Kebijakan Publik Analisis model vessel monitoring system ( Vms ) dalam pengawasan kapal penangkap ikan di Indonesia

14 Menurut Samodra dkk. 1994 : 15 kebijakan publik selalu mengandung setidak-tidaknya tiga komponen dasar, yakni tujuan yang jelas, sasaran yang spesifik, dan cara mencapai sasaran tersebut. Komponen ketiga, yang biasa disebut sebagai implementasi, merupakan komponen yang berfungsi mewujudkan komponen kesatu dan kedua, yaitu tujuan dan sasaran khusus. Definisi implementasi kebijakan ditawarkan oleh beberapa ilmuwan. Pressman dan Wildavsky dalam Jones, 1991 : 295 mengkonsepsikan implementasi sebagai berikut: implementasi mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk mencapainya. Implementasi program dengan demikian telah menjadi suatu jaringan yang tak tampak. Implementasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dan tujuan-tujuan. Bertitik tolak dari definisi-definisi para ilmuwan dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses interaksi antara tindakan dan tujuan suatu kebijakan. Tindakan tersebut merupakan pengoperasian program dan dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dalam seluruh proses kebijaksanaan karena kebijakan publik yang telah dibuat dan disyahkan akan bermanfaat apabila diimplementasikan. Udodji 1981 : 32 menegaskan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijaksanaan. Tanpa adanya implementasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan akan sekadar berupa impian atau rencana yang tersimpan rapi dalam arsip. Edward III sebagaimana dikutip oleh Joko W. 2001 : 193 menegaskan bahwa implementasi kebijakan publik merupakan studi yang sangat “crucial” pada proses kebijakan publik. Bersifat crucial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan publik, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan publik tidak akan bisa diwujudkan. Sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau suatu kebijakan publik tidak dirumuskan dengan baik, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan juga tidak akan 15 bisa diwujudkan. Dengan demikian, kalau menghendaki apa yang menjadi tujuan kebijakan publik dapat dicapai dengan baik, maka bukan saja pada tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan publik juga diantisipasi untuk dapat diimplementasikan. Membicarakan implementasi kebijakan publik terdapat beberapa bentuk kebijakan. Mustopadidjaya dan Bintoro Tjokroamidjojo 1988 mengemukakan bahwa dilihat dari implementasi ada tiga bentuk kebijakan, yaitu: 1 Kebijakan langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah sendiri; 2 Kebijakan tidak langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya tidak dilakukan oleh pemerintah, jadi pemerintah hanya mengatur saja; 3 Kebijakan campuran, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Implementasi kebijakan banyak mengandung masalah, dimana keberhasilan atau kegagalan implementasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Faktor atau variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan saling berinteraksi satu sama lain. Setiap faktor mempengaruhi secara langsung. Selain itu, terdapat pengaruh tidak langsung di antara variabel tersebut, yaitu melalui pengaruh satu dengan yang lainnya. Edward III Joko. 2001 :195 mengajukan empat faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan, yaitu: faktor atau variable communication, resources, dispositions, dan bureaucratic structure . Pada bagian lain, untuk melihat kriteria keberhasilan implementasi, menurut Edwards A. Suchman dalam Nakamura 1980 dapat dilihat dari: 1 Effort usaha, termasuk didalamnya adalah kualitas dan kuantitas dari berbagai macam aktivitas yang dilakukan. 2 Performance hasil yang dicapai dari usaha-usaha yang dilakukan 3 Adecuency tingkat keseluruhan yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. 4 Efficiency evaluasi atas berbagai alternatif yang ada baik itu dari segi waktu, biaya, metode dan sebagainya. 16 5 Proces bagaimana dan mengapa program-program itu berhasil atau gagal dilaksanakan. Berkaitan dengan pencapaian mutu kinerja suatu kebijakan, salah satu aspek yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi. Secara umum, evaluasi kebijakan dapat terjadi pada tahap formulasi kebijakan, pada proses pelaksanaanya maupun untuk keperluan evaluasi hasil yang dicapai. Dengan mengambil definisi yang dirangkum oleh Umar 2000 tentang evaluasi dan definisi yang dikemukakan oleh Jenkins 1978 tentang kebijakan publik, maka pada dasarnya evaluasi kebijakan publik merupakan kegiatan menyediakan informasi tentang sejauh mana pelaksanaan telah dicapai dari suatu keputusan yang saling terkait yang diambil oleh aktor publik atau sekelompok aktor publik yang berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta tata cara untuk mencapainya dalam batas kewenangan kekuasaan aktor tersebut, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan bila dibandingkan dengan harapan yang ingin diperoleh.

