Kepailitan Badan Usaha Milik Negara Persero

87 Badan hukum sebagai subjek hukum yang mempunyai kekayaan terpisah dari kekayaan perseronya dapat juga dinyatakan pailit. Dengan pernyataan pailit, organ badan hukum tersebut akan kehilangan hak untuk mengurus kekayaan badan hukum. Pengurus hrta kekayaan badan hukum yang dinyatakan pailit beralih pada kuratornya. Oleh karena itu, menurut ketentuan Pasal 24 UU KPKPU, gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan debitur pailit harus diajukan pada kuratornya. 163 Dalam hal permohonan pernyataan pailit ditujukan kepada badan usaha yang tidak berbadan hukum maka, permohonan pailitnya bukan ditujukan kepada badan usahanya tetapi kepada orang pribadi sebagai pengurus badan usaha tersebut. d. Harta warisan. Dalam UU KPKPU, bahwa pengajuan permohonan pernyataan pailit harus diajukan kepada pengadilan paling lambat 90 sembilan puluh hari setelah debitur meninggal. Dan putusan pernyataan pailit berakibat demi hukum dipisahkannya harta kekayaan orang yang meninggal dari harta kekayaan ahli warisnya. Dalam kepailitan harta warisan tidak berlaku adanya perdamaian, kecuali apabila warisannya telah diterima oleh ahli waris secara murni. 164

