalam pasal 22 UU
KPKPU, menyusun invetarisasi harta pailit dan daftar utang-piutang si pailit
173
Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 223.
174
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 ayat 1.
175
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999, hlm. 62.
Universitas Sumatera Utara
93
membuat suatu akor atau perdamaian setelah terlebih dahulu mendapat persertujuan dari hakim komisaris, dan nasihat dari panitia para kreditur
176
, penyelamatan, pengelolaan dan penjaminan serta penjualan harta pailit.
177
Pelaksanaan pengurusan harta pailit tersebut oleh kurator bersifat seketika, dan berlaku pada saat itu pula terhitung sejak tanggal putusan ditetapkan,
meskipun terhadap putusan kemudian diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Jika ternyata kemudian putusan pernyataan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik
putusan kasasi atau peninjauan kembali, maka segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima
pemberitahuan tentang putusan pembatalan, tetap sah dan mengikat bagi debitur pailit.
178
Sejak kepailitan diputuskan, debitur pailit tidak lagi berhak melakukan pengurusan atas harta kekayaannya, UU KPKPU telah menunjuk kurtor sebagai
satu-satunya pihak yang akan menangani seluruh kegiatan pemberesan termasuk pengurusan harta pailit. Pengangkatan kurator adalah wewenang hakim
Pengadilan Niaga. Pihak debitur, kreditur atau pihak yang berwenang OJK, Menteri Keuangan, Kejaksaan hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul
pengangkatan kurator kepada pengadilan niaga. Apabila pihak debitur, kreditur atau pihak yang berwenang tersebut tidak mengajukan usulan mengenai
pengangkatan kurator, maka secara otomatis Balai Harta Peninggalan BHP diangkat sebagai kurator.
179
Kurator sebagai mana dijelaskan terdiri dari dua yaitu, Balai Harta Peninggalan dan kurator lainnya. Kurator lainnya tersebut
176
Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 75.
177
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, Edisi Revisi Malang: UMM Press, 2006, hlm. 136.
178
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Loc.Cit,
179
Jono, Hukum Kepailitan Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 141.
Universitas Sumatera Utara
94
merupakan kurator yang diajukan oleh debitur, kreditur atau pihak yang berwenang, yang dapat menjadi kurator tersebut adalah:
180
a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus danatau membereskan harta pailit.
b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. c.
Harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan PKPU
lebih dari tiga perkara.
181
Selanjutnya tugas kurataor dalam kepailitan adalah melakukan verifikasi atau mencocokan tagihan-tagihan. Mengenai pencocokan utang dilakukan melalui
rapat kreditur. Dalam memori penjelasan peraturan kepailitan verifikasi diartikan sebagai prosedur untuk menetapkan hak menagih yang ditafsirkan dalam arti luas,
yakni meliputi seluruh perbutan yang menuju kepada penetapan tagihan-tagihan. Menurut Syamsudin M. Sinaga verifikasi atau pencocokan uatang-piutang adalah
suatu kegiatan dalam rapat kreditur pasca putusan pernyataan pailit yang dihadiri kurator, debitur, dan kreditur yang dipimpin oleh hakim pengawas serta dibantu
oleh panitera pengganti.
182
Rapat verifikasi bertujuan untuk menagih, mencocokan, dan mengesahkan tagihan yang sudah masuk kepada kurator.
180
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 70 ayat 2.
181
Andrian Nurdin, Op.Cit, hlm. 230.
182
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 82
Universitas Sumatera Utara
95
Berdasarkan Pasal 113 UU KPKPU disebutkan paling lambat empat belas hari setelah putusan pernyataan pailit diucapakan, hakim pengawas harus
menetapkan: a.
Batas akhir pengajuan tagihan; b.
Batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
c. Hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat kreditur untuk mengadakan
pencocokan piutang. Segala tagihan yang ada harus dimasukan kepada kurator dengan
memajukan suatu perhitungan atau suatu keterangan tertulis lainnya, yang menunjukan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan bukti-bukti atau salinan-
salinan dari bukti-bukti tersebut, beserta suatu pernyataan mengenai ada atau tidaknya suatu hak istimewa, gadai hipotik, hak tanggungan, hak guna lainnya,
termasuk hak retensi. Kurator berkewajiban untuk melakukan pencocokan antara perhitungan-perhitungan
yang dimasukkan
dengan catatan-catatan
dan keterangan-keterangan yang ada pada debitur pailit, dan jika perlu di mana
terdapat keberatan terhadap diterimanya suatu penagihan, untuk melaksanakan perundingan dengan kreditur, dan selanjutnya meminta kepada kreditur agar
dimajukan surat-surat yang belum dimasukkan, termasuk untuk memperlihatkan catatan-catatan dan surat-surat bukti asli. Setelah itu kurator harus memilah-milah
antara piutang yang disetujui atau dibantah. Seluruh piutang-piutang yang disetujuinya dimasukkan dalam daftar piutang-piutang yang diakui, sedangkan
piutang-piutang yang dibantah dimasukkannya dalam suatu daftar tersendiri yang
Universitas Sumatera Utara
96
memuat alasan-alasan pembatahannya.
183
Dengan adanya proses pencocokan utang-piutang ini memberikan informasi kepada kurator sehingga diketahui siapa
krediturnya, sah atau tidak tagihan yang diajukan dan memastikan besar jumlah tagihan.
Rapat verifikasi juga membahas menganai rencana perdamaian yang telah diajukan debitur sebelum diadakannya rapat verifikasi ini kepada Kepaniteraan
Pengadilan. Perdamaian setelah pernyataan pailit pun masih dimungkinkan. Dengann kata lain, sekalipun debitur sudah dinyatakan pailit oleh pengadilan,
namun peluang bagi debitur untuk melakukan perdamaian dengan kreditur masih tetap terbuka.
184
Perdamaian yang ditawarkan oleh si pailit itu beberapa kemungkinan atau alternatif yang akan dipilih oleh para kreditur, yaitu:
185
a. Kemungkinan si pailit menawarkan kepada krediturnya, bahwa ia akan
membayar sanggup membayar dalam jumlah tertentu dari uutangnya tidak dalam jumlah keseluruhannya;
b. Kemungkinan si pailit akan menawarkan perdamaian likuidasi, yakni si
pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para kreditur untuk dijual di bawah pengawasan seoarang pengawas pemberes, dan hasil
penjualannya dibagi untuk kreditur. Apabila hasil penjualan itu tidak mencukupi, maka si pailit di bebaskan untuk membayar sisa yang belum
terbayar;
183
Ibid,
184
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang Terrkait dengan Kepailitan
Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006, hlm. 35.
185
Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
97
c. Kemungkinan debitur pailit menawarkan untuk meminta penundaan
pembayaran dan diperbolehkan mengangsur utangnya untuk beberapa waktu.
Dibukanya kemungkinan untuk mengadakan perdamaian, maka hal itu akan dapat menguntungkan kedua belah pihak, karena bagi para kreditur jikalu
harta si pailit dijualdilelang atau dilakukan pemberesan dengan perantara hakim, dan hasilnya dibagi menurut imbangan jumlah piutang kreditur, maka belum tentu
para kreditur itu akan mendapat pembayaran yang lebih tinggi seperti ditawarkan di dalam perdamaian. Jadi penawaran di dalam perdamaian mungkin lebih tinggi
dibanding dengan pembagian melalui pemberesan oleh hakim. Bagi debitur, ia akan membayar sejumlah utang yang telah disetujui dalam perdamaian lebih kecil
dari utang sebenarnya, sedangkan sisanya tidak menjadi beban bagi debitur untuk melunasinya. Apabila perdamaian telah dipenuhi, maka berakhirlah kepailitan.
