18
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II KETERKAITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO
DENGAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS Pada bab ini akan membahas tentang Badan Usaha Milik Negara,
bentuk badan hukum PT dan pengelolaan BUMN Persero sebagai PT serta keterkaitan antara Badan Usaha Milik Negara Persero
dengan PT. BAB III ASET NEGARA DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA
PERSERO Bab ini akan membahas tentang keuangan negara, perbendaharaan
negara, dan status hukum aset negara di dalam BUMN Persero Terkait Adanya Putusan MK. No. 48 dan 62PPU-XI2013.
BAB IV PENERAPAN SITA UMUM TERHADAP ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO PAILIT
Bab ini adalah bab yang berisikan analisa dari beberapa bab sebelumnya yang membahas tentang landasan umum kepailitan,
Kepailitan Badan Usaha Milik Negara Persero dan Penerapan Sita Umum Badan Usaha Milik Negara Persero dihubungkan dengan
kepemilikan negara terhadap aset perusahaan. Keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
19
permasalahan tersebut menjadi satu kesatuan pemahaman yang nantinya menjelaskan bagaimana sebenarnya Kepailitan BUMN
Persero itu. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab
yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas dan saran terhadap pemasalahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II KETERKAITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO DENGAN
BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS
A. Badan Usaha Milik Negara BUMN di Indonesia
1. Sejarah BUMN di Indonesia
Pada saat menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, para perintis kemerdekaan menyadari bahwa Indonesia sebagai kolektivitas
politik masih belum memiliki modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Indonesia hanya memiliki sumber daya alam dan sumber
daya manusia, sementara faktor produksi yang lain, seperti modal dan teknologi belum tersedia. Atas dasar kenyataan inilah kemudian dirumuskan landasan
hukum tentang asas keadilan di bidang ekonomi dan kesejahteraan sebagaimana tertera dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Negara mengambil peran penting di bidang ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan mendirikan
BUMN melalui nasionalisasi perusahaan-perusahaan eks pemerintah Belanda.
29
Sejarah BUMN di Indonesia banyak diwarnai dengan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, terutama milik Belanda yang dimulai pada tahun
1951. Perusahaan Belanda yang dikenakan nasionalisasi dilakukan melalui badan- badan penguasaan menurut bidangnya seperti perusahaan dagang, perusahaan
farmasi, perkebunan, industri, dan sebagainya. Setelah diambil alih pemerintah, dibentuk perusahaan-perusahaan terbatas negara, seperti PT Indetins, PT Satya
29
Riant Nugroho, Manajemen Privatisasi BUMN Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
21
Negara, dan PT Indevitra. Termasuk hasil nasionalisasi adalah Bank Indonesia yang semula merupakan sebuah bank milik Belanda, Jawasche Bank, yang
dinasionalisasi pada tahun1953.
30
Perkembangan perekonomian Indonesia, diawal kemerdekaan peraktis dikuasai oleh The Big Three Bank Belanda, The Big Five Trading House Belanda
struktur prusahaan Belanda, MNC Inggris dan Amerika Serikat. The Big Three, yaitu Nederlandsche Handel Maatschapij menjadi Ekspor Impor Indonesia,
Escompto Bank menjadi Bank Dagang Negara, dan Nationale Handel Bank menjadi Bank Bumi Daya. Selain itu, pemerintah melanjutkan Bank Rakyat
Indonesia berasal dari Aglemene Vols Crediet Bank, Bank Tabungan Negara berasal dari De Postspaarbank, dan pemerintah mendirikan BIN yang menjadi
Bapindo. Selain perusahaan Belanda, maka perusahaan Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa lainnya seperti, BPMShell, Caltex, Stanvac, Goodyear, General
Motors, Union Carbide, Dunlop, BAT, Rothmans, Bata, Coca cola, IBM.
31
Periode 1969, melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 ditetapkan 3 bentuk PN, yaitu sebagai berikut.
32
a. Perusahaan Jawatan Perjan, makna usaha adalah “public service,”
artinya pengabdian serta pelayanan kepada masyarakat. Usahanya dijalankan, dan pelayanan diberikan, dengan memegang teguh syarat-
syarat efesiensi efektifitas dan ekonomis serta manajement dan pelayanan kepada umum atau masyarakat yang baik dan memuaskan. Perjan tidak
30
A. Habibullah, Kebijakan Privatisasi BUMN Relasi State, Market Dan Civil Society Malang: Averroes Press, 2009, hlm. 73.
31
Christianto Wibisono, Profil dan Anatomi BUMN, dalam, Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 108.
32
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Usaha di Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 159.
Universitas Sumatera Utara
22
dipimpin oleh Direksi tetapi oleh seoarang Kepala yang merupakan bawahan suatu bagian dari Departemen atau Direktorat Jenderal atau
Pemerintah Daerah yang memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan. b.
Perusahaan Umum Perum, makna usahanya adalah melayani kepentingan umum baik produksi, distribusi dan konsumsi secara
keseluruhan dan sekaligus untuk memupuk keuntungan. Perum dipimpin oleh Direksi dan modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan
negara yang dipisahkan. c.
Perusahaan Perseroan Persero, makna usahanya adalah untuk memupuk keuntungan dalam arti,karena baiknya pelayanan dan pembinaan
organisasi yang baik, efektif, efisien dan ekonomis secara business- zakelijk, cost accounting principles, management effectiveness
dan pelayanan umum yang baik dan memuaskan memperoleh surplus atau
laba. Persero dipimpin oleh Direksi dan modal seluruhnya atau sebagian merupakan milik negara yang dipisahkan serta terbagi atas saham.