B. Kepailitan Badan Usaha Milik Negara Persero

Diaturnya permohonan pernyataan pailit terhadap BUMN, dalam UU KPKPU memperlihatkan bahwa legislator menyadari bahwa BUMN baik 163 Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm. 97. 164 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 207-211. Universitas Sumatera Utara 88 berbentuk Perum maupun Persero tidak terlepas dari problem pasang surutnya keadaan keuangannya akibat dari sistem pengelolaan perusahaan yang tidak profesional. Terhadap BUMN baik berbentuk Persero maupun Perum berdasarkan ketentuan UU KPKPU dapat dinyatakan Pailit, 165 tetapi Pasal 2 ayat 5 UU KPKPU mengatur secara khusus bahwa terhadap BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan Penjelasan Pasal 2 ayat 5 UU KPKPU menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham. Merujuk dari penjelasan tersebut bahwa BUMN yang bergerak dibidang publik adalah Perum, karena Perum dalam UU BUMN memiliki karekteristik yang sama dengan bunyi penjelasan Pasal 2 ayat 5 tersebut, sehingga mengenai hal kepailitan BUMN Perum akan berbeda dengan kepailitan BUMN Persero yang tunduk pada konsep aturan bagi PT. Kepailitan BUMN Persero tunduk kepada ketentuan UU KPKPU dan berlaku terhadapnya ketentuan-ketentuan kepailitan seperti halnya PT swasta lainnya, misalnya dalam hal mengajukan permohonan pailit, pihak manapun dapat melakukan pengajuan permohonan kepailitan terhadap BUMN Persero. Tabel 1 Berikut daftar BUMN Persero yang pernah diajukan untuk dipailitkan. 166 BUMN Persero Beban Utang Keterangan Alasan PenolakanPembatalan Dok Kodja Bahari Promes US 4,1 juta Hongkong Chinese Bank Tiga kali digugat pailit tetapi ditolak oleh Asetmodal perusahaan adalah milik negara, sehingga 165 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2. 166 Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 221. Universitas Sumatera Utara 89 pengadilan. berdasarkan Pasal 50 UU PN asetmodal perusahaan tersebut tidak dapat dilakukan penyitaan. Hutama Karya Rp. 2,3 miliar di PT. Jaya Readymix Dipailitakan pengadilan tetapi dibatalkan MA Syarat untuk dinyatakan pailit tidak terbukti, karena dalam perkara ini debitur terbukti hanya memiliki satu kreditur. Jasindo Rp. 450 miliar di empat bank asing Permohonan pernyataan pailit ditolak oleh pengadilan Permohonan pernyataan pailit harus dilakukan oleh menteri keuangan. Garuda Indonesia US 4.384.357 kepada PT. Magnus Permohonan pernyataan pailit ditolak oleh pengadilan Permohonan pailit tidak dapat dibuktikan secara sederhana. Dirgantara Indonesia Gaji para mantan kryawan yang belum dibayar sebesar Rp. 200 miliar Permohonan pernyataan pailit dikabulkan oleh pengadialan tetapi dibatalkan oleh MA PT. Dirgantara Indonesia masuk dalam BUMN yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, oleh karena itu permohonan pailit untuk perusahaan BUMN hanya bisa diajukan oleh menteri keuangan PT. IGLAS Rp. 102.531.936,00 dan US 164.816,38 di PT. Interchemen Plasagro Jaya. Permohonan pernyataan pailit ditolak oleh pengadilan, dipailitkan oleh MA, di tingkat peninjauan kembali permohonan pernyataan pailit ditolak Kepemilikan negara dalam aset PT. IGLAS adalah 100, dan oleh karena itu pengajuan permohonan pernyataan pailit harus dilakukan oleh menteri keuangan, bukan pihak kreditur. Berdasarkan daftar tersebut tampak bahwa sampai sekarang belum ada BUMN Persero yang dipailitkan berdasarkan UU KPKPU. Universitas Sumatera Utara 90 1. Syarat kepailitan BUMN Persero Syarat Kepailitan BUMN Persero adalah apabila debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. 167 Dalam UU KPKPU tidak menyebutkan secara langsung syarat tersebut adalah ditujukan kepada BUMN Persero, namun sebagai konsekuensi dari ketentuan Pasal 1 angka 2 dan Pasal 11 UU BUMN yang menentukan bahwa terhadap BUMN Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UU PT. Konteks kepailitan berdasarkan penjelasan di atas maka BUMN berbentuk Persero baik yang seluruh atau sebagian sahamnya milik negara sama dengan perusahaan swasta, artinya dapat diajukan permohonan pailit oleh debitur, dan para krediturnya. 168 Dalam hal debitur adalah BUMN Persero yang bergerak dibidang perbankan maka yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah oleh OJK. 169 Selain itu BUMN Persero yang bergerak di bidang Pasar Modal berdasarkan UU KPKPU maka yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah OJK. 170 Badan Usaha Milik Negara Persero yang kedudukannya sama seperti PT memiliki kedudukan yang juga sama dalam hal Kepailitan. Di Indonesia syarat pengajuan permohonan pailit dilakukan dengan sederhana sumir, artinya pengadilan di dalam memeriksa perkara kepailitan itu tidak perlu terikat dengan sistem pembuktian dan alat-alat bukti yang ditentukan dalam hukum acara 167 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 1. 168 Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 220. 169 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 3. 170 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 4. Universitas Sumatera Utara 91 perdata. Semangat pemeriksaan secara sederhana itu terlihat dalam Pasal 2 ayat 1, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan apabila dapat dibuktikan debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Pembuktian yang sederhana tersebut sebenarnya mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah agar BUMN Persero dalam melakukan kegiatan usahnya secara benar dan efisien serta menjadi cambuk bagi BUMN Persero untuk memenuhi kewajibannya terhadap mitra kerja. Sisi negatifnya adalah seringnya BUMN Persero dimohonkan pailit, apabila terlambat dalam melakukan kewajibannya, padahal BUMN Persero tersebut dalam keadaan finansial yang sehat, sehingga akan menghambat kinerja BUMN Persero. Berkenaan dengan sifat sederhananya pemeriksaan permohonan kepailitan, maka tentunya sangat diharapkan sifat yang aktif dari hakim untuk sedapat mungkin mendengar secara seksama kedua belah pihak di depan persidangan, dan berusaha mendamaikan diantara keduanya. 