Hal itu berbeda pemberesan oleh Hakim, yakni dari hasil pelelangan itu belum cukup untuk melunasi utang-utang si pailit secara penuh, maka sisanya akan tetap
menjadi utang si pailit, yang pelunasannya dijamin dengan harta pailit yang masih akan ada Pasal 1131 KUH Perdata.
186
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 151 UU KPKPU rencana perdamaian akan diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih
setengah jumlah kreditur konkuren yang hadir mewakili 23 jumlah seluruh piutang konkuren. Jadi kata kunci diterima atau ditolaknya rencana perdamaian
ada di forum rapat kreditur konkuren. Agar rapat yang diadakan oleh para kreditur
186
Ibid, hlm. 89.
Universitas Sumatera Utara
98
konkuren mempunyai kekuatan hukum, maka notulen rapat harus memuat hasil rapat dalam Berita Acara Rapat.
187
Berdasarkan berita acara rapat yang sudah disepakati tersebut, maka berita acara akan dibawa ke sidang Pengadilan Niaga kembali untuk mendapatkan
pengesahan oleh hakim. Dalam hal ini hakim bisa saja menolak hasil rapat perdamaian. Penolakan tentu harus didasarkan kepada pertimbangan hukum yang
matang. Landasan normatifnya dijabarkan dalam Pasal 159 UU KPKPU, Pengadilan wajib menolak pengesahan perdamaian, bila:
a. Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk
menahan suatu benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian;
b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin; danatau
c. Perdamaian dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu
atau lebih kreditur, atau karena pemakaian upaya lain yang tidaak jujur dan tanpa menghiraukaan apaka debitur atau pihak lain bekerjasama untuk
mencapai hal ini. Perdamaian yaang disahkan akan berlaku bagi semua kreditur yang tidak
mempunyai hak didahulukan. Dalam hal pengesahan perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir. Kurator wajib
mengumumkan perdamaian dalam Berita Negara RI dan paling sedikit diumumkan dalam dua surat kabar yang bersekala nasional Pasal 166 UU
KPKPU.
188
187
Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm. 36.
188
Ibid, hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
99
Perdamaian yang telah disahkan dapat dituntut pembatalannya oleh setiap kreditur dengan alasan debitur lalai memenuhi isi perdamaian. Apabila ada
permohonan pembatalan perdamaian, maka debitur pailit yang harus membuktikan bahwa ia telah memenuhi isi perdamaian itu. Selanjutnya, hakim
karena jabatannya berwenang penuh untuk memberikan keleluasaan kepada debitur pailit untuk memenuhi kewajiban itu sampai waktu selambat-lambatnya
dalam satu bulan. Apabila perdamaian dibatalkan, maka kepailitan dibuka kembali seperti semula. Akibatnya, semua perbuatan yang dilakukan oleh debitur dalam
waktu antara pengesahan perdamaian dan pembukaan kembali ke kepailitan, akan mengikat harta pailit. Selanjutnya, setelah kepailitan dibuka kembali, maka tidak
dapat ditawarkan perdamaian untuk kedua kalinya.
189
Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan
perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam kedaan insolvensi.
190
Bila dalam waktu 8 hari setelah pengesahan perdamaian secara pasti telah ditolak, kurator
atau kreditur yang hadir dapat mengusulkan kepada hakim pengawas utuk melanjutkan perusahaan debitur pailit. Untuk itu hakim pengawas harus
mengadakan rapat paling lambat 14 hari untuk merundingkan usul tersebut dan mengambil keputusan. Hakim pengawas dapat menerima atau menolak usulan
tersebut.
189
Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm. 180.
190
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 178 ayat 1 dan Pasal 181 1.
Universitas Sumatera Utara
100
Atas permohonan kreditur atau kurator, hakim pengawas dapat memerintahkan agar kelanjutan perusahaan dihentikan.
191
Dalam hal ini kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu
memperoleh persetujuan atau bantuan dari debitur apabila: a.
Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam undang-undang atau usul tersebut telah
diajukan tetapi ditolak; atau b.
Pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan. Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tatacara yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan atau dijual secara dibawah tangan dengan izin Hakim Pengawas.
Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim pengawas. Daftar pembagian itu memuat rincian
penerimaan dan pengeluaran termasuk di dalamnya upah kurator, nama kreditur, jumlah yang dicocokan dari tiap-tiap piutang, dan bagian yang wajib diterima
kreditur. Pembayaran kepada kreditur konkuren ataupun kreditur yang diistimewakan, kepada kreditur konkuren diberikan bagian yang ditentukan oleh
hakim pengawas. Kreditur pemegang gadai jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau
hak agunan atas kebendaan lainnya, sejauh mereka tidak dibayar dengan hasil dari penjualan harta jaminan tersebut Pasal 55, dapat dilakukan dari hasil penjualan
benda terhadap mana mereka mempunyai hak istimewa atau yang diagunkan kepada mereka. Dalam hasil penjualan benda tidak mencukupi untuk membayar
191
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 183, Pasal 184 dan Pasal 185 ayat 1 dan 2.
Universitas Sumatera Utara
101
seluruh piutang kreditur pemegang hak jaminan, maka untuk kekurangannya mereka berkedudukan sebagai kreditur konkuren.
Kepailitan berakhir apabila kepada seluruh kreditur yang piutangnya telah dicocokan dibayar penuh, atau segera setelah daftar penutup memperoleh
kekuatan hukum yang pasti atau mengikat. Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan
surat kabar. Bertolak dari uraian dimuka dapat disimpulkan bahwa pemberesan aset BUMN Persero dalam kepailitan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku bagi badan usaha PT swasta. Tetapi ketentuan tersebut tidak dapat dilaksanakan lantaran ada benturan ketentuan mengenai hal adanya larangan
penyitaan terhadap harta negara.
C. Penerapan Sita Umum Aset Badan Usaha Milik Negara Persero Pailit terkait UU No. 1 Tahun 2004
Badan Usaha Milik Negara Persero yang dinyatakan pailit maka seluruh hartanya jatuh kepada sita umum yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh kurator.
192
Penerapan sita umum yang dilakukan kurator bermaksud untuk melakukan penyelamatan, pengelolaan dan penjaminan serta penjualan harta
pailit,
193
untuk bertujuan melunasi utang-utang debitur terhadap kreditur secara merata sesuai dengan bagian yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim. Penerapan sita umum terhadap BUMN Persero pailit pada dasarnya dapat
dilakukan. Dalam penjelasan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998
192
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 angka 1.
193
Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm. 136.
Universitas Sumatera Utara
102
tentang Perusahaan Perseroan Persero dan UU KPKPU menentukan bahwa BUMN Persero dapat dipailitkan, konsekuensinya adalah terhadap aset BUMN
Persero dapat dilakukan sita umum. Tetapi mengenai hal pengurusan dan pemberesan harta BUMN Persero secara tegas tidak disebut dalam UU KPKPU,
melainkan dalam UU KPKPU menjelaskan mengenai pengurusan dan pemberesan harta kepailitan badan hukum.
Pasal 11 UU BUMN dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Persero menegaskan bahwa terhadap persero berlaku
segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi PT, hal ini dikarenakan BUMN Persero identik dengan PT. Dari ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa
mengenai hal kepailitan BUMN Persero penerapan sita umumnya tunduk pada UU KPKPU. Pengurusan dan pemberesan harta BUMN Persero pailit dilakukan
sebagaimana sesuai dengan penjelasan pada sub bab sebelumnya. Sita umum dilakukan kurator terhadap aset BUMN Persero Pailit. Harta
BUMN Persero sebagian atau seluruhnya berasal darai kekayaan negara, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 48 dan 62PPU-XI2013,
menjelaskan bahwa kekayaan negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal di BUMN Persero masih tetap menjadi kekayaan negara.
