Analisis AHP Analytical Hierarchy Process
46 1 Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2 Menyusun struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan
yang paling bawah. 3 Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgement dari
para pengambil keputusan, dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.
4 Melakukan perbandingan berpasangan. 5 Menghitung matriks pendapat individu dan gabungan, mengolah horizontal,
vektor prioritas atau vektor ciri eigen vector, akar ciri atau nilai eigen eigen value maksimum, mengolah vertikal dan menguji indeks
konsistensinya. Jika tidak konsisten, maka pengambilan data diulangi dengan cara melakukan revisi pendapat.
Sebagai implementasi dari tahapanlangkah-langkah tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1 Mendefinisikan masalah dan solusi yang diinginkan
Penentuan prioritas kebijakan mana yang perlu didahulukan untuk meningkatkan dampak positif penerapan VMS. Dalam merumuskan skala
prioritas ini, maka dibutuhkan metode proses hierarki analitik AHP dari segi analisis manfaat dan biaya terhadap penerapan Model VMS bagi
kegiatan pengawasan dan usaha penangkapan ikan kapal berukuran 100 GT ke atas.
2 Membuat Struktur Hierarki
Struktur hierarki prioritas manfaat Implementasi Model VMS terhadap kapal penangkap ikan berukuran 100 GT ke atas disajikan pada Gambar 8.
47
Gambar 8 Analisis Hirarki Proses Strategi Penerapan VMS Ditinjau dari Aspek Manfaat.
48 Dari Gambar 8 tentang hierarki proses strategi penerapan model VMS
yang ditinjau dari aspek manfaat di atas, maka berikut ini diuraikan indikator untuk masing-masing kriteria enam sisi dan aspek manfaat yang
dapat dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari enam sisi adalah sebagai berikut:
1 Ekonomi Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau
dari sisi ekonomi meliputi: 1 Manfaat adanya peningkatan pendapatan baik yang dirasakan oleh
pemerintah maupun pemilik kapal, metode VMS akan memantau tingkat pencurian ikan sehingga akan meningkatkan pendapatan
bagi kedua belah pihak. 2 Manfaat penghematan biaya pengawasan sumber daya ikan,
melalui metode VMS, sistem pengawasan dapat dikendalikan melalui central pengawasan di darat sehingga tidak perlu lagi kapal
patroli yang harus berkeliling setiap saat. 3 Manfaat berkurangnya tingkat pencurian ikan, model VMS akan
mengawasi setiap kapal yang melakukan pencurian ikan atau transaksi penjualan ikan di tengah laut.
4 Sebagai akibat dari berkurangnya tingkat pencurian, maka sumber daya ikan akan terjaga sehingga nelayan pun tidak lagi kesulitan
dalam mendapatkan ikan.
2 Sosial Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau
dari sisi sosial meliputi: 1 Menekan terjadinya konflik antara pemilik kapal dengan nelayan,
melalui teknologi VMS, pemilik kapal akan mendapatkan informasi yang pasti terhadap jumlah ikan yang ditangkap oleh
nelayan, sehingga dapat mengurangi potensi konflik diantara keduanya.
49 2 Meningkatkan kesadaran nelayan bahwa dalam melakukan
penangkapan mereka tidak melakukan tindak kesewenangan yang berdampak pada kelestarian ikan dan pelanggaran hukum.
3 Meningkatkan rasa aman bagi semua pihak, karena melalui teknologi VMS akan membantu posisi kapal yang mengalami
kecelakaan di tengah laut.
3 Biologi Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau
dari sisi biologi meliputi: 1 Mengurangi tindakan atau perilaku nelayan yang melakukan over
fishing atau melakukan penangkapan yang melebihi batas yang
ditetapkan. 2 Sebagai akibat poin satu di atas akan berdampak pada terjaganya
kelestarian sumber daya ikan. 3 Sebagai akibat kedua poin di atas, maka akan mudah bagi
perencanaan dan pengelolaan sumber daya ikan, karena setiap nelayan akan dibatasi jumlah penangkapan ikan.