171 Remy Sjahdeini, menyatakan hendaknya syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit oleh seoarang 172 kreditur terhadap seorang debitur, selain debitur memiliki lebih dari seoarang kreditur, juga debitur tersebut harus dalam keadaan insolven, yaitu tidak membayar sebagian besar utang-utangnya atau paling sedikit lebih dari 50 utang-utangnya, sebagaimana bunyi Pasal 1FV. Walaupun dalam keadaan insolven tidak merupakan unsur sebagai syarat untuk dipailitkannya debitur, hendaknya hakim tetap mempertimbangkan hal ini, terutama terhadap debitur BUMN Persero karena memiliki status dan karekteristik 171 Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 33. 172 Seorang tersebut dalam artian subjek hukum yang terdiri dari Badan Hukum dan orang perorangan atau individu. Universitas Sumatera Utara 92 khusus yaitu saham dan harta benda tetap BUMNBUMD Persero berasal dari pemerintah. 173 2. Pengurusan dan pemberesan aset BUMN Persero dalam kepailitan Pelaksanaan ketentuan kepailitan hingga saat ini belum dijumpai BUMN Persero yang dinyatakan pailit, sehingga dalam hal pengurusan dan pemberesan harta BUMN Persero belum ada contoh yang menjelaskan bagaimana dilakukannya pemberesan tersebut. Namun apabila dilihat dari bentuk BUMN Persero maka dapat diasumsikan pemberesan harta pailit BUMN Persero sama dengan pemberesan harta PT. Dengan demikian, semua aset Persero berada dalam sita umum, dan persero kehilangan haknya untuk mengurus aset-asetnya. 174 Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, debitur pailit tidak lagi diperkenankan untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaan yang telah dinyatakan pailit. Selanjutnya pelaksanaan pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit tersebut diserahkan kepada kurator yang diangkat oleh Pengadilan, dengan diawasi oleh seorang hakim pengawas. 175 Kurator diberi kewenangan yang diatur dalam Pasal 69 ayat 1 UU KPKPU untuk melakukan pengurusan atau pemberesan harta pailit yang meliputi: mengumumkan keputusan hakim tentang kepailitan itu di dalam berita negara dan surat-surat kabar yang disetujui oleh hakim pengawas, melakukan penyitaan terhadap hrta-harta si pailit, berupa efek-efek, surat-surat berharga, uang tunai dan benda-benda lainnya, kecuali barang-barang yang tersebut dalam pasal 22 UU KPKPU, menyusun invetarisasi harta pailit dan daftar utang-piutang si pailit 173 Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 223. 174 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 ayat 1. 175 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999, hlm. 62. Universitas Sumatera Utara 93 membuat suatu akor atau perdamaian setelah terlebih dahulu mendapat persertujuan dari hakim komisaris, dan nasihat dari panitia para kreditur 176 , penyelamatan, pengelolaan dan penjaminan serta penjualan harta pailit. 177 Pelaksanaan pengurusan harta pailit tersebut oleh kurator bersifat seketika, dan berlaku pada saat itu pula terhitung sejak tanggal putusan ditetapkan, meskipun terhadap putusan kemudian diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Jika ternyata kemudian putusan pernyataan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik putusan kasasi atau peninjauan kembali, maka segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan, tetap sah dan mengikat bagi debitur pailit. 178 Sejak kepailitan diputuskan, debitur pailit tidak lagi berhak melakukan pengurusan atas harta kekayaannya, UU KPKPU telah menunjuk kurtor sebagai satu-satunya pihak yang akan menangani seluruh kegiatan pemberesan termasuk pengurusan harta pailit. Pengangkatan kurator adalah wewenang hakim Pengadilan Niaga. Pihak debitur, kreditur atau pihak yang berwenang OJK, Menteri Keuangan, Kejaksaan hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan niaga. Apabila pihak debitur, kreditur atau pihak yang berwenang tersebut tidak mengajukan usulan mengenai pengangkatan kurator, maka secara otomatis Balai Harta Peninggalan BHP diangkat sebagai kurator. 179 Kurator sebagai mana dijelaskan terdiri dari dua yaitu, Balai Harta Peninggalan dan kurator lainnya. Kurator lainnya tersebut 176 Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 75. 177 Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, Edisi Revisi Malang: UMM Press, 2006, hlm. 136. 178 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Loc.Cit, 179 Jono, Hukum Kepailitan Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 141. Universitas Sumatera Utara 94 merupakan kurator yang diajukan oleh debitur, kreditur atau pihak yang berwenang, yang dapat menjadi kurator tersebut adalah: 180 a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus danatau membereskan harta pailit. b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. c. Harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan PKPU lebih dari tiga perkara. 