194
Terkait dengan UU PN Pasal 50 melarang pihak manapun melakukan penyitaan terhadap kekayaan
negara. Dilihat dari ketentuan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah BUMN Persero dapat dilakukan sita umum atau tidak, apabila suatu BUMN Persero
dinyatakan pailit terkait dengan bunyi Pasal 50 UU PN.
194
Republik Indonesia Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 48PUU-XI2013, hlm. 226.
Universitas Sumatera Utara
103
Berdasarkan kasus yang ada, misalnya pernyataan pailit terhadap PT. Dok Perkapalan Koja Bahari Persero yang di dasarkan pada adanya utang
termohon dengan
Societe General
Asia Singapore
Ltd ,
sebesar Rp12.921.101.000,00,
utang dengan
pemohon pailit
II sebesar
Rp2.319.201.000,00, utang dengan Bank of America Securities Asia Ltd sebesar Rp2.319.201.000,00.
195
Syarat suatu debitur dapat dinyatakan pailit apabila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Oleh karena itu dengan terpenuhi syarat pailit tersebut, maka hakim dapat menyatakan pailit terhadap debitur
tersebut. Tetapi Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam Putusan No.
04Pailit2006PN.NIAGA.JKT.PST, tanggal 5 April 2006 telah menolak permohonan pernyataan pailit dengan pertimbangan bahwa berdasarkan Anggaran
Dasar PT. Dok Perkapalan Kodja Bahari dinyatakan bahwa dari modal tersebut telah ditempatkandiambil bagian Negara Republik Indonesia sebanyak 99.547
saham atau seharga Rp99.547.000.000,00, sehingga dengan demikian aset PT. Dok Perkapalan Kodja Bahari Persero merupakan aset negaramilik negara.
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU PN dijelaskan bahwa larangan penyitaan uang dan barang milik negara danatau yang dikuasai negara oleh pihak
manapun. Sehingga dengan demikian dapat disimpulakan bahwa termohon pailit tidak dapat dinyatakan pailit.
Atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut para Pemohon pailit mengajukan permohonan kasasi. Majelis Hakim tingkat kasasi dengan Putusan
195
Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 254.
Universitas Sumatera Utara
104
No. 011KN2006 tanggal 17 Juli 2006 dalam pertimbangan hukumnya berpendapat bahwa barang yang sepenuhnya dimiliki oleh termohon kasasi tidak
dapat dikualisifikasikan sebagai aset negara yang tidak dapat disita. Aset termohon sebagian dimiliki oleh negara dan sebagian lagi dimiliki sepenuhnya
oleh termohon. Seharusnya kepailitan yang dimohonkan hanya tertuju terhadap kekayaan yang sepenuhnya dimiliki oleh termohon. Sehingga Mahkamah Agung
membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Atas putusan tingkat kasasi tersebut
para pemohon
pailit mengajukan
permohonan PK,
dalam pertimbangannya membenarkan putusan dari Mahkamah Agung bahwa Termohon
dapat dipailitkan dengan mempertimbangkan Pasal 50 UUPN.
196
Analisis hukum terhadap kasus tersebut bahwa Hakim Pengadilan Niaga berpendapat bahwa harta BUMN Persero tersebut adalah milik negara sehingga
tidak dapat dilakukan penyitaan, oleh sebab itu kepailitan tidak dapat dilakukan. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UU KPKPU yang menyatakan bahwa baik
BUMN Perum ataupun BUMN Persero dapat dipailitkan. Pada tingkat Kasasi dan PK, Majelis Hakim berpendapat bahwa asetharta kekayaan milik BUMN Persero
Pailit adalah milik negara dan Majelis Hakim berpendapat bahwa harta BUMN Persero tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu sebagain harta persero adalah harta
negara dan sebagian yang lain adalah harta BUMN Persero tersebut. Sehingga menurut Majelis Hakim permohonan kepailitan hanya dapat diajukan kepada harta
yang sepenuhnya milik BUMN Persero. Hal tersebut apabila dilihat dari sumber harta BUMN Persero adalah benar. BUMN Persero adalah BUMN yang
berbentuk PT yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
196
Ibid, hlm. 256.
Universitas Sumatera Utara
105
sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
197
Tetapi dari segi kepailitan, pendapat Majelis Hakim mengenai penyitaan dilakukan hanya kepada harta perseroan tidak kepada harta negara adalah kurang
tepat. Pada dasarnya kepailitan adalah sita umum terhadap seluruh harta BUMN Persero, dan harta persero tersebut terdiri dari harta negara dan harta pihak lain
yang dinilai dalam bentuk saham. Dalam mengambil keputusannya Majelis Hakim terbentur dengan ketentuan Pasal 50 UU PN sehingga keputusan yang
dikeluarkan kurang menciptakan kepastian hukum. Perseroan Terbatas merupakan badan hukum legal entity, yaitu badan
hukum “mandiri” persona standi in judicio yang memiliki unsur-unsur yaitu; pertama adanya harta kekayaan yang terpisah, kedua mempunyai tujuan tertentu,
ketiga mempunyai kepentingan sendiri, dan yang keempat adanya organisasi yang teratur.
198
Memiliki harta kekayaan yang terpisah dari pendirinya dalam hal ini negara dan pihak lainnya, oleh karena itu PT dalam hukum dipandang berdiri
sendiri otonom terlepas dari orang perorangan yang berada dalam PT tersebut. Konsekuensinya, keuntungan yang diperoleh, dipandang sebagai hak dan harta
kekayaan badan itu sendiri. Demikian pula sebaliknya bila terjadi suatu utang atau kerugian dianggap menjadi beban PT sendiri yang dibayarkan dari harta kekayaan
PT semata-mata.
199
Negara dapat melakukan investasi dengan bentuk penyertaan modal. Penyertaan modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan usaha
197
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 1 angka 2.
198
Habib Adjie, Op.Cit, hlm. 17.
199
Rudhi Prasetya, Op.Cit, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
106
dengan mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian PT danatau pengambil alihan PT. Dalam hal ini negara yang diwakilkan oleh menteri bertindak selaku
pemegang saham pada persero.
200
Harta yang ada di dalam BUMN Persero tersebut baik itu berasal dari negara ataupun dari swasta, berdasarkan konsep PT maka dapat dipahami bahwa
ketika harta tersebut telah disetorditempatkan menjadi modal BUMN Persero yang dicatat dalam anggaran dasar perseroan. Maka harta tersebut menjadi harta
BUMN Persero, yang pengelolaan dan pengurusannya dilakukan oleh direksi. Pengelolaan BUMN Persero sepenuhnya dilakukan oleh direksi sebagai
pengurus. Tetapi dari konsep PT juga dikenal adanya organ-organ yang lain seperti pemegang saham dan dewan komisaris. Pemegang saham dalam BUMN
Persero adalah negara, harta negara adalah harta yang bersumber dari APBN, oleh karena itu saham negara yang terdapat di dalam BUMN Persero merupakan
kekayaan negara, hal ini tidak dapat dihilangkan begitu saja. Apabila dikatakan bahwa harta dalam bentuk saham yang ada di dalam BUMN Persero bukan milik
negara, lantas saham tersebut milik siapa, karena dalam PT dikenal adanya pemegang saham.
Keputusan Mahkamah Konstitusi dan pengertian keuangan negara menurut Pasal 2 huruf g adalah yang menyatakan bahwa harta BUMN Persero
adalah harta negara, merupakan pendapat yang tepat. Karena BUMN Persero yang modalnya baik sebagain atau seluruhnya bersumber dari harta negara. Hal ini baik
langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan hukum dengan keuangan negara. Hanya saja dalam memahami ketentuan tersebut terdapat kekeliruan yang
200
Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit, hlm. 31.