4 Teknologi Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau
dari sisi teknologi meliputi: 1 Melalui teknologi yang andal maka akan meningkatkan
kemampuan sistem pengawasan kapal penangkap ikan. 2 Demikan hal akan memudahkan dalam mendapatkan data dan
informasi atas apa yang terjadi di perairan laut. 3 Kemudahan dalam mengakses data dan informasi secara realtime
online .
4 Data dan informasi yang diperoleh akan memberikan manfaat untuk menganalisis berbagai kebutuhan berkaitan dengan perairan
laut seperti jumlah tangkapan, jumlah kapal, potensi ikan dan lainnya.
50
5 Kelembagaan Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau
dari sisi bilogi meliputi: 1 Optimalisasi fungsi pengawasan kapal penangkap ikan, perangkat
VMS akan meningkatkan fungsi lembaga yang melakukan pengawasan di perairan laut.
2 Kemudahan dalam melakukan koordinasi antar lembaga, teknlogi VMS diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antara lembaga
yang terkait dalam sistem pengawasan. 3 Memberikan ketegasan yang kuat terhadap fungsi dan tugas setiap
lembaga yang terkait dalam sistem pengawasan.
6 Hukum dan Peraturan Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau
dari sisi hukum dan peraturan meliputi: 1 Sebagai perangkat salah satu perangkat hukum.
2 Sebagai alat bantu dalam mendukung dan membuktikan tindak pidana pencurian ikan.
3 Dapat meningkatkan kepatuhan para nelayan agar tidak melakukan pelanggaran pencurian ikan.
Sedangkan struktur hierarki Implementasi Model VMS terhadap kapal penangkap Ikan berukuran 100 GT ke atas yang ditinjau dari aspek biaya
disajikan pada Gambar 9.
51
Gambar 9 Analisis Hirarki Proses Strategi Penerapan VMS Ditinjau dari Aspek Biaya.
KEBIJAKAN PENERAPAN VMS
EKONOMI SOSIAL
BIOLOGI TEKNOLOGI
KELEMBAGAAN
HUKUM PERATURAN
1. Biaya Investasi 2. Biaya Pemeliharaan
3. Biaya Operasional 4. Biaya Pengembangan
1. Biaya Pelatihan kepada Nelayan
2. Biaya Konflik Interest 3. Biaya Pembinaan dan
Pemberdayaan 4. Biaya Sosialisasi
kepada Masyarakat 1. Biaya pengecekan
jenis dan ukuran hasil tangkapan.
2. Biaya Pengecekan hasil tangkapan
sampingan yang dibuang
1. Biaya Pelatihan Teknologi kepada
Operator 2. Biaya Ketergantungan
kepada Vendor 3. Biaya Kehilangan
data dan Informasi 1. Biaya Konflik Inrterest
antat lembaga 2. Biaya Pelatihan
kepada Lembaga- lembaga yang terkait
3. Biaya Sosialisasi kepada Lemabaga
4. Biaya kerjasama 1. Biaya pengadaan
perangkat hukum 2. Biaya Sosialisasi
perangkat hukum 3. Biaya operasional
penerapan sanksi.
Model Strategi I Model Strategi II
Model Strategi III
52 Gambar 9 menggambarkan hierarki proses strategi penerapan model
VMS yang ditinjau dari aspek biaya di atas, maka berikut ini diuraikan indikator untuk masing-masing kriteria enam sisi dan aspek biaya yang
dapat dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari enam sisi adalah sebagai berikut :
Aspek biaya yang harus dikeluarkan atau ditanggung dalam penerapan metode VMS ditinjau dari enam sisi yaitu:
1 Ekonomi Biaya yang harus dikeluarkan dalam penerapan pengawasan
kapal penangkap ikan dengan menggunakan model VMS yang ditinjau dari sisi ekonomi meliputi:
1 Biaya Investasi, yaitu biaya investasi perangkat keras dan lunak dari teknologi VMS.
2 Biaya Pemeliharaan, yaitu biaya pemeliharaan bila terjadi kerusakan atas teknologi VMS.
3 Biaya Operasional, yaitu biaya tenaga dan perangkat pendukung dalam menjalankan perangkat VMS.
4 Biaya Pengembangan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan bila adanya pengembangan teknologi baru dari VMS yang ada saat ini.
