Akibat Hukum Perjanjian Hapusnya Perjanjian

40 Artinya, para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh, kejujuran serta kemauan baik dari para pihak. Asas ini terkait dengan subyek hukum sebagai para pihak dalam perjanjian. Itikad baik adalah suatu sikap batin atau keadaan kejiwaan manusia yang: 1 Jujur; 2 Terbuka tidak ada yang disembunyikan atau digelapkan; 3 Tulus ikhlas; 4 Sungguh-sungguh. Fungsi Itikad Baik dalam perjanjian adalah Rumusan pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, dapat disimpulkan bahwa itikad baik harus digunakan pada saat pelaksanaan suatu kontrak. Hal ini berarti bahwa pada waktu kontrak dilaksanakan, selain ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak yang wajib ditaati oleh para pihak, melainkan juga itikad baik sebagai ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis. Jadi, itikad baik berfungsi menambah aanvullend ketentuan- ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak di dalam kontrak.

2.4.5. Akibat Hukum Perjanjian

Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatakan: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Kata-kata “secara sah” berarti memenuhi semua syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian yang 41 ditentukan oleh hukum. Selanjutnya kata “berlaku sebagai Undang- Undang” berarti mengikatkan para pihak yang menutup perjanjian, seperti Undang-Undang juga mengikat orang terhadap siapa Undang-Undang yang berlaku. Pasal 1340 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya, berarti bahwa setiap perjanjian hanya membawa akibat baerlakunya ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata bagi para pihak yang terlibat atau yang membuat perjanjian tersebut.

2.4.6. Hapusnya Perjanjian

Mengenai peraturan tentang berakhirnya perjanjian diatur di dalam Bab XII Buku III KUH Perdata. Peraturan untuk itu adalah perlu bagi kedua belah pihak, baik untuk menentukan sikap selanjutnya maupun untuk memperjelas sampai dimana batas perjanjian tersebut. Di dalam Pasal 1381 KUH Perdata disebutkan beberapa cara hapusnya suatu perjanjian yaitu : 1. Pembayaran; 2. Penawaran tunai disertai dengan penitipan; 3. Pembaharuan hutang; 4. Perjumpaan hutang; 5. Percampuran hutang; 6. Pembebasan hutang; 7. Musnahnya benda yang terhutang; 8. Kebatalanpembatalan; 9. Berlakunya syarat batal; 10. Kadaluarsa atau lewat waktu. 42 Jika dalam perjanjian tersebut telah dipenuhi salah satu unsur dari hapusnya perjanjian sebagaimana disebutkan di atas, maka perjanjian tersebut berakhir sehingga dengan berakhirnya perjanjian tersebut para pihak terbebas dari hak dan kewajiban masing-masing. 43

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, definisi mengenai penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln yang dikutip dalam buku Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada Moleong, 2000: 4. Sejalan dengan definisi dari Denzin dan Lincoln tersebut Moleong juga mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong, 2000: 5. Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan atau mengungkapkan kebenaran ilmiah yang obyektif, metodik, dan sistematik, obyektif berarti masalah yang dibahas dan dilaporkan itu dapat diuji kebenarannya berdasarkan data-data hasil penelitian yang dikumpulkan, metodik artinya dilaksanakan sesuai dengan metode ilmiah yang telah ditentukan, dan sistematik, artinya setelah data-data sekunder dan primer dapat dikumpulkan dan dianalisis

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ANTARA NASABAH DENGAN PT. BPR WIRA ARDANA SEJAHTERA SUKOHARJO

3 77 94

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 2 13

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 1 13

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

0 2 10

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

1 11 30

PENDAHULUAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

0 1 13

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

(ABSTRAK) PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. BPR SEJAHTERA ARTHA SEMBADA KOTA PEKALONGAN.

0 0 3

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA ATAS KENDARAAN BERMOTOR DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT MEKAR NUGRAHA CABANG BOYOLALI.

0 0 20