bahwa individu membangun pengetahuan mereka sendiri dari pengalaman individu itu sendiri melalui bahan, media, lingkungan, atau fasilitas lainnya.
bahwa
2.1.5. Pembelajaran IPA di SD
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan
masalah yang dapat diidentifikasikan. Jadi, pembelajarannya di SDMI menekankan
pemberian pengalaman
belajar secara
langsung dengan
mengembangkan ketrampilan proses dan sikap ilmiah Permendiknas RI No 22
Tahun 2006.
Dalam KTSP SDMI mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1 memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan serta keteraturan alam ciptaan-Nya; 2 mengembangkan pengetahuan pemahaman konsep yang
bermanfaat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3 mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4 mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah sehingga dapat membuat keputusan; 5
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6 meningkatkan kesadaran menghargai alam
sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7 memperoleh bekal pengetahuan, konsepsi, dan ketrampilan sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMPMTs
Permendiknas RI No 22 Tahun 2006. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yang disebutkan dalam KTSP
maka perlu dilaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Teori pembelajaran yang sesuai tingkat perkembangan kognitif
anak dikembangkan oleh Piaget. Teori perkembangan kognitif Piaget menjelaskan mengenai kontruktivisme, yaitu suatu pandangan tentang perkembangan kognitif
sebagai suatu proses dimana anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri.
Jean Piaget menguraikan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses konstruksi yang aktif dan dinamis yang berlangsung dari perilaku bayi hingga
bentuk-bentuk berpikir masa remaja. Menurut Piaget dalam Slavin 1994:34 tingkat perkembangan kognitif
individu terbagi dalam 4 tahap yang meliputi : 1.
Tahap sensori motor 0-2 tahun Periode sensori motor menempati dua tahun pertama dalam masa
kehidupannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya didominasi oleh indera-inderanya sensori dan tindakan-tindakannya motor. Contoh : bila suatu
benda disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Pengalaman terus bertambah selama periode ini sampai mendekati akhir periode sensori motor, bayi
mulai menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai mencarinya sesudah dilihatnya benda itu disembunyikan.
2. Tahap praoperasional 2-7 tahun
Pada rentang umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, seperti menambah, mengurangi
dan lain-lain. Ciri-ciri yang dapat dikenali dari periode praoperasional ini adalah: 1 kemampuan menalar transduktif; 2 berpikir irreversibel tidak dapat balik;
3 sifat egosentris dan 4 lebih berpikir statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi suatu keadaan ke keadaan lain.
3. Tahap oprasional konkret 7-11 tahun
Periode ini merupakan awal dari berpikir rasional, artinya anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.
Operasi-operasi itu konkret bukan operasi-operasi formal. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak.. Ciri-ciri umum yang ditunjukkan oleh anak
pada periode operasional konkret yaitu: 1 mampu menyusun urutan seri objek; 2 mengalami kemampuan berbahasa; 3 sifat egosentris berkurang mengarah ke
sosiosentris dalam berkomunikasi, dan 4 sudah dapat menerima pendapat orang lain.
4. Tahap oprasional formal 11-14 tahun dan selanjutnya
Periode ini ditandai oleh kemampuan anak dalam operasi-operasi konkret untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Anak mulai dapat
memecahkan masalah verbal yang serupa. Ciri-ciri umum anak pada periode operasional formal yaitu: 1 berpikir hipotetis-deduktif dapat merumuskan
banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, dan memeriksa data terhadap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak; 2 berpikir
proposisional dapat menangani pernyataan proposisi-proposisi yang memerikan data konkret, dan dapat menangani proposisi yang berlawanan dengan fakta; 3
berpikir kombinatorial berpikir meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan- gagasan atau proposisi-proposisi yang mungkin; 4 berpikir refleksif dapat
berpikir tentang berpikirnya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa setiap individu mengalami empat
tahap perkembangan kognitif mulai dari lahir sampai dewasa dan mempunyai tingkat kecepatan yang berbeda-beda untuk melewati tahapan perkembangan
tersebut. Jadi, dalam pembelajarannya guru harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif siswanya. Teori perkembangan kognitif Piaget
menempatkan bahwa anak usia SD berada pada tahap concrete operational operasional konkret dimana pada usia ini anak sudah mampu berpikir logis
untuk memecahkan permasalahan konkret yang terjadi di sekitarnya. Jadi, anak usia SD sudah mampu memahami konsep melalui pengalaman nyata dan bersifat
lebih objektif. Pembelajaran ideal menurut Piaget adalah pembelajaran yang dilandasi
dengan teori belajar konstruktivisme. Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain Slavin 1994: 45-46 sebagai berikut :
a. Menekankan pada proses berpikir siswa Pembelajaran jangan hanya dilihat dari produk hasil belajarnya saja,
tetapi harus menekankan pada proses belajar siswa. Pengalaman belajar siswa
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitifnya. b. Menekankan pada peran aktif siswa
Pembelajaran menekankan pada peran aktif siswa dalam menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata dari hasil interaksi
dengan lingkungannya sebagai sumber belajar. c. Tidak ditekankan pada percepatan belajar yang membuat siswa berpikir seperti
orang dewasa Pembelajaran yang memaksakan suatu penguasaan materi sebelum
waktunya, akan menyebabkan hal yang buruk pada perkembangan kognitif siswa. d. Memahami adanya perbedaan individual siswa
Di dalam sebuah kelas, antara siswa satu dengan lainnya walaupun usianya sama, namun mempunyai laju tingkat perkembangan kognitif yang berbeda. Oleh
karena itu guru harus mengatasinya dengan cara menyetting kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil dan menerapkan pembelajaran penemuan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang berorientasikan teori konstruktivisme akan mengarahkan siswa pada
proses membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi multi arah dengan alat dan bahan yang ada di lingkungan sekitar agar pengetahuan yang
diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. Anak SD berada pada tahap operasional konkret, maka dalam
pembelajaran hendaknya guru menggunakan alat peraga maupun media pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami konsep yang
diajarkannya. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak
dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam memahami
sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret Haryono, 2013:56. Terdapat 10 jenis pengalaman manusia menurut tingkat dari yang paling
konkret sampai yang paling abstrak dalam bentuk kerucut pengalaman Edgar Dale dalam Sudjana, 2008:107 dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 .Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut menunjukkan bahwa belajar dapat dilakukan melalui berbagai cara untuk mengajarkan suatu konsep dan
hubungannya yang mengandung tingkat keabstrakan paling tinggi sampai pada tingkat kekongkritan yang paling tinggi. Dengan demikian, peranan media
pembelajaran maupun alat peraga diperlukan agar proses pembelajaran lebih
efektif dan membawa hasil yang berarti dan mendalam. Semakin kongkrit maka pengalaman yang diperoleh semakin banyak.
Tujuan pembelajaran IPA yang dikehendaki dalam KTSP IPA SD akan dapat dicapai dengan pembelajaran IPA yang disesuaikan hakikat IPA,
menerapkan keterampilan proses IPA, berlandaskan teori konstruktivisme, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, serta menggunakan media
pembelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran IPA, pada penelitian ini menggunakan media pembelajaran berupa Flipchart.
2.1.6. Pendekatan Scientific