Pada periode 2003 kembali pemerintah memperbaharui regulasi yang berhubungan dengan Perusahaan Negara dalam bentuk Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN. Dalam undang- undang ini jenis BUMN disederhanakan menjadi dua, yaitu perusahaan perseroan
dan perusahaan umum.
33
2. Landasan yuridis keberadaan BUMN di Indonesia
Keberadaan BUMN dalam aktivitas perekonomian di Indonesia mendapat landasan yuridis berupa Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 yang memberikan
33
Ibid, hlm. 162.
Universitas Sumatera Utara
23
hak kepada Negara Indonesia untuk menguasai hajat hidup orang banyak.
34
Secara lebih spesifik, BUMN juga diatur di dalam beberapa undang-undang dan
peraturan dibawahnya. Badan Usaha Milik Negara diatur dalam UU BUMN, Lembaran Negara
Nomor 70 Tahun 2003. Undang-undang ini mengganti tiga undang-undang sebelumnya, yaitu Indonesische Berdrijvenwet Stb. No. 419 Tahun 1927
sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1955; Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960
Tentang Perusahaan Negara; dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969
Tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang. Sejak diundangkannya UU BUMN, ketiga undang-undang tersebut dinyatakan dicabut
dan tidak berlaku lagi. UU BUMN mulai berlaku sejak tanggal diundangkan, yaitu tanggal 19 Juni 2003.
35
3. Maksud dan tujuan pendirian BUMN
Berdasarkan ketentuan yang lama Pasal 4 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara disebutkan secara jelas sifat
pendirian BUMN, di mana BUMN merupakan kesatuan produksi yang bersifat:
36
Memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum; dan memupuk pendapatan. Adapun maksud dan tujuan didirikannya BUMN adalah untuk turut membangun
ekonomi nasional sesuai dengan ekonomi terpimpin pada waktu itu dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam
34
A. Habibullah, Loc. Cit.
35
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Bandung : Citra Aditya Bakti, 2010 hlm. 169.
36
Aminuddin Ilmar, Op.Cit, hlm. 75.
Universitas Sumatera Utara
24
perusahaan menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur material dan spiritual.
37
Berdasar sifat, maksud, dan tujuan pendirian BUMN seperti tersebut diatas, merupakan konsekuensi logis dari perwujudan tujuan bernegara, yakni
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, khususnya yang berkenaan
dengan penguasaan negara dalam cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, perumusan
mengenai sifat, maksud, dan tujuan pendirian BUMN itu harus pula sejalan dengan tujuan umum dari negara, yakni meningkatkan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga sudah selayaknya jika BUMN tidak hanya difungsikan sebagai unit ekonomi yang melaksanakan fungsi profitisasi
semata, akan tetapi diharuskan pula melaksanakan fungsi sosial.
38
Fungsi BUMN tidak hanya ditekankan pada fungsi melaksanakan fungsi komersil semata dengan mengedepankan orientasi keuntungan. Akan tetapi harus
pula melaksanakan fungsi sosial, hal tersebut dikarenakan sifat, maksud, dan tujuan pendirian BUMN itu memang khas sifatnya. Itulah yang disebut
karakteristik pendirian BUMN yang berbeda dengan pendirian usaha swasta maupun koperasi. Sebagaimana telah pula diuraikan dimuka, bahwa keberadaan
dan kedudukan BUMN di Indonesia dengan melihat latar belakang pendiriannya itu bukan hanya didasarkan atas alasan ideologi semata, akan tetapi juga
didasarkan atas alasan politis dan ekonomis.
39
37
Ibid, hlm. 76.
38
Ibid,
39
Ibid, hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
25
Ada 5 lima tujuan pendirian BUMN yang diatur dalam UU BUMN Pasal 2, yaitu sebagai berikut.
Pertama , tujuan pendirian BUMN adalah untuk memberikan sumbangan
bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan negara.
Kedua , tujuan pendirian BUMN adalah untuk mengejar keuntungan.
Meskipun maksud dan tujuan Persero adalah untuk mengejar keuntungan, dalam hal-hal tertentu adalah untuk melakukan pelayanan umum. Persero dapat
diberikan tugas khusus dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dengan demikian, penugasan pemerintah harus disertai
dengan pembiayaannya kompensasi berdasarkan perhitungan bisnis atau komersial. Sedangkan untuk Perum yang tujuannya adalah menyediakan barang
dan jasa untuk kepentingan umum, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
Ketiga , tujuan pendirian BUMN adalah menyelenggarakan kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Dengan maksud dan tujuan seperti ini,
setiap hasil usaha dari BUMN, baik barang maupun jasa dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Keempat , tujuan pendirian BUMN adalah menjadi perintis kegiatan-
kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Kegiatan perintisan merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang
Universitas Sumatera Utara
26
danatau jasa yang dibutuhkan oleh maasyarakat. Namun, kegiatan tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta atau koperasi karena secara komersial tidak
menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tersebut dapat dilakukan melalui penugasan kepada BUMN. Dalam hal adanya suatu kebutuhan masyarakat luas
yang mendesak, pemerintah dapat pula menugasi suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan
dengan pengusaha golongan ekonomi lemah. Kelima
, turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Sebagai wujud dari manfaat
dan tujuan didirikannya BUMN Persero dalam percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
B. Bentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas