Pengertian Kredit Tinjauan Umum Tentang Kredit

22 sebagai jaminan dalam praktek perbankan, dalam lembaga simpan pinjam di kantor-kantor koperasi, pada importer, eksportir, leveransir dan lain-lain. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, 1977:75. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dalam hal pelaksanaan pemberian jaminan maka kedua belah pihak yakni Bank sebagai kreditur dan debitur akan tunduk pada ketentuan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia yang dalam prakteknya banyak penyimpangan- penyimpangan. Pada saat ini masih banyak Bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat yang memberikan kredit dengan perjanjian tambahan fidusia tanpa dibuat secara Notariil otentik dan konskwensi logisnya tidak diadakan pendaftaran Jaminan Fidusia. Yang dalam hal ini tentunya tidak bermasalah apabila kredit yang diberikan dibayar dengan lancar akan tetapi akan terjadi problematik apabila debitur wanprestasi.

2.3. Tinjauan Umum Tentang Kredit

2.3.1. Pengertian Kredit

Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dirumuskan bahwa kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. 23 Kredit adalah “suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepeda pihak lainnya dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontrapresatsi berupa bunga, atau dengan adanya pinjaman tersebut maka peminjam uang nasabah harus mempunyai suatu barang jaminan apapun” Badrulzaman, 1983:22. Meliputi benda jaminan yang dapat dijadikan sebagai jaminan yakni benda tidak bergerak, benda bergerak, benda tidak berwujud dan benda berwujud. Pinjam-meminjam adalah suatu pinjam uang oleh KUH Perdata diatur dalam Bab XIII Buku III Pasal 1754 sampai Pasal 1769. Menurut Pasal 1754 KUH Perdata “Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu sama pula”. Kepercayaan sebagai tonggak hutang, oleh pakar hukum R.Subekti, menggambarkan dalam uraian kalimat sebagai berikut: “Bahwa perkataan hutang berarti kepercayaan. Seorang nasabah yang mendapat kepercayaan dari Bank” Subekti,1996:1. Seseorang dipercaya untuk memperoleh kredit pada umumnya perbankan menggunakan prinsip instrument analisa dalam pemberian kredit yang terkenal dengan The Fives Of Credit Analysis 5C atau prinsip penilaian dalam memberikan kredit dengan analisis 5C yaitu sebagai berikut : 24 1. Character Kepribadian, watak adalah moral, watak atau sifat seorang pribadi yang baik dalam hal ini calon debitur. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang- orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. 2. Capacity Kemampuan yaitu untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola usahanya serta kemampuannya mencari laba dan mempu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan mampu melunasi hutangnya. 3. Capital Modal adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah usaha yang akan dibiayai oleh bank. Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. 4. Collateral Jaminan, agunan merupakan fungsi jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik, guna memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang jaminan tersebut bilamana debitur tidak dapat melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian. 5. Condition of economy Kondisi ekonomi yaitu dalam pemberian kredit oleh Bank hendaknya melihat kondisi ekonomi secara umum dan sektor usaha debitur perlu memperoleh perhatian dari Bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut untuk sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Djumhana, 2003:394. Menurut Salim Salim, 2004:104, Bank dalam memberikan kredit, selain menerapkan prinsip 5C, juga menerapkan 7P, antara lain : 1. Personality : yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party Para Pihak : Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu bank sebagai pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu kepercayaan terhadap debitur, bagaimana karakternya, kemampuannya dan sebagainya. 3. Purpose Tujuan : yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah, dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit. 25 4. Paymen Pembayaran : merupakan ukuran bagaimana cara debitur mengembalikan kredit yang telah diambil, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diberikan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. 5. Profitability Perolehan Laba : untuk menganalisis bagaimana kemampuan debitur dalam mencari laba, bank harus berantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kredit. 6. Protection Perlindungan : tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang, atau jaminan asuransi. 7. Prospect : yaitu untuk menilai usaha debitur dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, hal ini penting mengingat jika fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospect, bukan hanya bank yang akan rugi tetapi juga nasabah. Rachmadi 2003:250 Menyatakan bahwa selain menggunakan prinsip 5C dan 7P dalam memberikan kredit bank juga harus menerapkan prinsip 3R, terdiri dari : 1. Returns Hasil yang Diperoleh : yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur, artinya perolehan hasil tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunganya, ongkos-ongkos, dan sebagainya. 2. Repayment Pembayaran Kembali merupakan kemampuan membayar kembali dari pihak debitur. Kemampuan membayar tersebut harus sesuai dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang diberikan. 3. Risk Bearing Ability Kemampuan Menanggung Risiko merupakan kemampuan debitur untuk menanggung risiko jika terjadi hal diluar antisipasi kedua belah pihak terutama bila dapat menyebabkan kredit macet, oleh karena itu harus dipertimbangkan mengenai jaminan atau asuransi barang atau kredit apakah cukup aman atau menutupi risiko tersebut. Tujuan dari penilaian kredit adalah agar kredit yang akan diberikan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal antara lain : 1. Keamanan kredit Safety, artinya harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali. 2. Terarah tujuan penggunaan kredit Suitability, yaitu bahwa kredit akan dipergunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan 26 mesyarakat atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. 3. Menguntungkan Profitable, baik bagi bank sendiri barupa penghasilan bunga maupun bagi nasabah, yaitu berupa keuntungan dan makin berkembangnya usaha Rahardja, 1997:107.

2.3.2. Fungsi Kredit

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ANTARA NASABAH DENGAN PT. BPR WIRA ARDANA SEJAHTERA SUKOHARJO

3 77 94

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 2 13

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 1 13

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

0 2 10

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

1 11 30

PENDAHULUAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

0 1 13

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

(ABSTRAK) PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. BPR SEJAHTERA ARTHA SEMBADA KOTA PEKALONGAN.

0 0 3

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA ATAS KENDARAAN BERMOTOR DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT MEKAR NUGRAHA CABANG BOYOLALI.

0 0 20