Pada penilaian hasil belajar afektif atau sikap dilakukan melalui observasi ketercapaian karakter siswa. Sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam
melalui pengamatan ketercapaian karakter dengan menggunakan format yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Pengamatan terhadap sikap dan
perilaku yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh guru yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung, seperti: rasa ingin tahu,
kerjasama, berani, percaya diri, dan tanggung jawab. Pada penilaian hasil belajar psikomotorik atau keterampilan siswa diambil
dari hasil pengamatan guru terhadap keterampilan siswa ketika berdiskusi kelompok menggunakan model Jigsaw pada pembelajaran IPA, dimana
pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan siswa dengan indikator sebagai berikut : 1
Berkelompok sesuai arahan guru, 2 Melaksanakan percobaan bersama kelompok ahli, 3 Melaksanakan
diskusi bersama kelompok ahli tentang hasil percobaan, 4 Bertukar informasi bersama kelompok asal, 5 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
2.1.4. Pembelajaran IPA
2.1.4.1.Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan
menjadi wahana peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari
Permendiknas RI No 22 Tahun 2006. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang
mempelajari fenomena alam yang faktual factual, baik berupa kenyataan reality atau kejadian events dan hubungan sebab-akibatnya Wisudawati dan
Sulistyowati, 2014:22. Dalam mempelajari alam semesta dilakukan melalui serangkaian kegiatan. Sesuai dengan pendapat Djojosoediro 2010:3 yang
mendefinisikan IPA sebagai cabang ilmu pengetahuan tentang gejala alam, dituangkan sebagai fakta, konsep, prinsip, hukum, teruji kebenarannya melalui
serangkaian kegiatan dalam metode ilmiah scientific methods. Hal ini diperkuat dengan pendapat Susanto 2013:167 dalam memahami alam semesta dilakukan
melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
Pendapat para ahli tentang IPA telah dipaparkan secara jelas, maka peneliti dapat menyimpulkan IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam baik
berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab akibatnya yang tersusun secara sistematis, teruji kebenarannya melalui serangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. 2.1.4.2.Hakikat IPA
Carin dan Sund dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:24 mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen’’.
Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur utama yaitu:
1 Sikap
IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat dipecahkan
menggunakan prosedur yang bersifat open ended. Beberapa sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada penelitian ini: ingin tahu untuk mendapatkan sesuatu,
kerjasama, berani, percaya diri, dan bertanggung jawab. 2
Proses Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur
yang runtut dan sitematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Sebagai contoh IPA sebagai suatu proses dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa dalam mengamati media pembelajaran
berupa Flipchart yang berisi materi perubahan lingkungan fisik, melakukan berbagai percobaan tentang perubahan lingkungan fisik dan melakukan diskusi
sesuai model Jigsaw. Jadi siswa akan memperoleh pengetahuan baru melalui kegiatan pengamatan, percobaan dan diskusi sehingga pengetahuan yang
diperoleh siswa dapat bertahan lama di memori. 3
Produk IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Dalam
penelitian ini, IPA sebagai produk diwujudkan berupa mempelajari materi perubahan lingkungan fisik, materi tersebut diantaranya faktor-faktor penyebab
perubahan fisik angin, hujan, gelombang air laut, cahaya matahari, pengaruh
perubahan fisik terhadap daratan longsor, erosi, banjir, abrasi, dan cara mencegah kerusakan alam akibat perubahan fisik.
4 Aplikasi
IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh penerapan IPA sebagai aplikasi
adalah cara pencegahan kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk menanggulangi erosi, masyarakat bisa menggunakan teknologi sederhana sengkedan terasering
untuk tanah yang miring. Peneliti menyimpulkan hakikat IPA mencakup empat unsur meliputi
produk, proses, sikap dan aplikasi. Keempat unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga mengajar perlu mencakup keempat komponen tersebut.
2.1.4.3.Teori-teori Belajar yang Melandasi IPA Belajar IPA merupakan belajar tentang fenomena-fenomena alam.
Pembelajaran IPA bagi siswa diharapkan mampu meningkatkan kreativitas siswa menemukan konsep-konsep baru dalam memahami fenomena alam dan mampu
memecahkan masalah yang mereka jumpai di alam sekitar. Teori belajar yang melandasi pembelajaran IPA adalah teori konstruktivisme.
Konstruktivisme Rifa’i dan Anni, 2011:225 merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan
memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Haryono 2013:51 mengemukakan bahwa berdasarkan teori konstruktivisme, peserta didik belajar
sendiri yang bertanggungjawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya. Peserta
didik sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah ia ketahui.
Teori kontruktivisme Siregar dan Nara, 2014:39 memahami belajar sebagai proses pembentukan kontruksi pengetahuan oleh si belajar itu sendiri.
Belajar adalah aktivitas siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri melalui bahan, media, lingkungan, atau fasilitas lainnya yang digunakan dalam
membentuk pengetahuan tersebut. Pengetahuan tidak tepat dipindah tangankan begitu saja dari guru kepada siswa. Bakat yang dimiliki siswa dan lingkungan
dimana siswa itu berada akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam membangun pengetahuannya.
Wisudawati dan Sulistyowati 2014:45 mengemukakan bahwa proses akan membentuk suatu pengetahuan yang berlangsung secara bertahap dan akan
selalu melengkapi atribut-atribut yang belum ada dalam skema seseorang. Pembentukan pengetahuan ini akan selalu dihadapkan pada pengalaman atau
fenomena yang dijumpai oleh individu. Pengetahuan bukanlah barang jadi, tetapi terus berkembang seiring perkembangan mental seorang individu.
IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam. Fenomena-fenomena alam yang dipelajari dalam IPA berasal dari fakta-fakta yang
ada di alam dan hasil abstraksi pemikiran manusia. Ketika fenomena tersebut dijumpai oleh siswa maka proses konstruksi pengetahuan akan lebih mudah
dibandingkan dengan IPA yang berasal dari abstraksi pemikiran manusia. Peneliti menyimpulkan bahwa teori belajar yang menonjol di dalam
pembelajaran IPA adalah teori kontruktivisme. Teori kontruktivisme menekankan
bahwa individu membangun pengetahuan mereka sendiri dari pengalaman individu itu sendiri melalui bahan, media, lingkungan, atau fasilitas lainnya.
bahwa
2.1.5. Pembelajaran IPA di SD