181 Selanjutnya tugas kurataor dalam kepailitan adalah melakukan verifikasi atau mencocokan tagihan-tagihan. Mengenai pencocokan utang dilakukan melalui rapat kreditur. Dalam memori penjelasan peraturan kepailitan verifikasi diartikan sebagai prosedur untuk menetapkan hak menagih yang ditafsirkan dalam arti luas, yakni meliputi seluruh perbutan yang menuju kepada penetapan tagihan-tagihan. Menurut Syamsudin M. Sinaga verifikasi atau pencocokan uatang-piutang adalah suatu kegiatan dalam rapat kreditur pasca putusan pernyataan pailit yang dihadiri kurator, debitur, dan kreditur yang dipimpin oleh hakim pengawas serta dibantu oleh panitera pengganti. 182 Rapat verifikasi bertujuan untuk menagih, mencocokan, dan mengesahkan tagihan yang sudah masuk kepada kurator. 180 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 70 ayat 2. 181 Andrian Nurdin, Op.Cit, hlm. 230. 182 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 82 Universitas Sumatera Utara 95 Berdasarkan Pasal 113 UU KPKPU disebutkan paling lambat empat belas hari setelah putusan pernyataan pailit diucapakan, hakim pengawas harus menetapkan: a. Batas akhir pengajuan tagihan; b. Batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; c. Hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat kreditur untuk mengadakan pencocokan piutang. Segala tagihan yang ada harus dimasukan kepada kurator dengan memajukan suatu perhitungan atau suatu keterangan tertulis lainnya, yang menunjukan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan bukti-bukti atau salinan- salinan dari bukti-bukti tersebut, beserta suatu pernyataan mengenai ada atau tidaknya suatu hak istimewa, gadai hipotik, hak tanggungan, hak guna lainnya, termasuk hak retensi. Kurator berkewajiban untuk melakukan pencocokan antara perhitungan-perhitungan yang dimasukkan dengan catatan-catatan dan keterangan-keterangan yang ada pada debitur pailit, dan jika perlu di mana terdapat keberatan terhadap diterimanya suatu penagihan, untuk melaksanakan perundingan dengan kreditur, dan selanjutnya meminta kepada kreditur agar dimajukan surat-surat yang belum dimasukkan, termasuk untuk memperlihatkan catatan-catatan dan surat-surat bukti asli. Setelah itu kurator harus memilah-milah antara piutang yang disetujui atau dibantah. Seluruh piutang-piutang yang disetujuinya dimasukkan dalam daftar piutang-piutang yang diakui, sedangkan piutang-piutang yang dibantah dimasukkannya dalam suatu daftar tersendiri yang Universitas Sumatera Utara 96 memuat alasan-alasan pembatahannya. 183 Dengan adanya proses pencocokan utang-piutang ini memberikan informasi kepada kurator sehingga diketahui siapa krediturnya, sah atau tidak tagihan yang diajukan dan memastikan besar jumlah tagihan. Rapat verifikasi juga membahas menganai rencana perdamaian yang telah diajukan debitur sebelum diadakannya rapat verifikasi ini kepada Kepaniteraan Pengadilan. Perdamaian setelah pernyataan pailit pun masih dimungkinkan. Dengann kata lain, sekalipun debitur sudah dinyatakan pailit oleh pengadilan, namun peluang bagi debitur untuk melakukan perdamaian dengan kreditur masih tetap terbuka. 184 Perdamaian yang ditawarkan oleh si pailit itu beberapa kemungkinan atau alternatif yang akan dipilih oleh para kreditur, yaitu: 185 a. Kemungkinan si pailit menawarkan kepada krediturnya, bahwa ia akan membayar sanggup membayar dalam jumlah tertentu dari uutangnya tidak dalam jumlah keseluruhannya; b. Kemungkinan si pailit akan menawarkan perdamaian likuidasi, yakni si pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para kreditur untuk dijual di bawah pengawasan seoarang pengawas pemberes, dan hasil penjualannya dibagi untuk kreditur. Apabila hasil penjualan itu tidak mencukupi, maka si pailit di bebaskan untuk membayar sisa yang belum terbayar; 183 Ibid, 184 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang Terrkait dengan Kepailitan Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006, hlm. 35. 185 Zainal Asikin, Op.Cit, hlm. 88. Universitas Sumatera Utara 97 c. Kemungkinan debitur pailit menawarkan untuk meminta penundaan pembayaran dan diperbolehkan mengangsur utangnya untuk beberapa waktu. Dibukanya kemungkinan untuk mengadakan perdamaian, maka hal itu akan dapat menguntungkan kedua belah pihak, karena bagi para kreditur jikalu harta si pailit dijualdilelang atau dilakukan pemberesan dengan perantara hakim, dan hasilnya dibagi menurut imbangan jumlah piutang kreditur, maka belum tentu para kreditur itu akan mendapat pembayaran yang lebih tinggi seperti ditawarkan di dalam perdamaian. Jadi penawaran di dalam perdamaian mungkin lebih tinggi dibanding dengan pembagian melalui pemberesan oleh hakim. Bagi debitur, ia akan membayar sejumlah utang yang telah disetujui dalam perdamaian lebih kecil dari utang sebenarnya, sedangkan sisanya tidak menjadi beban bagi debitur untuk melunasinya. Apabila perdamaian telah dipenuhi, maka berakhirlah kepailitan. Hal itu berbeda pemberesan oleh Hakim, yakni dari hasil pelelangan itu belum cukup untuk melunasi utang-utang si pailit secara penuh, maka sisanya akan tetap menjadi utang si pailit, yang pelunasannya dijamin dengan harta pailit yang masih akan ada Pasal 1131 KUH Perdata. 186 Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 151 UU KPKPU rencana perdamaian akan diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih setengah jumlah kreditur konkuren yang hadir mewakili 23 jumlah seluruh piutang konkuren. Jadi kata kunci diterima atau ditolaknya rencana perdamaian ada di forum rapat kreditur konkuren. Agar rapat yang diadakan oleh para kreditur 186 Ibid, hlm. 89. Universitas Sumatera Utara 98 konkuren mempunyai kekuatan hukum, maka notulen rapat harus memuat hasil rapat dalam Berita Acara Rapat. 