Universitas Sumatera Utara
107
bertentangan dengan konsep perseroan, yaitu adanya hak negara dalam melakukan pengelolaan BUMN Persero. Negara dalam hal ini kapasitasnya hanya sebagai
pemegang saham, adapun mengenai pengurusan aset adalah hak direksi, dan konsekuensinya negara harus merelakan asetnya digunakan untuk menjalankan
usaha BUMN Persero. Oleh karena itu BUMN Persero dalam hukum dipandang berdiri sendiri
otonom terlepas dari orang perorangan yang berada dalam BUMN Persero tersebut. Hal ini sesuai dengan teori harta kekayaan bertujuan doelvermogens-
theorie dari Brinz, yang menerangkan bahwa apa yang dinamakan hak-hak dari
suatu badan hukum seperti harta baik pembinaan, pengelolaan dan keuntungan dari pengurusan tersebut, sebenarnya hak-hak yang tidak ada yang mempunyainya
atau dengan kata lain pendiri badan hukum tersebut tidak memiliki hak apapun dalam pengurusan dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang
terikat oleh suatu tujuan, yaitu berupa saham-saham yang menghasilkan deviden dan bunga capital gain.
Kekeliruan lainnya yang timbul dari kesalapahaman ini adalah kewenangan BPK dalam memeriksa kuangan BUMN Persero. Pengelolaan
keuangan BUMN Persero merupakan hak dari pengurus sepenuhnya, karena kegiatan tersebut salah satu dari tugas direksi yang pihak manapun tidak dapat
melakukan intervensi. Apabila di dalam pengurusan BUMN Persero mengalami kerugian,
sehingga memiliki utang dengan pihak lain, maka BUMN Persero bertanggung jawab terhadap pelunasan utang-utang tersebut, dan negara sebagai pemegang
saham juga bertanggung jawab terhadap pelunasan utang sebatas saham yang
Universitas Sumatera Utara
108
disetorkan ke dalam BUMN Persero. Sehingga seharusnya dalam hukum kepailitan, ketika melakukan sita umum maka, semua aset yang tertera dalam
anggaran dasar yang merupakan harta BUMN Persero tersebut masuk dalam sita umum, baik itu harta negara dan harta pihak lain, sebagai wujud
pertanggungjawaban pemegang saham. Kepailita BUMN Persero pada perkembangannya mengalami hambatan
dan ketidak pastian. Adanya pertentangan hukum yang sangat mendasar membuat hakim dalam menjatuhkan putusannya menjadi gamang sehingga putusan yang
dikeluarkan berbeda dengan putusan hakim lainnya. Tidak ada kepastian hukum yang tercipta dari putusan hakim mengenai Kepailitan BUMN Persero. Dari
pandangan akademisi mengenai hal kepailitan BUMN Persero seharusnya penerapan sita umum tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
UU BUMN, UU PT dan UU KPKPU. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang perbendaharaan negara maka kepailitan terhadap BUMN Persero adalah suatu
yang mustahil untuk dilaksanakan. Adanya larangan untuk melakukan penyitaan terhadap kekayaan negara, hal ini lah yang menyebabkan tidak dapat
dilakukannya sita umum. Kegiatan transaksi bisnis yang dilakukan BUMN Persero dengan investor
dalam menanamkan modalnya di Indonesia membutuhkan kepastian hukum sebagai instrumen persyaratan yang mutlak. Ketentuan Pasal 50 UU PN
merupakan regulasi yang cendrung dipaksakan terhadap harta BUMN Persero sehingga tidak mengandung kepastian hukum dan penghormatan ketentuan
kepailitan. Dalam kontekstualisasi Pasal 2 huruf g dan i UU KN, yang menjadi dasar UU PN dalam melakukan interpretasi Pasal 50 oleh hakim, tidak diragukan
Universitas Sumatera Utara
109
lagi dalam peraktiknya akan merugikan kedudukan hukum sektor privat sebagai domain yang berbeda dengan sektor publik.