2 Sosial Biaya yang ditinjau dari sisi sosial berkaitan dengan penerapan
model VMS meliputi : 1 Biaya Pelatihan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan dalam
memberikan pelatihan kepada nelayan atau pemilik kapal. 2 Biaya Konflik Interest, yaitu biaya intangible bila terjadi konflik
interest antara pemerintah dengan nelayan atau pemilik kapal, atau
antara pemilik kapal dengan nelayan. 3 Biaya Pembinaan dan Pemberdayaan, yaitu biaya yang harus
dikeluarkan dalam membina para pemilik kapal dan nelayan agar sadar untuk menggunakan perangkat VMS.
53 4 Biaya Sosialisasi, yaitu biaya sosialisasi secara nasional atas
penerapan model VMS kepada para pemilik kapal dan nelayan bagi pemerintah dalam bentuk biaya penyelenggaraan, dan bagi
pengusaha dalam bentuk biaya ikut serta dan mengganggu usaha penangkapan.
3 Biologi Biaya yang dikeluarkan dalam penerapan VMS yang ditinjau dari
sisi biologi berkenaan dengan genetika perikanan, biaya tersebut diantaranya :
1 Biaya operasional pengecekan jumlah, jenis dan ukuran hasil tangkapan ikan di lapangan.
2 Biaya operasional pengecekan secara kontinu hasil tangkapan sampingan yang dibuang.
4 Teknologi Biaya-biaya yang harus dikeluarkan atas penerapan teknologi
VMS meliputi: 1 Biaya pelatihan atas pengembangan teknologi VMS kepada
operator VMS. 2 Biaya intangible atas ketergantungan kepada vendor VMS.
3 Biaya kehilangan data dan informasi bila terjadi masalah atau kerusakan VMS.
5 Kelembagaan Biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam penerapan VMS yang
berkaitan dengan kelembagaan meliputi: 1 Biaya intangible bila terjadi konflik interest antar lembaga yang
berkaitan dengan sistem pengawasan kapal penangkap ikan. 2 Biaya pelatihan tentang teknologi VMS kepada lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan sistem pengawasan kapal penangkapan ikan.
3 Biaya kerjasama antar lembaga.
54 4 Biaya sosialisasi tentang teknologi VMS kepada lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan sistem pengawasan kapal penangkap ikan. 6 Hukum dan Peraturan
Biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam penerapan VMS yang berkaitan dengan hukum dan peraturan meliputi:
1 Biaya pengadaan perangkat hukum dan peraturan yang berkaitan dengan penerapan teknologi VMS.
2 Biaya sosialisasi perangkat hukum dan peraturan kepada pemilik kapan atau nelayan.
3 Biaya intangible atas pelanggaran yang terjadi dalam penerapan VMS.
3 Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks perbandingan berpasangan ini menggambarkan kontribusi atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria
yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan dengan elemen yang lainnya.
Tabel 4 Skala Perbandingan Berpasangan Dalam AHP
Integritas Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting ketimbang yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas yang lain 5
Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen
yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan
kuat menyokong satu elemen atas yang lain
7 Elemen yang satu jelas lebih penting
dari elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan
dominannya telah terlihat dalam praktek 9
Elemen yang satu mutlak lebih penting ketimbang elemen yang
lainnya Bukti yang menyokong elemen yang
satu atau yang lain memiliki tinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara diantara dua
pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua
pertimbangan Jika elemenmemiliki satu angka di atas ketika dibandingkan dengan
elemenmaka memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen
Sumber : Saaty 1991
55 Penilaian dilakukan dengan pembobotan masing-masing komponen
dengan perbandingan berpasangan, yang dimulai dari tingkat tertinggi sampai tingkat terendah. Teknik ini dilakukan dengan wawancara langsung
dengan responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan yang diajukan. Untuk mengkuantitatifkan
data kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 – 9. Dalam penyusunan skala kepentingan ini digunakan patokan berdasarkan
Saaty 1991, seperti pada Tabel 4.
4 Melakukan Perbandingan Berpasangan
Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W = w1, w2, w3, maka nilai intensitas
kepentingan elemen operasi A1 terhadap A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2, yakni w1w2 yang
sama dengan a12 sehingga matriks perbandingan dinyatakan sebagai berikut Saaty, 1999 :
A1 A2
A3 ………….