187 Berdasarkan berita acara rapat yang sudah disepakati tersebut, maka berita acara akan dibawa ke sidang Pengadilan Niaga kembali untuk mendapatkan pengesahan oleh hakim. Dalam hal ini hakim bisa saja menolak hasil rapat perdamaian. Penolakan tentu harus didasarkan kepada pertimbangan hukum yang matang. Landasan normatifnya dijabarkan dalam Pasal 159 UU KPKPU, Pengadilan wajib menolak pengesahan perdamaian, bila: a. Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian; b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin; danatau c. Perdamaian dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu atau lebih kreditur, atau karena pemakaian upaya lain yang tidaak jujur dan tanpa menghiraukaan apaka debitur atau pihak lain bekerjasama untuk mencapai hal ini. Perdamaian yaang disahkan akan berlaku bagi semua kreditur yang tidak mempunyai hak didahulukan. Dalam hal pengesahan perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir. Kurator wajib mengumumkan perdamaian dalam Berita Negara RI dan paling sedikit diumumkan dalam dua surat kabar yang bersekala nasional Pasal 166 UU KPKPU. 188 187 Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm. 36. 188 Ibid, hlm. 37. Universitas Sumatera Utara 99 Perdamaian yang telah disahkan dapat dituntut pembatalannya oleh setiap kreditur dengan alasan debitur lalai memenuhi isi perdamaian. Apabila ada permohonan pembatalan perdamaian, maka debitur pailit yang harus membuktikan bahwa ia telah memenuhi isi perdamaian itu. Selanjutnya, hakim karena jabatannya berwenang penuh untuk memberikan keleluasaan kepada debitur pailit untuk memenuhi kewajiban itu sampai waktu selambat-lambatnya dalam satu bulan. Apabila perdamaian dibatalkan, maka kepailitan dibuka kembali seperti semula. Akibatnya, semua perbuatan yang dilakukan oleh debitur dalam waktu antara pengesahan perdamaian dan pembukaan kembali ke kepailitan, akan mengikat harta pailit. Selanjutnya, setelah kepailitan dibuka kembali, maka tidak dapat ditawarkan perdamaian untuk kedua kalinya. 189 Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam kedaan insolvensi. 190 Bila dalam waktu 8 hari setelah pengesahan perdamaian secara pasti telah ditolak, kurator atau kreditur yang hadir dapat mengusulkan kepada hakim pengawas utuk melanjutkan perusahaan debitur pailit. Untuk itu hakim pengawas harus mengadakan rapat paling lambat 14 hari untuk merundingkan usul tersebut dan mengambil keputusan. Hakim pengawas dapat menerima atau menolak usulan tersebut. 189 Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm. 180. 190 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 178 ayat 1 dan Pasal 181 1. Universitas Sumatera Utara 100 Atas permohonan kreditur atau kurator, hakim pengawas dapat memerintahkan agar kelanjutan perusahaan dihentikan. 191 Dalam hal ini kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan dari debitur apabila: a. Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam undang-undang atau usul tersebut telah diajukan tetapi ditolak; atau b. Pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan. Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tatacara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan atau dijual secara dibawah tangan dengan izin Hakim Pengawas. Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim pengawas. Daftar pembagian itu memuat rincian penerimaan dan pengeluaran termasuk di dalamnya upah kurator, nama kreditur, jumlah yang dicocokan dari tiap-tiap piutang, dan bagian yang wajib diterima kreditur. Pembayaran kepada kreditur konkuren ataupun kreditur yang diistimewakan, kepada kreditur konkuren diberikan bagian yang ditentukan oleh hakim pengawas. Kreditur pemegang gadai jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, sejauh mereka tidak dibayar dengan hasil dari penjualan harta jaminan tersebut Pasal 55, dapat dilakukan dari hasil penjualan benda terhadap mana mereka mempunyai hak istimewa atau yang diagunkan kepada mereka. Dalam hasil penjualan benda tidak mencukupi untuk membayar 191 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 183, Pasal 184 dan Pasal 185 ayat 1 dan 2. Universitas Sumatera Utara 101 seluruh piutang kreditur pemegang hak jaminan, maka untuk kekurangannya mereka berkedudukan sebagai kreditur konkuren. Kepailitan berakhir apabila kepada seluruh kreditur yang piutangnya telah dicocokan dibayar penuh, atau segera setelah daftar penutup memperoleh kekuatan hukum yang pasti atau mengikat. Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan surat kabar. Bertolak dari uraian dimuka dapat disimpulkan bahwa pemberesan aset BUMN Persero dalam kepailitan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi badan usaha PT swasta. Tetapi ketentuan tersebut tidak dapat dilaksanakan lantaran ada benturan ketentuan mengenai hal adanya larangan penyitaan terhadap harta negara. C. Penerapan Sita Umum Aset Badan Usaha Milik Negara Persero Pailit terkait UU No. 1 Tahun 2004 Badan Usaha Milik Negara Persero yang dinyatakan pailit maka seluruh hartanya jatuh kepada sita umum yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator. 192 Penerapan sita umum yang dilakukan kurator bermaksud untuk melakukan penyelamatan, pengelolaan dan penjaminan serta penjualan harta pailit, 193 untuk bertujuan melunasi utang-utang debitur terhadap kreditur secara merata sesuai dengan bagian yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. Penerapan sita umum terhadap BUMN Persero pailit pada dasarnya dapat dilakukan. Dalam penjelasan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 192 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1 angka 1. 