2.2 VMS Bagian Dari MCS

Mengacu kepada ketentuan “Code of Conduct For Responsible Fisheries ” FAO,1995, maka negara bertanggung-jawab untuk menyusun dan mengimplementasikan sistem Monitoring, Control, and Surveillance MCS terhadap pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Juga dikuatkan oleh Undang-undang No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, UU No.5 tahun 1983 tentang ZEE Indonesia dan UU No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan, maka Departemen Kelautan dan Perikanan perlu menyusun rumusan rencana induk pengembangan sistem pemantauan, pengendalian dan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang efektif. Pengertian Monitoring, Control, and Surveillance MCS didefinisikan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries FAO, 1995 sebagai berikut : Monitoring adalah kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk menilai tingkat pemanfaatan dan kelimpahan sumberdaya ikan, mencakup antara lain kapal penangkapan ikan, operasi, hasil tangkapan, upaya penangkapan, pengangkutan, 17 pengolahan dan pengepakan hasil. Control didefinisikan sebagai mekanisme pengaturan yang antara lain mencakup penyusunanpemberlakuan peraturan perundang undangan, perizinan, pembatasan alat tangkap, zonasi penangkapan. Sementara itu, Surveillance didefinisikan sebagai kegiatan operasional dalam rangka menjamin ditaatinya peraturan yang telah ditetapkan dalam pengendalian. Pengawasan penangkapan ikan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam pengelolaan sumber daya ikan SDI. Untuk menjamin pengawasan secara maksimal dan efektif terhadap sumber daya ikan diperlukan sistem pemantauan terhadap kapal-kapal ikan yang beroperasi. Ada beberapa alternatif sistem pemantauan kapal yang dapat menunjang penerapan sistem MCS secara lebih luas. Smith 1999 meneliti tingkat efektivitas berbagai sistem pemantauan terhadap beberapa obyek pemantauan MCS. Tabel 1 Efektivitas Berbagai Jenis Sistem Monitoring Kapal Effectiveness of Monitoring of Type of MCS Description of Monitoring No of Vessels Inspected Posi- tion Fishing Gear Catch Quotas Days at Sea Amount of Time Observed Effectiveness of Detection of Unlicensed Vessels Coverage at Sea Cost US Power of Arrest By Vessel Identification by sight and boarding for Inspection 12day High High Medium Low Low High 300 sq. miles per hr 500 - 140,000 per day Yes By Air Limited to daylight and identification 60day High Low None None Low High 3000 sq. miles per hr 400 - 3000 per hr No Shore- Based Inspection of catch and fishing gear. Coastal Surveillance 15day None High High High Medium Low None 150 per day Yes Observers on Vessels Continual observation of activities 1 High High High High High Medium High 200 per day No Vessel Moni- toring System Periodic Monitoring of Vessels Position All Vessels Fitted High None None High High None Complete for Vessels Fitted 100,000 +8,000 vessel No Sumber : Smith 1999 Tabel 1 menggambarkan bahwa sistem yang bisa memantau seluruh kapal sekaligus dengan kemampuan wilayah pemantauan tidak terbatas adalah Vessel Monitoring System.