An A1
w1w2 w1w2
w1w3 ………….
w1wn A2
w2w1 w2w2
w2w3 ………….
w2wn A3
w3w1 w3w2
w3w3 ………….
w3wn
. .
. .
…………. .
An .
. .
…………. wnwn
Nilai w1wj, dengan ij = 1,2,3 ….. n didapat dari hasil kuesioner terhadap responden. Responden adalah orang-orang yang berkompeten
dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W w1, w2, w3,
……wn maka diperoleh hubungan : AW = nW ………………. 1
Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut :
A – nI W = 0 …………. 2 dimana I = matriks identitas.
56
5 Menghitung Pendekatan AHP Dalam Kerangka Manfaat dan Biaya
Proses analisis hierarki AHP pada penelitian ini dilakukan untuk penentuan prioritas manfaat dan biaya penerapan model VMS terhadap
kapal penangkap ikan berukuran 100 GT ke atas dalam rangka mencari model penerapan VMS yang paling cocok baik baik pemerintah dan
pengusaha serta dapat meningkatkan dampak positif baik bagi kegiatan pemantauan maupun kelestarian sumber daya ikan.
Adapun struktur hierarki penentuan implikasi penerapan Model VMS terhadap kapal penangkap ikan berukuran 100 GT ke atas berdasarkan
manfaat dan biaya terdiri dari 4 tingkat lihat Gambar 3.2 dan Gambar 3.3. Tingkat pertama merupakan tujuan utama, tingkat kedua kriteria, tingkat ke
tiga indikator manfaat dan biaya dari penerapan model VMS dan tingkat ke empat pilihan opsi yang akan dipilih menjadi model penerapan VMS yang
sesuai dengan keinginan pemerintah dan pengusaha..
6 Menyusun Rekapitulasi Jawaban Responden
Rekapitulasi jawaban hasil survey, seluruh jawaban yang telah diisi oleh responden direkap berdasarkan hasil setiap pertanyaan. Seperti yang
diperlihatkan pada matrik di bawah ini, rekapitulasi jawaban dilakukan untuk setiap pertanyaan sehingga diperoleh nilai rata-rata jawaban pada
setiap pertanyaan. Kolom muliplikatif merupakan hasil perkalian setiap jawaban responden, sedangkan rata-rata terukur merupakan akar pangkat
jumlah responden, yang kemudian dibulatkan.
Responden Pertan
yaan R1
R2 Rn
Multiplikatif Rata2 Terukur
Pembulatan P1
X1
1
x1
2
X1
i
X1= x1
1
x x1
2
x x1
i
R1=x1
1n
PR1 P2
X2
1
x2
2
X2
i
X2= x2
1
x x2
2
x x2
i
R2=x2
1n
P R2 Pm
Xmn
1
xmn
2
xmn
i
Xm= xmn
1
x xmn
2
x
xmn
i
Rm=xm
1n
PRm
57 P1 merupakan pertanyaan pertama yang menyatakan perbandingan
antar pilihan A dengan B, P2 merupakan pertanyaan kedua yang menyatakan perbandingan antara A dengan Pm atau seterusnya. X11
merupakan jawaban yang diberikan oleh responden atas perbandingan A dan B.
7 Menyusun Matriks
Sebagai hasil dari jawaban responden tersebut, maka langkah selanjutnya disusun matrik sebagai rekapitulasi dari hasil penelitian dan
menghitung bobot masing-masing pilihan keputusan.
Keputusan A
B Pm
Total Rata2
Bobot A
1 PR1
PR2 1+ PR1+ PR2
r1=[1+ PR1+ PR2] 3 r1R
B 1[PR1]
1 PRm
1[PR1] + 1 + PRm r2=[1[PR1] + 1 +
PRm] 3 r2R
Pm 1[PR2]
1[PRm] 1
1[PR2] + 1[PRm] + 1
R3=[1[PR2] + 1[PRm] + 1]3
r3R
Total R=r1+r2+r3m
1.00
Berdasarkan simulasi pada matriks di atas, maka akan didapat besarnya bobot masing-masing pilihan keputusan, bobot yang terbesar
merupakan pilihan keputusan yang terpilih.