193 Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm. 136. Universitas Sumatera Utara 102 tentang Perusahaan Perseroan Persero dan UU KPKPU menentukan bahwa BUMN Persero dapat dipailitkan, konsekuensinya adalah terhadap aset BUMN Persero dapat dilakukan sita umum. Tetapi mengenai hal pengurusan dan pemberesan harta BUMN Persero secara tegas tidak disebut dalam UU KPKPU, melainkan dalam UU KPKPU menjelaskan mengenai pengurusan dan pemberesan harta kepailitan badan hukum. Pasal 11 UU BUMN dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Persero menegaskan bahwa terhadap persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi PT, hal ini dikarenakan BUMN Persero identik dengan PT. Dari ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa mengenai hal kepailitan BUMN Persero penerapan sita umumnya tunduk pada UU KPKPU. Pengurusan dan pemberesan harta BUMN Persero pailit dilakukan sebagaimana sesuai dengan penjelasan pada sub bab sebelumnya. Sita umum dilakukan kurator terhadap aset BUMN Persero Pailit. Harta BUMN Persero sebagian atau seluruhnya berasal darai kekayaan negara, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 48 dan 62PPU-XI2013, menjelaskan bahwa kekayaan negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal di BUMN Persero masih tetap menjadi kekayaan negara. 194 Terkait dengan UU PN Pasal 50 melarang pihak manapun melakukan penyitaan terhadap kekayaan negara. Dilihat dari ketentuan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah BUMN Persero dapat dilakukan sita umum atau tidak, apabila suatu BUMN Persero dinyatakan pailit terkait dengan bunyi Pasal 50 UU PN. 194 Republik Indonesia Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 48PUU-XI2013, hlm. 226. Universitas Sumatera Utara 103 Berdasarkan kasus yang ada, misalnya pernyataan pailit terhadap PT. Dok Perkapalan Koja Bahari Persero yang di dasarkan pada adanya utang termohon dengan Societe General Asia Singapore Ltd , sebesar Rp12.921.101.000,00, utang dengan pemohon pailit II sebesar Rp2.319.201.000,00, utang dengan Bank of America Securities Asia Ltd sebesar Rp2.319.201.000,00. 195 Syarat suatu debitur dapat dinyatakan pailit apabila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Oleh karena itu dengan terpenuhi syarat pailit tersebut, maka hakim dapat menyatakan pailit terhadap debitur tersebut. Tetapi Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam Putusan No. 04Pailit2006PN.NIAGA.JKT.PST, tanggal 5 April 2006 telah menolak permohonan pernyataan pailit dengan pertimbangan bahwa berdasarkan Anggaran Dasar PT. Dok Perkapalan Kodja Bahari dinyatakan bahwa dari modal tersebut telah ditempatkandiambil bagian Negara Republik Indonesia sebanyak 99.547 saham atau seharga Rp99.547.000.000,00, sehingga dengan demikian aset PT. Dok Perkapalan Kodja Bahari Persero merupakan aset negaramilik negara. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU PN dijelaskan bahwa larangan penyitaan uang dan barang milik negara danatau yang dikuasai negara oleh pihak manapun. Sehingga dengan demikian dapat disimpulakan bahwa termohon pailit tidak dapat dinyatakan pailit. Atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut para Pemohon pailit mengajukan permohonan kasasi. Majelis Hakim tingkat kasasi dengan Putusan 195 Andriani Nurdin, Op.Cit, hlm. 254. Universitas Sumatera Utara 104 No. 011KN2006 tanggal 17 Juli 2006 dalam pertimbangan hukumnya berpendapat bahwa barang yang sepenuhnya dimiliki oleh termohon kasasi tidak dapat dikualisifikasikan sebagai aset negara yang tidak dapat disita. Aset termohon sebagian dimiliki oleh negara dan sebagian lagi dimiliki sepenuhnya oleh termohon. Seharusnya kepailitan yang dimohonkan hanya tertuju terhadap kekayaan yang sepenuhnya dimiliki oleh termohon. Sehingga Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Atas putusan tingkat kasasi tersebut para pemohon pailit mengajukan permohonan PK, dalam pertimbangannya membenarkan putusan dari Mahkamah Agung bahwa Termohon dapat dipailitkan dengan mempertimbangkan Pasal 50 UUPN. 196 Analisis hukum terhadap kasus tersebut bahwa Hakim Pengadilan Niaga berpendapat bahwa harta BUMN Persero tersebut adalah milik negara sehingga tidak dapat dilakukan penyitaan, oleh sebab itu kepailitan tidak dapat dilakukan. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UU KPKPU yang menyatakan bahwa baik BUMN Perum ataupun BUMN Persero dapat dipailitkan. Pada tingkat Kasasi dan PK, Majelis Hakim berpendapat bahwa asetharta kekayaan milik BUMN Persero Pailit adalah milik negara dan Majelis Hakim berpendapat bahwa harta BUMN Persero tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu sebagain harta persero adalah harta negara dan sebagian yang lain adalah harta BUMN Persero tersebut. Sehingga menurut Majelis Hakim permohonan kepailitan hanya dapat diajukan kepada harta yang sepenuhnya milik BUMN Persero. Hal tersebut apabila dilihat dari sumber harta BUMN Persero adalah benar. BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk PT yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling 196 Ibid, hlm. 256. Universitas Sumatera Utara 105 sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 197 Tetapi dari segi kepailitan, pendapat Majelis Hakim mengenai penyitaan dilakukan hanya kepada harta perseroan tidak kepada harta negara adalah kurang tepat. Pada dasarnya kepailitan adalah sita umum terhadap seluruh harta BUMN Persero, dan harta persero tersebut terdiri dari harta negara dan harta pihak lain yang dinilai dalam bentuk saham. Dalam mengambil keputusannya Majelis Hakim terbentur dengan ketentuan Pasal 50 UU PN sehingga keputusan yang dikeluarkan kurang menciptakan kepastian hukum. Perseroan Terbatas merupakan badan hukum legal entity, yaitu badan hukum “mandiri” persona standi in judicio yang memiliki unsur-unsur yaitu; pertama adanya harta kekayaan yang terpisah, kedua mempunyai tujuan tertentu, ketiga mempunyai kepentingan sendiri, dan yang keempat adanya organisasi yang teratur. 