11 memberikan dan meningkatkan dampak positif kepada masyarakat. Oleh karena
itu dapat dikatakan efektivitas menduduki posisi penting dalam evaluasi kebijakan. Pertanyaan yang selalu muncul terhadap implementasi sebuah
kebijakan adalah apakah suatu kebijakan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik?. Dalam menganalisis efektivitas kebijakan penerapan VMS digunakan
beberapa alat analisis seperti SWOT, Evaluasi Kebijakan, Analisis Dokumen dan analisis mendalam. Seluruh komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan
kebijakan VMS dievaluasi dan dianalisis.
Hasil evaluasi dan analisis penerapan kebijakan VMS digunakan untuk merumuskan model penerapan strategi VMS yang dapat memberikan peningkatan
dampak positif baik bagi pemerintah maupun pengusaha. Analisis AHP Analytical Hierarchy Process digunakan untuk membantu merumuskan
penerapan VMS ditinjau dari segi prioritas manfaat dan biaya, baik bagi pihak pemerintah dan pengusaha. Diasumsikan bahwa antara pemerintah dan pengusaha
terdapat perbedaan persepsi terhadap penerapan kebijakan pemantauan kapal penangkap ikan, sehingga terdapat adanya perselisihan diantara keduannya, maka
dalam merumuskan model penerapan startegi VMS yang sesuai bagi pemerintah dan pengusaha digunakan alat analisis ”Game Theory”. Kunci konsep dalam game
theory ini adalah strategi. Game theory menggunakan terminologi ‘minimax’
untuk menunjukkan strategi rasional. Selain itu, game theory mencakup ide yang sangat kompleks dan sederhana. Game theory lebih sering diajukan sebagai suatu
alat analisis oleh para ilmu sosial daripada sebagai suatu petunjuk praktis untuk membuat keputusan oleh para pembuat keputusan.
Untuk kasus perbedaan persepsi antara pemerintah dengan pengusaha dalam penerapan kebijakan VMS, seperti yang diasumsikan dalam studi ini,
penggunaan game theory dimaksudkan untuk mencari model strategi penerapan VMS apa yang memberikan perolehan hasil yang memungkinkan untuk
diterapkan saat ini dan memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun pengusaha.
12
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Analisis Model Sistem VMS di Indonesia.
Kondisi Perikanan Tangkap Nasional
Kebijakan Pemantauan Kapal
Penangkap Ikan Dengan Model VMS
Tujuan Sasaran
Analisis Evaluasi
Analisis SWOT, Evaluasi Kebijakan dan Content Analysis.
Analisis AHP
Merumuskan Model Srategi Penerapan
VMS
Model Penerapan VMS Yang sesuai
Menurut Pemerintah dan Pengusaha
• Kelestarian Sumber Daya Ikan • Pengawasan Secara Optimal
• Rendahnya Pelanggaran, kesadaran meningkat
• Berkurangnya Kerugian Negara • Peningkatan PNBP
Menganalisis Efektivitas kebijakan penerapan VMS
terhadap kapal penangkap ikan 100 GT ke atas
Merumuskan model penerapan VMS ditinjau dari
segi prioritas manfaat dan biaya bagi pihak Pemerintah
dan Pengusaha •
Mengurangi Illegal Fishing atau pencurian ikan baik oleh kapal
lokal maupun asing.
•
Memperkecil adanya pelanggaran penangkapan ikan dan pemalsuan
dokumen.
•
Memudahkan pengawasan dan perencanaan pengelolaan sumber
daya ikan.
•
Memberikan rasa aman bagi masyarakat nelayan.
•
Menjaga kelestarian sumber daya ikan.
Analisis “Game Theory”
13
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik
Kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : “kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan”. Definisi kebijakan publik sangat bervariasi, sebagai awal dari pengertian konsep kebijakan publik adalah
merupakan serangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai tujuan terutama dalam bentuk peraturan-peraturan.
Menurut James E. Anderson Islamy, 1984:17 kebijakan adalah : A purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a
problem or matter of cancern Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau kelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Kemudian J.K Friend Wahab,
1989:22 kebijakan pada hakekatnya adalah : Pollicy is essentially a stance which, once articulated, contributes to the contex within which a succession of future
decision will be made Kebijakan paksa hakekatnya adalah suatu posisi yang
sekali dinyatakan akan mempengaruhi keberhasilan keputusan-keputusan yang akan dibuat di masa mendatang.
Kebijakan publik dibuat dalam rangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang diinginkan. Menurut Santoso
1998 : 5: Kebijakan publik meliputi serangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dan juga petunjuk yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut terutama dalam bentuk peraturan-peraturan atau dekrit-dekrit pemerintah.
Kebijakan publik merupakan fenomena yang kompleks dan dinamis yang dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu. Dari sudut manajemen, proses kebijakan
dapat dipandang sebagai rangkaian kegiatan yang meliputi paling tidak tiga kelompok kegiatan utama, yaitu formulasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan
evaluasi kinerja kebijakan.
14 Menurut Samodra dkk. 1994 : 15 kebijakan publik selalu mengandung
setidak-tidaknya tiga komponen dasar, yakni tujuan yang jelas, sasaran yang spesifik, dan cara mencapai sasaran tersebut. Komponen ketiga, yang biasa
disebut sebagai implementasi, merupakan komponen yang berfungsi mewujudkan komponen kesatu dan kedua, yaitu tujuan dan sasaran khusus.
Definisi implementasi kebijakan ditawarkan oleh beberapa ilmuwan. Pressman dan Wildavsky dalam Jones, 1991 : 295 mengkonsepsikan
implementasi sebagai berikut: implementasi mungkin dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu
untuk mencapainya. Implementasi program dengan demikian telah menjadi suatu jaringan yang tak tampak. Implementasi adalah kemampuan untuk membentuk
hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dan tujuan-tujuan.
Bertitik tolak dari definisi-definisi para ilmuwan dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses interaksi antara tindakan dan tujuan suatu
kebijakan. Tindakan tersebut merupakan pengoperasian program dan dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam kebijakan.
Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dalam seluruh proses kebijaksanaan karena kebijakan publik yang telah dibuat dan disyahkan
akan bermanfaat apabila diimplementasikan. Udodji 1981 : 32 menegaskan bahwa pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin
jauh lebih penting dari pembuatan kebijaksanaan. Tanpa adanya implementasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan akan sekadar berupa impian atau
rencana yang tersimpan rapi dalam arsip. Edward III sebagaimana dikutip oleh Joko W. 2001 : 193 menegaskan
bahwa implementasi kebijakan publik merupakan studi yang sangat “crucial” pada proses kebijakan publik. Bersifat crucial karena bagaimanapun baiknya
suatu kebijakan publik, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan publik tidak
akan bisa diwujudkan. Sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau suatu kebijakan publik tidak
dirumuskan dengan baik, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan juga tidak akan