Tugas Perkembangan Kanak Akhir

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh. c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya. d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari- hari. g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai. h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga- lembaga. i. Mencapai kebebasan pribadi. 2.3.7 Faktor-Faktor Penguasaan Tugas-Tugas Perkembangan Sebagian besar manusia ingin menguasai segala tugas perkembangannya namun tidak semua orang dapat berhasil dengan baik, dampak dari kegagalan penguasaan tugas perkembangan adalah ketidakmatangan secara sosial yang tak dapat dihindari. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan adalah : 2.3.7.1 Faktor Penghalang a. Tingkat perkembangan yang mundur. b. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya. c. Tidak ada motivasi. d. Kesehatan yang buruk. e. Cacat tubuh. f. Tingkat kecerdasan yang rendah 2.3.7.1 Faktor Pendorong a. Tingkat perkembangan normal atau yang diakselarasi. b. Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan tugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya. c. Motivasi. d. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh. e. Tingkat kecerdasan yang tinggi. f. Kreativitas. Hurlock, 1980 :11.

2.4 Peran Ibu Bagi Perkembangan Anak

Relasi antar anggota keluarga dalam object relation theory disebut dengan external object relations. Matriks relasi ini sangat terkait sehingga bila sesuatu menimpa atau dialami oleh satu anggota keluarga maka dampaknya akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Seorang bayi yang mendapatkan ruang psikologis holding environment dan relasi mendalam centered relating yang memadai maka akan memiliki cikal bakal kepribadian potential self yang berkembang dengan baik, menjadi pribadi yang matang, unik dan well adjusted dengan lingkungannya Arif, 2006:9. Hal ini terjadi karena anak merasa keberadaannya telah mendapat respon yang memadai dan terjalin relasi yang hangat dan penuh kasih sayang dengan keluarga terutama ibu. Stresor yang mengenai anggota keluarga akan berdampak pada seluruh anggota keluarga terutama antara ibu dan anak, akan lebih buruk lagi dampaknya jika yang mengalami stressor adalah ibu. Balint dalam Arif,2006:10 menggambarkan keadaan anak yang mengalami gangguan dalam matriks relasinya dengan ibu, bagaikan orang yang tiba-tiba kehilangan udara. Potensial self anak hanya dapat berkembang di alam ruang psikologis yang tercipta antara ibu dan dirinya. Bilamana ruang psikologis tersebut mengalami gangguan maka anak akan bereaksi secara defensif dengan mengembangkan false self yang bersifat protektif dan menyimpan atau me-repress true self. Seseorang yang hidup dengan false self akan merasa terasing dengan dirinya sendiri dan tidak dapat membina kebersamaan dengan orang lain. Orang tua terutama ibu memiliki peran dalam pembentukan Potensial self anak melalui ruang psikologis holding environment dan relasi mendalam centered relating agar anak memiliki true self sehingga anak dapat berkembang dengan baik dan menjadi pribadi yang matang. Namun jika keluarga tidak mampu memberikan ruang psikologis holding environment dan relasi mendalam centered relating akan mengakibatkan gangguan pada fungsi sosial anak yang berpotensi terhadap defisit sosial yang amat besar.

2.5 Dinamika Alur Penelitian

Perkembangan seorang anak sendiri tidak terjadi secara begitu saja oleh dirinya sendiri namun dibentuk oleh lingkungan tempat anak tinggal. Faktor-faktor yang