198 Memiliki harta kekayaan yang terpisah dari pendirinya dalam hal ini negara dan pihak lainnya, oleh karena itu PT dalam hukum dipandang berdiri sendiri otonom terlepas dari orang perorangan yang berada dalam PT tersebut. Konsekuensinya, keuntungan yang diperoleh, dipandang sebagai hak dan harta kekayaan badan itu sendiri. Demikian pula sebaliknya bila terjadi suatu utang atau kerugian dianggap menjadi beban PT sendiri yang dibayarkan dari harta kekayaan PT semata-mata. 199 Negara dapat melakukan investasi dengan bentuk penyertaan modal. Penyertaan modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan usaha 197 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 1 angka 2. 198 Habib Adjie, Op.Cit, hlm. 17. 199 Rudhi Prasetya, Op.Cit, hlm. 9. Universitas Sumatera Utara 106 dengan mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian PT danatau pengambil alihan PT. Dalam hal ini negara yang diwakilkan oleh menteri bertindak selaku pemegang saham pada persero. 200 Harta yang ada di dalam BUMN Persero tersebut baik itu berasal dari negara ataupun dari swasta, berdasarkan konsep PT maka dapat dipahami bahwa ketika harta tersebut telah disetorditempatkan menjadi modal BUMN Persero yang dicatat dalam anggaran dasar perseroan. Maka harta tersebut menjadi harta BUMN Persero, yang pengelolaan dan pengurusannya dilakukan oleh direksi. Pengelolaan BUMN Persero sepenuhnya dilakukan oleh direksi sebagai pengurus. Tetapi dari konsep PT juga dikenal adanya organ-organ yang lain seperti pemegang saham dan dewan komisaris. Pemegang saham dalam BUMN Persero adalah negara, harta negara adalah harta yang bersumber dari APBN, oleh karena itu saham negara yang terdapat di dalam BUMN Persero merupakan kekayaan negara, hal ini tidak dapat dihilangkan begitu saja. Apabila dikatakan bahwa harta dalam bentuk saham yang ada di dalam BUMN Persero bukan milik negara, lantas saham tersebut milik siapa, karena dalam PT dikenal adanya pemegang saham. Keputusan Mahkamah Konstitusi dan pengertian keuangan negara menurut Pasal 2 huruf g adalah yang menyatakan bahwa harta BUMN Persero adalah harta negara, merupakan pendapat yang tepat. Karena BUMN Persero yang modalnya baik sebagain atau seluruhnya bersumber dari harta negara. Hal ini baik langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan hukum dengan keuangan negara. Hanya saja dalam memahami ketentuan tersebut terdapat kekeliruan yang 200 Muhammad Djafar Saidi, Op.Cit, hlm. 31. Universitas Sumatera Utara 107 bertentangan dengan konsep perseroan, yaitu adanya hak negara dalam melakukan pengelolaan BUMN Persero. Negara dalam hal ini kapasitasnya hanya sebagai pemegang saham, adapun mengenai pengurusan aset adalah hak direksi, dan konsekuensinya negara harus merelakan asetnya digunakan untuk menjalankan usaha BUMN Persero. Oleh karena itu BUMN Persero dalam hukum dipandang berdiri sendiri otonom terlepas dari orang perorangan yang berada dalam BUMN Persero tersebut. Hal ini sesuai dengan teori harta kekayaan bertujuan doelvermogens- theorie dari Brinz, yang menerangkan bahwa apa yang dinamakan hak-hak dari suatu badan hukum seperti harta baik pembinaan, pengelolaan dan keuntungan dari pengurusan tersebut, sebenarnya hak-hak yang tidak ada yang mempunyainya atau dengan kata lain pendiri badan hukum tersebut tidak memiliki hak apapun dalam pengurusan dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan, yaitu berupa saham-saham yang menghasilkan deviden dan bunga capital gain. Kekeliruan lainnya yang timbul dari kesalapahaman ini adalah kewenangan BPK dalam memeriksa kuangan BUMN Persero. Pengelolaan keuangan BUMN Persero merupakan hak dari pengurus sepenuhnya, karena kegiatan tersebut salah satu dari tugas direksi yang pihak manapun tidak dapat melakukan intervensi. Apabila di dalam pengurusan BUMN Persero mengalami kerugian, sehingga memiliki utang dengan pihak lain, maka BUMN Persero bertanggung jawab terhadap pelunasan utang-utang tersebut, dan negara sebagai pemegang saham juga bertanggung jawab terhadap pelunasan utang sebatas saham yang Universitas Sumatera Utara 108 disetorkan ke dalam BUMN Persero. Sehingga seharusnya dalam hukum kepailitan, ketika melakukan sita umum maka, semua aset yang tertera dalam anggaran dasar yang merupakan harta BUMN Persero tersebut masuk dalam sita umum, baik itu harta negara dan harta pihak lain, sebagai wujud pertanggungjawaban pemegang saham. Kepailita BUMN Persero pada perkembangannya mengalami hambatan dan ketidak pastian. Adanya pertentangan hukum yang sangat mendasar membuat hakim dalam menjatuhkan putusannya menjadi gamang sehingga putusan yang dikeluarkan berbeda dengan putusan hakim lainnya. Tidak ada kepastian hukum yang tercipta dari putusan hakim mengenai Kepailitan BUMN Persero. Dari pandangan akademisi mengenai hal kepailitan BUMN Persero seharusnya penerapan sita umum tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan UU BUMN, UU PT dan UU KPKPU. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang perbendaharaan negara maka kepailitan terhadap BUMN Persero adalah suatu yang mustahil untuk dilaksanakan. Adanya larangan untuk melakukan penyitaan terhadap kekayaan negara, hal ini lah yang menyebabkan tidak dapat dilakukannya sita umum. Kegiatan transaksi bisnis yang dilakukan BUMN Persero dengan investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia membutuhkan kepastian hukum sebagai instrumen persyaratan yang mutlak. Ketentuan Pasal 50 UU PN merupakan regulasi yang cendrung dipaksakan terhadap harta BUMN Persero sehingga tidak mengandung kepastian hukum dan penghormatan ketentuan kepailitan. Dalam kontekstualisasi Pasal 2 huruf g dan i UU KN, yang menjadi dasar UU PN dalam melakukan interpretasi Pasal 50 oleh hakim, tidak diragukan Universitas Sumatera Utara 109 lagi dalam peraktiknya akan merugikan kedudukan hukum sektor privat sebagai domain yang berbeda dengan sektor publik. Berdasarkan prinsip hukum, kepunyaan badan hukum memiliki ketegasan batasan apakah termasuk kepunyaan publik domain public atau kepunyaan privat domain prive. Keduanya tidak mungkin tunduk pada peraturan perundang-undangan yang sama, baik dalam tata kelola dan tata tanggung jawabnya. Prinsip ini sejalan dengan doktrin badan hukum yang mensyaratkan kekayaankeuangan yang terpisah, sehingga badan hukum yakni BUMN Persero sah sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Pendapat hakim yang lebih condong kepada alasan perlindungan aset negara, karena mencangkup kedaulatan masyarakat. Hakim berpendat bahwa harta negara yang di jadikan imbreng kedalam BUMN Persero harus di lindungi dan diawasi oleh pemerintah, sehingga tidak boleh dihilangkan dari area keuangan negara. Namun bukan berarti kewenangan negara mencangkup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan aset BUMN Persero. Adanya kekhwatiran sebagian pihak bahwa pemisahan badan usaha milik negara dari pengelolaan keuangan negara menimbulkan moral hazard dan mal- administrasi adalah kekeliruan berpikir rasionalitas hukum. Pandangan tersebut dapat dikatakan sebagai ketidak pahaman atas teori hukum dan hukum positif yang seharusnya merupakan keterkaitan yang bersifat saling mendukung. Pada hal berdasarkan konsep tata kelola perseroan negara tetap mempunyai peranan hak dan kewajiban dan pengendalian sebagai pemegang saham menurut prinsip- prinsip pengelolaan yang baik good governance. Universitas Sumatera Utara 110 Larangan penyitaan terhadap aset negara yang diatur dalam Pasal 50 UU PN sekiranya harus dikecualikan terhadap aset BUMN Persero, karena kegiatan yang dilakukan oleh BUMN Persero adalah murni ranah hukum privat. Tidak ada kaitannya dengan penyelenggaraan negara yang berdimensi publik. Ketentuan Pasal 50 UU PN tersebut kiranya diperuntukan untuk kegitan penyelenggaraan negara yang bersifat publik. Pengecualin tersebut akan memberikan penyelesaian dan solusi dari pertentangan ketentuan-ketentuan hukum yang selama ini membingungkan para hakim dalam memutuskan suatu perkara kepailitan BUMN Persero. Kebijakan hakim dalam menghasilkan suatu putusan yang adil adalah suatau hal yang paling diutamakan dalam hal ini. Hakim memiliki kebebasan untuk melakukan interpretasi untuk menyelesaikan suatu masalah dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan yanga ada. Ketegasan hakim merupakan kunci dari terciptanya kepastian hukum. Jika penerapan sita umum tidak dapat berlaku untuk BUMN Persero maka hal ini akan menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, terhadap penyelasaian permasalahan BUMN Persero. Karena Kepailitan menjadi salah satu penyelesaian yang cukup memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Dengan diberlakukannya kepailitan maka hal ini akan memberikan perlindungan bagi semua pihak, sehingga BUMN Persero dalam melakukan usahanya dapat leluasa melakukan hubungan bisnis dengan pihak lain, tanpa menimbulkan keraguan bagi mitra bisnisnya. Pemberlakukan sita umum aset BUMN Persero dapat dilaksanakan apabila ketentuan larangan penyitaan terhadap aset negara dikecualikan terhadap aset yang dikelola oleh BUMN Persero. Universitas Sumatera Utara 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pelayanan Umum yang Dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero dalam Melaksanakan Maksud dan Tujuannya ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (studi pada PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Suma

2 49 114

Analisis Yuridis Terhadap Pengurusan Piutang Perusahaan Negara Dikaitkan dengan Non Performing Loan Pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN):(Studi Pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Wilayah I Medan)

2 63 130

Analisis Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2010)

9 152 128

Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

17 131 163

Kemitraan Usaha Kecil Menengah Dengan Badan Usaha Milik Negara Di Kota Medan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) dan PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Kantor Medan)

0 56 199

ANALISIS SITA UMUM HARTA KEKAYAAN BUMN PERSERO YANG TELAH DINYATAKAN PAILIT TERKAIT BERLAKUNYA UNDANG-UNDANV NO 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA.

0 0 12

BAB II KETERKAITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO DENGAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia - Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang N

2 1 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

0 0 19

PENERAPAN SITA UMUM TERHADAP ASET PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PERSERO PAILIT TERKAIT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA SKRIPSI

0 0 8

Pelayanan Umum yang Dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero dalam Melaksanakan Maksud dan Tujuannya ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (studi pada PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Suma

0 0 11