37 pengawasan harus aman dan tertutup confidential yang disalurkan secara tepat,
cepat, mudah, dan terpercaya. Untuk itu keanggotaan SISWASMAS harus terpilih selected dan terlatih melalui pola pelatihan khusus.
2.10 Model Co-Management
Pengembangan model manajemen kemitraan sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan sangat tergantung pada sistem yang dinamis dynamic partnership antar lembaga terkait dengan melibatkan local community. Untuk itu pendekatan
atau model yang diharapkan efektif adalah model kelembagaan dengan sistem
Co-Management. Co-Management adalah pengaturan pengelolaan sumber daya
ikan dimana tanggung-jawab pengelolaan sumber daya dibagi antara pemerintah dan kelompok pengguna dan dianggap merupakan satu pemecahan terhadap
masalah-masalah eksploitasi sumber daya yang berlebihan Berkes, 1994.
38
3 METODOLOGI
3.1 TempatObyek Studi dan Waktu
Penentuan obyek penelitian harus dilandasi pertimbangan teknis operasional, dimana kemungkinan dapat tidaknya mengakses data dan mengkaji
lebih mendalam menjadi pertimbangan utama. Betapapun menariknya suatu kasus, tapi sulit dimasuki oleh peneliti maka akan menjadi sia-sia.
Kegiatan penelitian akan diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu berkaitan dengan Kebijakan Implementasi Pengawasan
Kapal Perikanan Melalui VMS Vessel Monitoring System yang dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Disamping Ditjen PSDKP sebagai
pengelola sistem terdapat dua instansi di bawah DKP yang terlibat aktif, yaitu Ditjen Perikanan Tangkap dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP.
Untuk tahap pertama, pelaksanaan VMS di Indonesia diprioritaskan terhadap 1500 Kapal Perikanan Asing dan Lokal berukuran 100 GT ke atas. Dari
1500 kapal lokal dan asing tersebut, ternyata sampai dengan Desember 2004 baru sekitar 987 alat VMS transmitter yang dapat dipasang pada kapal lokal dan
asing berukuran 100 GT ke atas, dan dari jumlah tersebut hanya 55 atau sejumlah 549 kapal yang dapat berfungsi dan dipantau oleh sistem VMS PSDKP
2004. Penelitian dilaksanakan dua tahap, tahap sosialisasi kebijakan mulai bulan
Agustus 2003 sampai Nopember 2003, dan tahap pelaksanaan kebijakan mulai Januari 2004 sampai Agustus 2005. Lokasi penelitian sebagai tempat
pengumpulan data lapangan terdiri dari : 1 Lokasi Sosialisasi di 7 pelabuhan perikanan Jakarta, Kendari, Bitung, Sorong, Denpasar, Medan dan Pekalongan;
2 Lembaga pengelola VMS adalah Ditjen P2SDKP-DKP; 3 Instansi di bawah DKP yang terlibat aktif sebagai lembaga pendukung, yaitu Ditjen Perikanan
Tangkap dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP .
Dalam rangka mengetahui pendapat para pengusaha terhadap kebijakan penerapan VMS di beberapa lokasi pelabuhan pangkalan, maka Lokasi pelabuhan
pangkalan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan tingkat pengunaan alat VMS