Berdasarkan prinsip hukum, kepunyaan badan hukum memiliki ketegasan batasan apakah termasuk kepunyaan publik domain public atau kepunyaan
privat domain prive. Keduanya tidak mungkin tunduk pada peraturan perundang-undangan yang sama, baik dalam tata kelola dan tata tanggung
jawabnya. Prinsip ini sejalan dengan doktrin badan hukum yang mensyaratkan kekayaankeuangan yang terpisah, sehingga badan hukum yakni BUMN Persero
sah sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Pendapat hakim yang lebih condong kepada alasan perlindungan aset
negara, karena mencangkup kedaulatan masyarakat. Hakim berpendat bahwa harta negara yang di jadikan imbreng kedalam BUMN Persero harus di lindungi
dan diawasi oleh pemerintah, sehingga tidak boleh dihilangkan dari area keuangan negara. Namun bukan berarti kewenangan negara mencangkup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan aset BUMN Persero. Adanya kekhwatiran sebagian pihak bahwa pemisahan badan usaha milik
negara dari pengelolaan keuangan negara menimbulkan moral hazard dan mal- administrasi adalah kekeliruan berpikir rasionalitas hukum. Pandangan tersebut
dapat dikatakan sebagai ketidak pahaman atas teori hukum dan hukum positif yang seharusnya merupakan keterkaitan yang bersifat saling mendukung. Pada hal
berdasarkan konsep tata kelola perseroan negara tetap mempunyai peranan hak dan kewajiban dan pengendalian sebagai pemegang saham menurut prinsip-
prinsip pengelolaan yang baik good governance.
Universitas Sumatera Utara
110
Larangan penyitaan terhadap aset negara yang diatur dalam Pasal 50 UU PN sekiranya harus dikecualikan terhadap aset BUMN Persero, karena kegiatan
yang dilakukan oleh BUMN Persero adalah murni ranah hukum privat. Tidak ada kaitannya dengan penyelenggaraan negara yang berdimensi publik. Ketentuan
Pasal 50 UU PN tersebut kiranya diperuntukan untuk kegitan penyelenggaraan negara yang bersifat publik. Pengecualin tersebut akan memberikan penyelesaian
dan solusi dari pertentangan ketentuan-ketentuan hukum yang selama ini membingungkan para hakim dalam memutuskan suatu perkara kepailitan BUMN
Persero. Kebijakan hakim dalam menghasilkan suatu putusan yang adil adalah
suatau hal yang paling diutamakan dalam hal ini. Hakim memiliki kebebasan untuk melakukan interpretasi untuk menyelesaikan suatu masalah dengan tetap
memperhatikan ketentuan-ketentuan yanga ada. Ketegasan hakim merupakan kunci dari terciptanya kepastian hukum.
Jika penerapan sita umum tidak dapat berlaku untuk BUMN Persero maka hal ini akan menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, terhadap penyelasaian
permasalahan BUMN Persero. Karena Kepailitan menjadi salah satu penyelesaian yang cukup memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Dengan
diberlakukannya kepailitan maka hal ini akan memberikan perlindungan bagi semua pihak, sehingga BUMN Persero dalam melakukan usahanya dapat leluasa
melakukan hubungan bisnis dengan pihak lain, tanpa menimbulkan keraguan bagi mitra bisnisnya. Pemberlakukan sita umum aset BUMN Persero dapat
dilaksanakan apabila ketentuan larangan penyitaan terhadap aset negara dikecualikan
terhadap aset
yang dikelola
oleh BUMN
Persero.
Universitas Sumatera Utara
111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan