I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. merupakan salah satu tanaman golongan palma yang dapat menghasilkan minyak. Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Van Gelder 2004 mengemukakan bahwa luas lahan kelapa sawit Indonesia
mengalami peningkatan yang pesat sejak pertengahan tahun 1980. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi. Menurut data van Gelder 2004 nilai produksi dan konsumsi minyak sawit dunia meningkat hingga 65 dan 75 sejak
tahun 1995. Perkembangan tingkat produksi dan konsumsi tersebut tidak terlepas dari peranan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak
sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Produksi minyak sawit di Indonesia berkembang sangat pesat hingga 114 yang disertai peningkatan
pencapaian pangsa pasar dunia dari 28 menjadi 36 dalam tujuh tahun terakhir. Perkembangan produksi dan konsumsi minyak sawit tidak hanya
dipengaruhi oleh adanya permintaan minyak pangan dari dalam atau luar negeri, akan tetapi dipengaruhi juga oleh keberadaan minyak pangan lainnya
dalam pasar seperti minyak kedelai, minyak biji rape dan minyak bunga matahari. Oil World 2000 memproyeksikan sampai dengan jangka waktu 20
tahun mendatang volume perdagangan komoditas minyak sawit masih akan terus meningkat.
Nilai tambah minyak sawit kasar adalah sebagai salah satu sumber penghasil karotenoid terkaya untuk menghasilkan retinol provitamin A.
Minyak sawit kasar mengandung 15 sampai 300 lebih retinol dibandingkan dengan wortel, sayuran berdaun hijau dan tomat Latip et al., 2000. Minyak
kelapa sawit terdiri dari fraksi cair yang disebut dengan olein dan fraksi padat yang disebut stearin. Olein sawit kasar diperoleh melalui fraksinasi minyak
kelapa sawit crude palm oil dan belum mengalami proses pemurnian. Karotenoid yang terkandung dalam olein sawit kasar sebesar 680-760 ppm
2 dan berwarna khas merah-kuning Ong dan Tee, 1992 dalam Zeb dan
Mehmood, 2004. Produk turunan kelapa sawit memiliki banyak manfaat serta sangat
prospektif untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan sebagian besar sekitar 90 produk dari industri turunan minyak sawit Indonesia digunakan untuk
kebutuhan bahan pangan seperti minyak goreng. Industri minyak goreng melakukan proses pemurnian yang salah satu tujuannya untuk mendapatkan
produk akhir minyak goreng yang jernih. Pemucatan atau bleaching merupakan salah satu tahap pada proses pemurnian yang bertujuan untuk
mengurangi pigmen warna, suspensi koloid gum dan resin, bahan-bahan oksidatif dan trace metal yang terdapat dalam minyak sawit. Diduga bahwa
bersamaan dengan pengurangan pigmen warna tersebut terdapat pula komponen karotenoid seperti alfa, beta, gamma karoten dan likopen. Selama
ini hasil dari proses pemucatan tersebut tidak dimanfaatkan dan terbuang menjadi limbah. Di lain pihak, komponen tersebut khususnya
β-karoten sangat potensial sebagai sumber provitamin A. Selain itu, proses pemucatan juga
ditujukan mengingat sensitivitas dari komponen-komponen tersebut terhadap
suhu tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya oksidasi. Berbagai metode pengambilan kembali komponen karotenoid dari
minyak kelapa sawit telah dilakukan dengan cara saponifikasi, adsorpsi, ekstraksi pelarut dan transesterifikasi dengan pemisahan fase dan destilasi eter
Baharin et al., 1998. Adsorpsi merupakan salah satu cara yang dilakukan pada penelitian ini dalam mengupayakan pengambilan kembali komponen
β-karoten yang terkandung dalam minyak sawit. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi karotenoid dari minyak kelapa sawit antara lain jenis
adsorben, suhu, pengadukan, waktu ekstraksi dan jenis pelarut yang digunakan Latip et al., 2001.
Buckl et al. 1999 meneliti tentang penggunaan adsorben yang tepat pada minyak atau lemak nabati dan hewani, khususnya untuk memisahkan
unsur warna. Pemilihan terhadap adsorben didasarkan pada kemampuannya untuk mengadsorpsi komponen
β-karoten dari olein sawit kasar dan melepaskannya pada saat proses desorpsi. Bentonit atau biasa disebut lempung
3 pemucat telah digunakan secara luas sebagai adsorben. Bentonit digunakan
dalam memisahkan ‘komponen pengotor’ dalam minyak dimana kemampuan adsorpsinya memiliki peranan sangat besar dalam industri minyak pangan.
Selain digunakan sebagai bahan pemucat, bentonit juga digunakan dalam industri farmasi dan sebagai bahan produk kesehatan pribadi
www.healingdaily.com. Arang aktif digunakan sebagai adsorben pembanding pada penelitian ini.
Karakteristik kemampuan penyerapan komponen β-karoten pada
adsorben dapat dilihat dari laju adsorpsinya. Laju adsorpsi dapat diketahui dari konstanta laju adsorpsi k yang dihasilkan dari suatu model kinetika adsorpsi.
Model isoterm Freundlich dan Langmuir digunakan untuk menentukan parameter kinetika pada suatu proses adsorpsi. Energi aktivasi Ea merupakan
parameter yang digunakan untuk mengetahui efektivitas dari adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi. Hasil dari kajian kinetika adsorpsi dapat
digunakan sebagai dasar untuk penggandaan skala dalam rangka pengambilan kembali komponen
β-karoten dari olein sawit kasar.
B. TUJUAN PENELITIAN